alaska; 30

457K 28.5K 1.6K
                                    

"SKA, pulangnya bareng yahh ...." setelah mengatakan itu, rombongan anak Batalyon sontak menoleh ke arah Alana yang kini tengah bergelayut manja di lengan Alaska. Para siswi yang masih berada di koridor sekolah tak lupa menatap Alana, ada juga yang hanya melirik untuk melihat kegiatan cewek itu yang pasti di dalam pikiran mereka menganggap Alana cewek ganjen dan kegatelan.

Jujur, selama berkelakuan seperti ini Alana tak pernah mau memikirkan komentar negatif orang-orang tentang dirinya. Lagian, Alana hanya bisa mendengar bisik-bisik dari beberapa siswi saja, tidak ada yang pernah, langsung memaki di hadapannya tentang kelakuannya ini. Mungkin, karena mereka takut jika mencari masalah dengan cewek macam Alana.

"Gak."

"Yaahh ..., kok pelit amat sih?"

"Terserah gue," jawab Alaska acuh. Cowok bertopi belakang itu sama sekali tidak melirik Alana walau sedikit pun.

"Mas, anterin cewek lu tuh, kasian loh," timpal Gilden sambil terkikik yang langsung mendapat pelototan tajam dari Alaska.

"Bukan cewek gue."

"Bukannya, bukan, tapi belum aja," sahut Alana yang membuat teman-teman Alaska terkekeh.

Alana memang sengaja tidak membawa mobilnya ke sekolah biar ada alasan agar dapat pulang bersama Alaska. Namun, jangan harap cowok itu akan dengan mudahnya mengiyakan. Harus ada bujukan-bujukan keras dari Adrian dulu. Tapi, kalau berhasil kalau tidak yah, Alana terpaksa naik bus sendiri. Mau pulang bersama dua sahabatnya juga percuma, kadang mereka sudah pulang lebih dulu atau ada ekskul setelah pulang sekolah.

Alana, Alaska, dan beberapa anak Batalyon yang lain berjalan menuruni tangga bersama. Namun, seseorang dari belakang menahan lengan Alana yang membuat cewek itu menoleh begitu pun dengan Alaska yang sedang ia gandeng.

"Sini lo, kita perlu bicara."

"Loh, bicara apaan lagi?!" Alana memekik hingga membuat beberapa orang yang masih ada di sekolah juga anak-anak Batalyon yang telah berjalan lebih dulu menoleh.

"Loh! Cello, lo masih ada hubungan sama Alana?" tanya Gilden.

"Ck, berulah lagi, Si Kentang mau lo apain?" tanya Virgo juga.

"Bukan urusan lo pada. Cepetan bitch ikut gue."

"Ska tolongin," pinta Alana dengan nada memohon kepada Alaska. Ia berharap-harap cemas pada cowok itu. Apalagi, saat tangannya sudah ditarik-tarik kasar oleh Cello.

Alaska menoleh ke arah Alana. Cekalan tangan cewek itu yang amat erat pada lengannya ia lepas. "Selesain masalah lo," ujarnya pada Alana.

Demi apapun, perkataan Alaska benar-benar membuat harapan Alana hancur begitu saja. Tidakkah cowok itu memiliki rasa simpati padanya? Tidakkah Alaska tau kalau Alana membutuhkannya? Dan, tidakkah Alaska tau kalau Cello itu cowok penuh kekerasan?

Melihat Alaska melepaskan Alana dengan sekali tarikan ia membawa Alana pergi dari jangkauan orang-orang itu. Alana dibawa ke tempat yang lebih sepi hingga setelah sampai cowok itu dengan seenaknya mendorong Alana hingga punggungnya menubruk pintu.

Kedua bahu Alana dicekal erat oleh Cello. Dengan tajam Cello menatap Alana seakan semua kemarahannya hari ini akan ia lampiaskan ke cewek di hadapannya ini.

"Kenapa lo tolak hadiah yang gue kasih, hah?!"

"Karena gue gak mau."

"Kenapa?"

"Gue gak mau, Cell. Lo kenapa sih, kita itu udah lama udahan tapi, kenapa lo dendam sampe segininya sih? Lagian, lo sendiri juga kok yang mutusin gue. Jadi, gue salah di mananya?"

ALASKAWhere stories live. Discover now