Chapter 6 : Serasi

20K 2.6K 120
                                    

Chapter 6

Senin pagi, hujan mengguyur kota ini. Upacara bendera ditiadakan, guru di jam pelajaran pertama telat hadir karena terjebak macet di jalan raya. Kondisi yang terbilang sederhana ini nyatanya cukup untuk membuat teman-temanku bersorak gembira.

Di sudut kiri kelas, cowok-cowok berkumpul membentuk lingkaran untuk bermain uno. Di area depan, beberapa cewek-cewek mengerumuni satu meja yang di atasnya terdapat laptop berukuran 11 inch yang menayangkan drama korea. Di beberapa tempat yang lain, diisi oleh kesibukkan yang beragam, seperti bergosip, membaca buku, mendengar lagu, dan lain-lain.

Aku duduk di kursiku biasa. Di sampingku ada Lana yang sedang menyantap makanan yang seharusnya menjadi bekal makan siangnya. Di depanku, ada Mela dan Jess.

"Ge, coba deh lo sekali-kali potong rambut pendek sebahu, ala-ala cewek Korea gitu. Tiga tahun SMA, lo rambut panjang mulu," komentar Mela di tengah percakapan kami.

Refleks, aku memegang rambut panjangku yang begitu lurus ini. Panjangnya sih sekarang udah hampir sepinggang. Aku sudah menduga akan mendapat teguran seperti ini dari Mela karena dia adalah tipe orang yang begitu akrab dengan salon dan kecantikan. Dia sering sekali mengubah gaya rambutnya, baik itu dipotong dengan style ter-update, di-ombre, dikritingin, dan segala macamnya. Dan dia yang punya kulit kuning langsat dengan wajah yang seluruh ornamennya tampak begitu pas itu, cocok dengan segala gaya rambut yang dia pilih. Hidupnya benar-benar beruntung.

"Ekspektasi sih kayak cewek Korea gitu, takutnya nanti jatuhnya malah kayak Dora," sahutku sambil terkekeh. Bagiku memotong rambut itu adalah hal yang harus dipikirkan matang-matang, karena kalau hasilnya jelek dan tidak sesuai, siap-siap dihadapkan dengan penyesalan.

"Nggak lah, jangan terlalu pendek juga. Pas-in di bahu aja," kata Mela lagi.

Kulihat Lana manggut-manggut sambil mengunyah nasi gorengnya. "Rambut pendek itu lagi nge-trend lho sekarang."

"Kali aja abis potong rambut lo keliatan lebih fresh," tambah Jess.

"Gue mau juga ah potong rambut. Yuk, Ge, potong rambut bareng! Kali aja abis kita potong rambut kita bisa dapetin pacar," ucap Lana bersemangat.

Aku mendengus, Lana betul-betul terobsesi punya pacar kayaknya. "Lo aja deh, gue masih belum mau."

"Kalau udah mau, paling motongnya nggak lebih dari sejengkal tangan. Jangan tanggung-tanggung dong. Gue yakin lo bakalan keliatan cantik kalau rambut pendek," kata Mela.

"Dunia belum siap sama kecantikan gue. Jadi kapan-kapan aja potong rambutnya," balasku yang disambut dengusan geli oleh Mela.

"Eh btw, gue mau tanya sesuatu nih sama kalian," potong Jess tiba-tiba.

"Apaan?"

"Menurut kalian, Arka udah move on belum dari Selly?" tanya Jess dengan suara pelan namun masih cukup jelas.

Aku tertegun. Kenapa membahas Arka dan Selly begini?      

"Alah, kayak nggak tahu Arka aja. Semua orang di sekolah ini, apalagi di kelas ini, udah tahu banget Arka itu tipikal cowok yang gimana. Playboy. Pikir aja sendiri, playboy butuh waktu berapa lama untuk move on dari mantannya? Nggak jauh beda dengan waktu yang diperlukan cahaya untuk sampe ke bumi," jawab Lana tanpa keraguan.

"Wow, gue setuju sama lo Lan. Tahu sendiri lah Jess track record nya Arka itu gimana. Gonta ganti pacar mulu. Jedanya singkat pula," Mela menambahkan.

Aku terdiam. Apa yang dikatakan Lana maupun Mela bukanlah fakta baru untuk didengar, itu bukanlah hal yang mengejutkan. Tapi aku disini masih tak habis pikir kenapa Jess tiba-tiba ingin tahu tentang itu.

Just a Friend to You Where stories live. Discover now