Red

1.3K 62 2
                                    

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)



"Aku gapapa.." karena yang terpenting adalah untuk tidak tergigit sama sekali karena mereka.

"Tetap berdekatan sama kakak, hati-hati sama mereka."

"I iya."


 Melihat pria tersebut dapat bergerak, Ryan terlambat untuk mencegahnya. Ia memaksakan dirinya untuk menuju ke tempat dimana bayi dan istrinya terakhir kali berada sebelum tubuh mereka dikoyak.

 Bersusah payah merangkak untuk mendekat, sebuah tangan berhasil meraih salah satu kaki miliknya dan menariknya ke belakang untuk dimangsa secara beramai-ramai, tak membiarkan tangannya berhasil benar-benar menyentuh tubuh istrinya yang masih tersisa.


"Arghhh" tak berdaya lagi dengan apa yang menimpa dirinya kali ini.


 Entah muncul darimana, setelah tubuhnya ditarik, terdapat sosok yang langsung mengoyak isi perutnya dengan paksa. Membuat isi perutnya terbelah menjadi dua dan memperlihatkan berbagai organ tubuh yang ada di dalamnya.

 Sebuah usus yang langsung ditarik menggunakan gigi dan diputus dengan paksa ketika sampai di antara permukaan, ginjal yang dicabik dengan paksa, dan jantung yang langsung diremas hingga memecahkan apa yang seharusnya tidak dipecahkan.

 Darah berwarna merah pekat terlihat mengucur dengan deras membajiri tanah, pandangannya terlihat kosong, pria yang hingga kini masih belum diketahui namanya telah tewas di tempat.


"Ini buruk."


 Bukannya Ryan tak ingin menolong pria itu, namun ketika melihat apa yang telah terjadi kepada dirinya, mereka berdua juga langsung menyadari jika hal tersebut merupakan ajal baginya.

 Tak melakukan apapun kepada dirinya, ia memutuskan untuk mengajak adiknya untuk segera pergi dari sebuah tempat terjadinya tragedi memilukan itu. Memanfaatkan kesempatan untuk kabur sementara para zombi yang ada sedang sibuk untuk mengonsumsi daging yang ada di hadapan mereka.


"Ayo van, kita harus pergi" sembari menarik salah satu tangan Stevani.


 Menyadari jika ini merupakan satu-satunya kesempatan mereka untuk kabur, Stevani tak mengatakan apapun dan hanya bisa menuruti ajakan kakaknya meskipun ia sendiri juga masih kurang bisa menerima dengan apa yang barusan terjadi. 

 Mereka semuanya bisa selamat jika saja sebelumnya tidak mengalami sebuah fenomena aneh yang membuat tubuh menjadi tidak bisa bergerak, itulah yang ia pikirkan.

 Sebelum semuanya semakin ramai, mereka berdua segera menghindar dari tempat tersebut. Memaksakan diri untuk terus bergerak sebelum berhasil mendapat kendaraan yang bisa digunakan.


"Maafkan aku." ucapnya dalam hati, tak ingin melihat apa yang terjadi di belakangnya.

I'm Coming [END]Where stories live. Discover now