03 || Tiga

328K 7.4K 415
                                    

//T I G A//

Kehilangan bukan untuk disesali, tetapi untuk dijadikan materi baru dalam pelajaran hidup yang terbangun dalam histori.

Kehilangan bukan untuk disesali, tetapi untuk dijadikan materi baru dalam pelajaran hidup yang terbangun dalam histori

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di balkon sebuah rumah mewah, sepasang suami istri tengah memandangi pemandangan langit malam yang tanpa bintang. Aska merangkul Fiara sembari tersenyum ke arah langit, sementara Fiara mendekatkan tubuhnya ke arah suaminya itu.

"Andai Cakra masih hidup, rumah kita tak akan sesepi ini," ujar Fiara dengan nada sendu.

"Sudah empat tahun yang lalu, kau masih tidak bisa merelakannya?" tanya Aska yang merangkul Fiara semakin erat.

"Bagaimana aku bisa rela, dia adalah buah hati kita. Dia yang membuatku menjadi ibu, membuatku merasa punya sesuatu yang sangat berharga untuk dilindungi," ungkap Fiara yang menahan dirinya untuk tidak menangis. "Namun, aku gagal melindunginya."

Aska langsung memeluk istrinya, membuat Fiara menangis di pelukannya. Ia tahu tidak berat bagi seorang ibu kehilangan anaknya, apalagi Cakra masih berumur delapan tahun waktu itu. Sebagai suami, ia memosisikan diri sebagai orang yang lebih tegar, tidak mau ikut terbayang masa lalu dan menangisi kehilangannya.

***

Fiara yang sudah memakai pakaian tidurnya, memandangi etalase lemarinya. Ada banyak piala di sana. Tiga piala Puspa berada di tingkat paling atas etalase itu. Sejenak, ia mengingat masa-masa di mana dia menjadi aktris paling gemilang. Ya, sudah lebih dari satu dekade lalu. Dia dikenal sebagai aktris yang sangat bersinar pada masa itu.

Melihat wajahnya di cermin, ia membayangkan dirinya adalah Warni. Seorang perempuan desa yang merantau ke kota dan menaklukkan hati seorang saudagar kaya. Sosok yang pernah diperankannya itu adalah sosok yang mengubah kehidupannya. Tidak hanya di dalam film, ia pun berhasil menaklukkan--atau justru ditaklukkan--sosok saudagar yang diperankan oleh suaminya sendiri.

Tubuh prianya itu terbaring di atas ranjang. Fiara bergerak ke arah ranjang dan berbaring di samping Aska. "Kau ingat saat pertama kita bertemu?" Fiara menoleh ke arah suaminya yang sudah menutup matanya. "Aku gugup, sungguh aku sangat gugup waktu itu. Kau yang mengajak berkenalan dan melontarkan candaan lebih dulu, aku selalu tertawa dengan leluconmu. Dulu, aku berpikir kau melakukan itu pada semua gadis, tapi saat kau mengatakan bahwa kau menyukaiku. Aku percaya, kau hanya suka padaku."

Fiara membelai wajah suaminya. Melangkahkan dua jarinya dari dahi, menuju hidung, lalu ke bibir Aska. Ia mengusap bibir itu sembari tersenyum sebelum menarik selimut dan terbaring menghadap arah yang membelakangi suaminya. Saat mata terpejam, ada gerakan yang ia rasakan. Aska memeluknya dari belakang, membuatnya tersenyum dalam kehangatan.

***

Vanesa dan Nolan sudah sampai di apartemen mewah milik Vanesa. Apartemen sebesar itu hanya ditinggali oleh Vanesa. Nolan tahu bagaimana perasaan seorang Vanesa. Kedua orang tua Vanesa semua tinggal di Paris, Vanesa sendiri yang memilih hidup di Jakarta sebagai aktris. Nolan yang sudah tak memiliki orang tua pasti mengerti perasaan Vanesa.

Making Dirty ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang