alaska; 37

438K 33.4K 4.6K
                                    

ALASKA memilih menghela napas dan bergeser pergi dari gerumbulan teman-temannya yang tengah berkumpul di area belakang kelas. Tepatnya di tempat duduk Alaska dan Chandra. Ia memang duduk bersebelahan dengan cowok yang pernah berambut gondrong itu. Tora bersama Virgo sedangkan Alfret bersama Regan. Bisa dibilang mereka itu sudah komplotan Anabel di kelas, anak belakang maksudnya.

Kalau Alaska duduk paling belakang bersama Chandra, Tora dan Virgo duduk di depan mereka, Alfret dan Regan berada tepat di samping di barisan saf yang berbeda. Sedangkan Gilden, cowok itu berada di kelas IPA 3.

Saat ini teman-temannya sedang membahas hal yang biasanya cowok bahas kalau sudah berkumpul bersama, tau lah. Dan selalu saja sumber awal semuanya berasal dari Chandra. Alaska tak ikut nimbrung karena selain ingin ke kamar mandi ia juga sekalian ingin membeli minum.

Guru yang mengajar di kelas mereka keluar lebih awal dari jam biasanya dengan alasan hendak melayat ke rumah salah seorang guru yang tengah berduka, tak hanya itu mood gurunya juga sedang bagus setelah memeriksa hasil ulangan mereka tadi. Semuanya tuntas dan peraih nilai tertinggi direbut Alaska kembali.

Cowok bertubuh tinggi tegap itu menargetkan diri supaya tidak kecolongan tahta lagi seperti semester 2 kelas awal. Sebab, Ayahnya cukup kecewa karena semester ganjil dirinya teratas namun di semester genap dirinya menjadi kedua. Sedikit menggali, Ayah dan Bundanya itu sebenarnya tidak pernah memaksanya untuk memporsir diri untuk terus belajar agar mempertahankan posisi, mereka hanya mengatakan jangan lupa belajar dan tidak sampai terlempar jauh.

Menjadi ketua geng besar di sekolahnya, tidak membuat ia melupakan belajar. Diperbolehkan mengikuti geng seperti ini membuat ia harus membayarnya dengan nilai pada Ayahnya. Apalagi, pria itu tau kalau Alaska tak pernah jatuh dari posisi teratas sejak sekolah dasar jadi saat turun peringkat Alaska tau Ayahnya itu kecewa berat walaupun tidak nampak dan tidak terlalu mengungkitnya.

Arka, kakaknya itu anak akselerasi saat sekolah dulu, sekarang menjadi arsitek yang bekerja di perusahaan besar. Hal itu menjadi tolak ukur bagi dirinya supaya, ralat, setidaknya bisa mengikuti jalur kakaknya, sedikit. Tidak usah jalur akselerasinya, mendapatkan pekerjaan oke dengan cara yang gampang, saja. Ia ingin seperti itu.

Dalam bakat, Arka memang cenderung mengikuti Bundanya yang ahli menggambar sedangkan ia lebih ke arah Ayahnya yang senang bergulat dengan masalah kesehatan. Alaska memang tertarik pada dunia kedokteran, dengan awal melihat Ayahnya yang memakai jas kebesaran berwarna putih yang mampu membuatnya tertarik. Sedangkan adiknya, sepertinya ia masih buram melihat bocah SMP itu, namun ia tau adiknya itu tidak bodoh-bodoh amat. Ayahnya bisa mendepak Cakra dari rumah kalau anak itu tidak memiliki isi sama sekali di otaknya.

Menghabiskan air mineral di botol, Alaska berjalan keluar kantin, saat sedang berjalan Virgo kebetulan keluar dari kantin juga membeli snack sekantung besar, Alaska yakin cowok itu meneraktir teman-temannya lagi.

"Alaska woy tungguin gue curut." mendengus namun pada akhirnya ia berhenti juga saat Virgo dengan tidak tau malunya berteriak di koridor. Memang sekarang koridor bisa dibilang sedang sepi dari biasanya namun percayalah berteriak keras di tempat seperti itu tidaklah mengenakan.

"Tumben koridor sini sepi padahalkan biasanya ramai apalagi kalau free dan istirahat," Virgo mengeluarkan celutukannya kala ia dan Alaska melewati koridor. Jam memang belum menunjukkan waktu istirahat namun adajuga beberapa guru yang memilih ikut melayat dan pada akhirnya beberapa kelas ada yang free. Begitulah sepengetahuan Virgo.

"Kantin mungkin." Terlihat Virgo mengangguk mengiyakan perkataan Alaska.

Virgo mengernyit kala melihat banyak siswa tengah bergerumbul di dinding mading. Hal tersebut membuat mereka tak bisa jalan menuju kelas.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang