#29

11.3K 645 8
                                    

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)



"Ohh, Intan paham kak" ucapnya sambil mengangguk-anggukan kepala.

"Kita masih tetap harus bergerak, jangan terlalu lama membuang waktu yang tidak berguna." balas Joseline mendorong meja roda.


 Setelah itu mereka berdua mendorong meja roda, melewati bassement yang biasanya juga dijadikan sebagai parkiran mobil meskipun, lorong yang terasa sepi dan ditambah lagi penerangan yang ada disitu hanya ada sedikit melengkapi kesan menakutkan tempat itu.

 Tujuan mereka berdua saat ini adalah langsung ke mobil dan jarak mobil mereka dengan lift tempat mereka turun tadi sekitar dua ratus meter. Dan tentu saja tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk sampai di mobil.

 Mayat si Kepala Sekolah langsung diangkut ke dalam mobil dan ditaruh asal oleh Intan, karena ia tak peduli dengan apapun yang terjadi dengan mayat itu. Sedangkan Joseline, setelah menaruh asal meja roda yang tadinya mereka dorong-dorong diatas, kali ini yang menyetir mobil mereka berdua.

 Meskipun yang menyetir adalah Joseline, ia masih tetap menyetir dengan cara biasa layaknya orang biasa ketika sedang berkendara karena Joseline tidak ingin memancing terlalu banyak orang dalam misi kali ini.

 Menurutnya akan sangat berbahaya jika aksi mereka berdua disaksikan banyak orang dan akan sangat susah untuk membungkam mereka semua.

Jalanan pun juga masih terlihat jauh dari kata sepi meskipun jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas lebih lima menit. Entah pagi, siang, sore, ataupun malam, kota ini tak pernah lelah untuk beraktivitas.

 Dan sudah jelas tujuan mereka berdua kali ini adalah langsung menuju SMA Cakrawala yang bisa mereka tempuh dalam waktu sekitar dua puluh menit ketika sepi dan satu jam ketika jalanan lagi macet-macetnya.


"Karya kita nanti kayaknya bakal tambah heboh ya kak? hahaha" ucap Intan di tengah perjalanan sambil ketawa-ketawa layaknya seorang psikopat.

"Tentu saja, biar semua orang-orang busuk yang ada di dunia ini tau tentang kehebatan kita" balas Joseline yang sangat percaya diri.

"Nanti mau kita apakan mayat si Kepala Sekolah, Kak? gantung? mutilasi? beleh? dipaku?" tanya Intan bertubi-tubi.

"Kau benar-benar adikku hehe.." timpal Joseline merasa bangga dengan adiknya dan sempat mengelus-elus rambutnya sebentar."



#Disisi lain... (1 jam sebelumnya)


 Mundur ke satu jam sebelumnya, setelah Deni, Erka, Lea, dan Tari memutuskan untuk membagi tim menjadi dua. Tugas Lea dan Tari adalah mengecek ke kamar Zafran. Mereka berdua juga sempat ketakutan ketika melihat beberapa mayat tergeletak di lantai dengan bersimbah darah, seperti orang-orang yang baru saja dibunuh. Meskipun begitu, mereka berdua tidak bisa melakukan apa-apa, dan hanya bisa melewati mereka berdua saking takutnya.


Mereka berdua juga sama sekali tidak teringat untuk menghubungi nomor kantor polisi.


 Dan ketika mereka berdua sudah sampai disitu, terlihat di dalam kamar itu sudah kosong. Tidak ada siapa-siapa lagi di dalam sana, bahkan keluarganya Zafran sendiri.

 Yang terjadi sebenarnya adalah, ibu Zafran menganggap Zafran sendiri setelah terbangun dari komanya yang panjang dan melarikan diri dari rumah sakit entah menuju kemana. Karena merasa kamar Zafran di rumah sakit sudah tidak dipakai lagi, jadi mereka semua memutuskan untuk pulang.

 Dan hingga sampai saat ini, keluarganya, termasuk ayahnya lah yang paling bekerja keras untuk menemukan anaknya yang sedang kabur saat ini.


"Kamarnya kelihatan udah bersih, apa dia udah pulang kerumah ya?" tanya Tari penasaran sambil mengintip ke dalam kamar sebentar.

"Mungkin sih, nanti kita tanyakan ke bagian resepsionis aja." saran Lea.

"Untuk sekarang, ayo kita cari Deni dan Erka." tambahnya.

"Iya" balas Tari setuju.

"Yang tadi kita liat gimana? kita ga bisa lewat begitu aja..." tambah Tari mulai takut.

"Untuk sekarang kita harus diam dulu, jangan memancing perhatian karena kita mungkin bisa dicurigai sebagai pelakunya." jawab Lea.

"Hmm, ayo kita telpon polisi aja sekarang. Kita harus lapor ke mereka tentang ini."  balas Tari.

"Kamu aja yang nelpon" timpal Lea.


Setelah Tari melaporkan tentang mayat-mayat yang tadi sempat mereka berdua lihat di Rumah sakit, dalam perjalanan mereka berdua menuju ke lift, saat itulah mereka juga melihat Deni dan Erka


Tergeletak di lantai.



#TBC

I'm Coming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang