alaska; 19

440K 30.9K 2.4K
                                    

SELEPAS bel pulang, Alana langsung berjalan menuju kantin sekolah diikuti dengan dua manusia yang tengah cek cok memperebutkan sesuatu. Walau sedang berjalan melewati koridor Renata dan Viona masih saja adu mulut, memperebutkan siapa yang akan menyetir dan yang akan duduk di samping kemudi.

Jelas saja untuk hal ini Renata mempertahankan posisinya, selain karena mobilnya yang akan dipakai untuk ditumpangi, memakai jasa Viona dalam hal menyetir tidaklah menjamin keselamatan. Renata juga tidak bisa menjamin keselamatan jika ia yang menyetir nanti namun ia pasti akan menyetir sebaik mungkin dan menaati peraturan. Intinya, ia akan lebih berhati-hati dari Viona.

"Gue aja yang nyetir kalkun botak," ujar Viona. Kesal, Renata menoleh dengan tatapan menguliti ke arah cewek itu.

"Heh kembaran Ilario, lo gak tau? Salah satu cara mendekatkan diri dengan maut itu yah naik kendaraan yang ngemudiin elo?" jari telunjuk dan jari tengah Renata dipakai untuk mendorong kepala Viona.

"Ya elah, gue bukan malaikat pencabut nyawa kali."

"Bisa diem gak sih lo? Mau gue lemparin ini?" Renata mengancam seraya memperlihatkan gelas kaca yang berisikan sisa jus alpukat. Sisa pesanan orang yang gelasnya belum disingkirkan dari meja kantin.

Mereka bertiga baru saja sampai di kantin. Alana sedang mencari air mineral di showcase. Sedari tadi cewek itu tidak memusingkan siapa yang akan mengemudi. Katanya, baik Viona maupun Renata ia terima-terima saja. Lagian, mati sekarang tidak ada ruginya juga, kecuali rasa menyesal karena meninggalkan Mamanya yang akan hidup sebatang kara.

Setelah meneguk air di dalam botol beberapa kali, Alana hendak keluar dari kantin namun gerakannya terhenti saat melihat si cewek berambut hitam legam bermata bola dengan kulit agak gelap. Cewek yang dulu pernah menarik rambutnya hingga Alana mengatainya habis-habisan. Walau kejadian itu sudah lewat dari beberapa hari yang lalu nyatanya Alana masih menyimpan dendam teramat sangat pada cewek itu.

Kalau tidak salah tebak cewek itu bernama Tia. Kalau Viona memanggil cewek itu dengan sebutan 'Tialan'.

Alana mendengus melihat cewek itu. Sekalipun Tia tidak mencari masalah dengannya namun Alana sudah terlanjur membencinya. Sangat membencinya. Apalagi sekarang anak PMR itu sedang berjalan bersama Kanin mereka tengah berbincang bersama dengan di selingi canda tawa. Oh sialan, mengapa hal yang ia benci sedang bergabung bersama sekarang?

"Ada Si Tialan tuh."

"Yoi, samperin yuk, tangan gue gatel pengen ngejambak."

"Gue sih oke aja, abis itu langsung kabur yah, bensin gue banyak kok," timpal Renata.

Kalau urusan seperti ini entah kenapa Renata yang paling bersemangat. Yang paling licik Alana. Dan, yang menjadi backingan adalah Viona.

Ketiga orang itu tersenyum licik. Menurut Alana ia cukup sabar. Namun, bisakah ia bermain sebentar. Tenang saja ia belum mau bermain dengan inti dari sumber kebenciannya.

"Ketemu lagi yah, mau pesan apa? Nanti gue yang pesenin."

Tia menoleh sebentar, nampaknya cewek itu terlihat tak suka dengan kedatangan Alana juga teman-temannya. Ia bahkan dengan terang-terangan memutar bola matanya juga mendengus.

"Sans aja dong mbak, sahabat gue cuma nawarin. Mata lo minta dicolok kalo kayak gitu." terlihat Kanin yang tampak sedikit takut dengan keadaan apalagi saat mendengar suara Renata.

"Kalo gue kayak gitu itu tandanya gue gak mau," ujar Tia, dan Kanin berusaha untuk menarik paksa cewek itu agar mereka bisa pergi.

"Lo kok nyolot yah! Mulut lo gunanya apa? Kalo gak mau yah bilang, emang harus banget yah mata lo, lo gerakin kek gitu?"

ALASKAWhere stories live. Discover now