Chapter 33 : Gea Bagi Arka

19K 2.4K 625
                                    

Chapter 33

"All you never say is that you love me so
All I'll never know is if you want me
If only I could look into your mind
Maybe then I'd find a sign
of all I want to hear you say to me."

-All you never say, Birdy.

***

Selama beberapa minggu terakhir, Arka mengalami kebimbangan yang luar biasa. Dia seperti sedang berada dalam jalan bercabang. Kakinya tidak tahu harus melangkah ke arah mana. Semua tampak benar, dan tampak salah secara bersamaan.

Arka tidak menyangka, sehari setelah dia menikmati malam dengan makan nasi goreng bareng Gea menjadi awal semua kebimbangan hatinya ini dimulai. Mama Gea menghubunginya dan memberitahu tentang rencana kepindahan keluarga mereka di Bali, dan beliau meminta Arka untuk membujuk Gea agar ikut.

Arka serba salah. Merelakan Gea pergi ke Bali adalah sesuatu yang tidak mudah. Setidaknya, tidak mudah untuk dilakukan oleh hati kecilnya. Namun, menolak permintaan mama Gea juga bukan ide yang bagus. Pada akhirnya memang Gea haruslah berkumpul bersama keluarganya lagi. Cewek itu layak bahagia. Arka tidak mau egois dengan melarang cewek itu pergi.

Tidak sampai disitu saja, meski sudah menyarankan Gea untuk menjadikan keluarganya sebagai pilihan pertama dan yang paling utama. Lagi-lagi Arka kembali dihadapi dilema. Haruskah dia mengungkapkan isi hatinya atau membiarkan cewek itu berlalu tanpa mengetahui apa-apa.

Semalam sebelum keberangkatan Gea, Arka memikirkan hal ini lamat-lamat sambil merenung memperhatikan langit-langit kamarnya yang berwarna putih.

Gea jelas bukan hanya sekedar teman untuknya.

Baiklah, biar dia jelaskan ini dengan cara yang lebih baik.

Pernah suatu waktu ketika awal bertemu, Arka merasa begitu tertarik dengan senyum Gea. Cewek itu memiliki senyum manis yang membuat siapa saja yang melihatnya, jadi ingin ikut tersenyum. Lalu, seiring berjalan waktu, berbagai momen mereka habiskan bersama. Arka sempat merasa begitu nyaman dengan kehadiran Gea hingga akhirnya dia sadar bahwa ada yang kurang kalau cewek itu tidak ada di sisinya.

Mulai saat itu, Arka yakin, perasaannya ke Gea tak pantas hanya dilabeli teman saja. Namun untuk melangkah lebih dari itu, Arka takut akan merusak semuanya.

Bagi Arka, Gea itu termasuk dalam jajaran orang yang nggak terpengaruh dengan pesonanya. Bisa dibilang, dia itu anti baper. Kalau digoda, Gea cuma tertawa atau melengos tak acuh. Kalau dilempari kata-kata chessy, cewek itu akan mencibir dan mengatai Arka sudah gila. Makanya kepercayaan diri Arka seringkali menciut kalau berurusan sama cewek itu.

Arka berpacaran sama banyak cewek semata hanya untuk kebutuhan egonya, sekaligus testing water apakah Gea terpengaruh atau tidak. Tapi nyatanya, tak ada mantan Arka yang membuat Gea blingsatan cemburu. Arka semakin yakin kalau Gea cuma menganggap sebagai teman saja. Tidak lebih.

Arka selalu ingin tertawa tanpa rasa humor kalau mengingat itu semua. Gea begitu dekat dengannya, sekaligus begitu jauh untuk bisa ia rengkuh.

Ketika Gea mengucapkan selamat tinggal lewat telepon malam tadi. Arka merasa kacau. Dia tetap tidak bisa mengakui perasaannya karena takut situasi berubah menjadi tak terkendali. Arka mengaku kalah, dia memang pengecut sejati.

Perang batin yang terjadi dalam diri Arka semalaman membuat dia kelelahan. Alhasil, paginya, dia terbangun pukul 7 kurang lima. Mengingat ini adalah hari keberangkatan Gea, dia langsung bergegas bangun. Meski cewek itu sudah melarang, tapi dia tetap ingin bertemu cewek itu di saat-saat terakhir ini.

Just a Friend to You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang