06 || Enam

189K 6.1K 401
                                    

//E N A M//

Jangan khawatirkan aku yang selalu mendukungmu, khawatirkan dirimu yang selalu meragukan kemampuanmu sendiri.

Jangan khawatirkan aku yang selalu mendukungmu, khawatirkan dirimu yang selalu meragukan kemampuanmu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanesa duduk di depan meja makannya. Makanan yang ia pesan belum ia buka bungkusnya.  Wajahnya tampak lelah dan ekspresinya seakan menggambarkan begitu banyak hal yang ia pikirkan. Vanesa sama sekali tidak menyentuh ponselnya lagi sejak kemarin menelepon Nolan--yang diangkat oleh Gerry.

Suara pintu dibuka membuat Vanesa langsung terkejut. Ia segera berdiri dan berjalan keluar dari dapur. Di depan pintu, ia melihat pria itu. Sosok yang pergi meninggalkannya selama tiga hari. Dengan cepat, Vanesa langsung berlari dan memeluk Nolan.

"Aku mengkhawatirkanmu," kata Vanesa dengan suara yang hampir menangis. "Aku tidak tahu lagi siapa yang bisa kuhubungi selain kau di saat seperti ini."

Nolan tertawa kecil. "Aku sudah ada denganmu. Sekarang kita harus pergi jauh dari sini. Aku punya uang untuk kita memulai hidup baru di tempat lain dengan profesi yang lebih menyenangkan," kata Nolan yang membuat Vanesa segera melepaskan pelukannya.

Wajah Vanesa terlihat bingung. "Apa maksudmu?"

Nolan mengangkat kedua tangannya dan ia letakkan ke kedua pipi Vanesa. "Ayo kabur. Semua orang akan menyerangmu dari mana pun," ujarnya seraya menatap wanita di depannya lekat-lekat.

Vanesa menggeleng. "Aku tidak mau kabur."

"Kenapa?"

Vanesa mengenyahkan tangan-tangan Nolan. "Aku tidak ingin berhenti begitu saja," jawab Vanesa tampak tegas seraya mundur dua langkah.

"Tapi video itu, lelaki dalam video itu. Tidak lama lagi karirmu akan hancur," kata Nolan dengan nada getir.

"Itu bukan aku," jawab Vanesa seraya mengalihkan pandangan.

"Aku sudah melihat seluruh bagian dari tubuhmu. Mataku tidak bisa dibohongi," jawab Nolan yang mendekati Vanesa yang mulai menjauh.

Vanesa menggeleng saat melihat Nolan menatapnya dengan pandangan aneh. "Kau percaya mereka?" tanya Vanesa yang terus melangkahkan kakinya ke belakang.

Nolan terus mendekat. "Aku sangat pencemburu. Aku membenci semua pria yang menjadi lawan mainmu. Aku membenci semua penggemar priamu. Sekarang, aku benar-benar benci pada pria itu," kata Nolan yang tampak marah sembari melangkah mendekati Vanesa. "Oh ya, dia bahkan tidak pantas disebut seorang pria."

"Nolan, kau terlihat sedang tidak baik," kata Vanesa dengan gemetar.

Dengan cepat, Nolan menangkap tangan Vanesa. Ia menarik wanita itu ke kamar tidur. Lalu, ia mengambil handycam yang ada di atas lemari. "Ayo kita membuatnya," ujar Nolan.

"Apa yang sedang terjadi padamu?" tanya Vanesa yang sedang berusaha melepas tangannya dari cengkeraman Nolan.

Nolan melepaskan tangan Vanesa. "Lepaskan pakaianmu sekarang," suruh Nolan dengan suaranya yang mulai serak.

Making Dirty ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang