#9 (Revisi)

16.1K 1K 19
                                    

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)



"Tidak apa-apa, informasi yang barusan bisa sangat berguna kali ini" balas Deni sambil menyeringai.

"Jadi?" tanya Erka menunggu keputusan.

"Kita tidak akan memulai penyelidikan di sekolah, polisi yang ada di dalam cukup banyak sekarang" jawabnya.

"Ayo kembali menuju basecamp" tambahnya.

"Loh, kita punya basecamp?" komentar Lea sedikit terkejut.

"Tentu saja punya, kita nanti akan mengambil kendaraan dulu, dan akan berkumpul di gerbang depan." jawab Deni.

"Baiklah" jawabku.

  

 Setelah itu kami berpisah sebentar, karena akan mengambil kendaraan milik masing-masing di parkiran. Meskipun aku berjalan sendiri, tapi aku juga masih dalam posisi waspada karena aku sama sekali tidak merasa aman sekarang.

 Dan dari tadi aku juga banyak melihat banyak petugas polisi serta ambulan sibuk keluar masuk ke dalam sekolah. Harusnya mereka malu, padahal sudah menaruh banyak petugas sebelum pembunuhan yang terakhir terjadi untuk mengantisipasi, tapi tetap saja mereka masih kecolongan lagi.


***


#Skip time.


 Setelah semua anggota berkumpul, kami mengikuti Deni yang menyetir duluan di paling depan, sedangkan aku berada di tengah-tengah. Deni terus menggiring kami sekitar sebelas menit an, hingga kami sampai di sebuah rumah yang baru halaman depannya saja sudah cukup luas dan besar. Aku baru mengetahui jika Deni adalah anak dari orang kaya ternyata.

 Kami juga ikut berhenti setelah memakirkan motornya duluan di halaman depan. Setelah itu kami masih mengikutinya hingga dia menunjukkan bahwa halaman belakangnya yang ada taman serta berbagai macam tanaman hias adalah basecamp kami sekarang.


"Ini basecamp kita sekarang, anggap saja seperti rumah kalian sendiri" tawar Deni sambil tersenyum.

"Wahh, keren banget" komentar Tari karena ia yang pertama kali senang ketika melihat pemandangan ini.

"Mau kemana?" tanyaku kepada Deni karena kulihat dia mau pergi.

"Aku mau mengambil sesuatu sebentar, kalian jangan malu-malu ketika ada disini" balasnya.

"Baiklah" jawab kami.

"Dasar para cewek" itulah yang kudengar dari mulut Erka karena melihat Lea dan Tari sekarang sudah sibuk untuk bergantian saling foto maupun selfie di taman ini. Dan Erka sudah melepas kacamatanya saat ini, ini baru pertama kali aku melihatnya, dan wajahnya terlihat berbeda.

"Biarkan saja mereka, kok dilepas?" jawabku sambil menunjuk kacamata miliknya.

"Lagi malas memakainya" balasnya singkat.

"Aku masih penasaran dengan yang kau bilang tadi" tambahnya.

"Tentang aku melihat wajah 'dia' " balasku.

"Ya, coba beritahu kepadaku apa yang kau lihat" ujarnya.

"Aku tidak terlalu melihatnya dengan jelas, tapi yang jelas badannya tidak terlalu tinggi dan pendek, kulitnya sedikit coklat tapi termasuk putih, dan wajahnya aku hanya melihatnya dari samping karena tertutup dengan rambut hitamnya." jawabku.

"Jika aku memberimu beberapa foto, kamu masih bisa mengingatnya?" balasnya.

"Entahlah, aku tidak terlalu yakin" jawabku jujur.

"Baiklah." ucapnya memaklumi dan setelah itu aku melihat Deni kembali dengan membawa beberapa makanan serta minuman di tangannya.

"Ayo kesini" ucap Deni menawarkan kepada kami, dan karena kami berdua yang paling dekat jadi kami berdua yang mendekat terlebih dahulu.


 Kami mengucapkan terima kasih terlebih dahulu sebelum mengambil barang pemberiannya. Dan sekarang kami duduk di tempat yang agak teduh dekat pohon karena matahari sedang berada di puncaknya kali ini.


"Bagaimana dengan selanjutnya?" tanya Lea sambil menyeruput es degan yang sedang ia pegang.

"Selanjutnya?" komentar Erka.

"Zafran sudah pernah melihat wajah si pembunuh, yang berarti ia adalah kuncinya sekarang" balas Deni.

"Tunggu, aku baru ingat sesuatu.......apakah dia juga melihatmu saat itu?" tambah Deni.

"Sepertinya dia sempat melihatku karena mata kami sempat bertatapan meskipun dari jauh" jawabku.



#TBC

I'm Coming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang