Chapter 34 : Akhir Segalanya

14.6K 1.7K 459
                                    

Chapter 34

Yang Arka ingat, dia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh ketika seorang pria menghubunginya menggunakan ponsel Gea dan mengatakan bahwa cewek itu sedang dibawa ke rumah sakit karena terlibat kecelakaan beruntun.

Yang Arka ingat, dirinya berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan kepanikan luar biasa. Ketika sampai disana, Gea ternyata sedang ditangani oleh dokter.

Setelah orang tua Gea datang, dokter menginformasikan bahwa Gea harus segera dioperasi. Kini, Arka dan keluarga Gea, terduduk di kursi panjang di koridor ruang operasi, menunggu para staff medis keluar memberikan kabar mengenai kondisi Gea.

Selama proses tersebut, kepala Arka terasa kacau. Yang dia ingat hanyalah Gea, Gea dan Gea. Cewek itu seakan mengambil alih kewarasannya saat ini.

Arka mengusap wajahnya untuk yang kesekian kali. Matanya menatap nanar pintu ruang operasi. Lampu berwarna merah yang menyala menandakan bahwa Gea masih ditangani di dalam sana. Mungkin, cewek itu sedang berjuang dalam hidup dan matinya.

Membayangkan hal itu, membuat bulu kuduk Arka meremang. Ada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Dan Arka tidak akan pernah siap untuk menghadapinya.

Arka menghela napas panjang. Telinganya dapat mendengar isakan yang seakan saling bersahutan. Kak Adri duduk sambil mengelus punggung Bundanya. Sedangkan mama Gea duduk ditemani Nauri.

Sedangkan Arka, dia memilih duduk di kursi berbeda. Berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Bermenit menit berlalu hanya dihabiskan Arka dengan berharap kepada Tuhan agar Gea bisa melalui ini semua.

Arka ingin melihat Gea bangun kembali, menyapanya dengan senyum hangatnya, mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Di saat itu datang, Arka bersumpah, dia tidak akan menahan perasaannya lagi. Dia akan mencurahkan segenap isi hatinya pada cewek itu.

Namun hanya jika kesempatan itu ada.

Arka sebenarnya sangsi. Apakah Tuhan akan memberi kesempatan itu? Karena selama ini dia sudah meremehkan kesempatan-kesempatan yang sudah ada untuknya.

Satu jam sudah berlalu. Belum ada tanda-tanda operasi itu selesai dilaksanakan. Kak Adri bangkit dari duduknya, memilih mendekati Arka yang melamun di kursinya.

"Ar, lo udah kabarin Lana dan temen-temen Gea yang lain?" tanya Kak Adri dengan suara sengau. Khas orang yang habis menangis.

Arka menggeleng lemah. Dia tidak terpikir untuk memainkan smartphone-nya saat ini.

"Biar gue aja yang hubungin mereka. Gea butuh doa dari teman-temannya." Kak Adri mengeluarkan ponselnya dari tas. Kemungkinan besar, dia langsung mengirim pesan ke Lana.

Arka menunduk memandang jari jemarinya yang tertaut. "Andai gue yang nganter dia ke bandara," ucap Arka pelan dengan nada penyesalan.

Segala macam pengandaian muncul di benak Arka. Pengandaian yang mungkin membuat situasi ini tak seperti sekarang.

Hanya helaan napas yang lolos dari bibir Kak Adri.

"Andai gue nggak biarin dia pergi," ralat Arka.

"Bukan salah lo," hibur Kak Adri.

Just a Friend to You Où les histoires vivent. Découvrez maintenant