Chapter 15 : Merasa Tersisih

15.9K 2.4K 232
                                    

Udah berapa bulan ya cerita ini nggak update?
Selamat membaca!

***

Sudah kubilang kan kalau Arka itu suka bertindak semaunya?

Dan apa yang dia katakan di UKS itu sukses membuatku bertanya-tanya sendiri akan maksud ucapannya.

Dia bilang label teman adalah label tersialan yang pernah ia dengar di muka bumi ini. Lantas, salahkah aku kalau menganggap di balik kalimatnya itu ada sebuah makna tersirat bahwa dia ingin menghapus label itu di antara kami?

Apa Arka juga menyukaiku? Apa ternyata selama ini aku tidak terjebak friendzone sendirian?

Aku langsung menggelengkan kepala, mengusir semua pemikiran-pemikiran yang berkelebat di kepalaku. Aku tidak boleh GR. Tidak sekarang. Aku takut ke-GR-an ini hanya akan menimbulkan harapan yang nyatanya nggak sesuai dengan realita.

Karena faktanya, Arka sudah memiliki Jess sebagai pujaan hatinya.

Aku berguling ke samping. Memeluk bantalku dengan erat. Meski aku berusaha melupakan kata-kata Arka di UKS tadi, namun tetap saja otakku seakan ingin mengulang-ulang kalimat itu dengan sendirinya.

Ponselku berdering. Dengan cepat aku mengambilnya. Tertera di layar ponselku sebuah chat LINE yang masuk dari Rafa.

Rafa : Udah mendingan? Besok sekolah?

Aku mengetikkan balasan.

Gea : Iya, ini udah sangat mendingan. Besok latian main gitar lagi ya. UTS makin dekat...

Rafa : Okaaayy. Good nite

Gea : Nite

Setelah pesan terakhir yang kukirim ke Rafa, aku terus terjaga hingga jam setengah dua belas malam. Pikiranku tak mau berhenti memikirkan tentang Arka dan segala kemungkinan yang terjadi diantara kami.

***

"Dateng ya ke acara ulang tahun gue minggu nanti."

Pagi ini dengan wajah berbinar, Jess membagikan undangan ulang tahunnya yang didesain dengan warna merah dan hitam. Sebuah undangan yang tampak elegan dan mahal.

"Ajak pasangan boleh," tambah Jess dengan senyum menggoda.

Lana langsung bergelayutan di tanganku. "Ge, pokoknya kita harus cari cowok, gue nggak mau jomblo di pesta Jess nanti."

"Dih, Lana, emang lo kira nyari cowok bisa dalam satu kedipan mata gitu?"

"Nggak gitu juga kali, tapi kita bisa cari di tujuh hari tersisa ini."

"Lo aja ah, gue males."

"Emang lo nggak malu dateng sendirian di pesta Jess?"

"Biasa aja."

"Alah, bohong lo. Pasti malu lah. Mana anak-anak yang lain bawa pacar atau gebetannya masing-masing pula. Semakin tersisih kita yang jomblo."

Bibirku mengerucut. Jess dan Mela yang mendengar percakapan kami tertawa geli.

"Eh Rafa, lo mau nggak jadi pasangan Gea di ultah gue nanti?" Jess berteriak dari bangkunya, membuat Rafa sekejap menjadi pusat atensi. Aku memelotot kaget.

Rafa tampak tak siap menerima pertanyaan itu. Dia melirikku sekilas. "Dengan senang hati."

Seisi kelas kompak melafalkan kata "cie" dengan konstan. Hal yang membuatku mendadak mati gaya. Tanpa sengaja, pandanganku dan Arka bertemu. Hanya sesaat sebelum akhirnya cowok yang tengah duduk di bangkunya itu memilih fokus memainkan ponselnya.

Just a Friend to You Where stories live. Discover now