4.2 - Dinner

7.7K 369 21
                                    

Alice mengulurkan tangan pada Elena "Perkenalkan aku Alice Victoria Scarlett. Wanita yang telah diculik oleh pria jelek ini!"

Adam mengangkat salah satu alis lalu ia tersenyum simpul "Siapa yang munculikmu wanita bodoh! Cih, aku sangat rugi sekali jika menculik gadis sepertimu." Ucap Adam

"Lalu apa namanya kalau kau bukan menculik diriku hingga mengurungku berhari-hari didalam rumahmu?"

Elena sudah mati penasaran dengan gadis ini, ia berulang kali bertanya pada Adam siapa sebenernya gadis ini "Adam apa kau yakin jika gadis ini bukanlah kekasihmu?"

"Tentu. Aku tidak ingin memiliki kekasih yang berdada dan berbokong rata sepertinya"

"Dasar brengsek kau pria laknat!!!" Batin Alice

Kini semua tak berjalan sesuai keinginannya. Alice bangkit dari tempat duduk, ia mencoba untuk pergi dari tempat ini namun ketika Alice ingin mendekati pintu keluar restaurant tersebut ada sebuah tangan yang menggenggam erat pergelangannya. Alice pun menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang sudah menahan dirinya agar tidak pergi. Oh My God! tidak tidak, ini tidak mungkin terjadi.

Mata Alice membulat secara sempurna dengan bibir sedikit terbuka "Kau!"

"Hei, apa kau Alice?" Tanya pria itu

Alice menganggukan kepala seraya tersenyum manis menatap pria tersebut. Pria itu melepaskan genggamannya "Kau apa kabar? sudah lama sekali kita tidak bertemu. Ternyata dirimu tumbuh menjadi gadis yang begitu cantik."

"Ya seperti yang kau lihat saat ini kabarku sungguh baik. Dan terakhir kita bertemu saat kita masih duduk dibangku sekolah menengah atas, lalu kau selalu menggodaku disetiap saat. Bukankah begitu pahlawan kesiangan?" Jawab Alice.

Ia terkekeh pelan karena mengingat pria ini yang baginya dulu adalah sosok pahlawan kesiangan. Ya sesuai julukan yang Alice berikan bahwa pria ini selalu berbaik hati dan menolong sesama, terutama pada Alice. Pria itu adalah berinisial James Alexis.

FLASHBACK ON

5 tahun yang lalu . . .

Alice sedang memandangi langit yang saat itu cuacanya sedang tidak bersahabat, burung-burung berkicauan disertai gemercik air diluar perkarangannya. Ketika itu ia sedang berkhayal menjadi seorang ratu yang disegani oleh para pelayannya, hanya berkhayal saja ia sudah sangat senang walaupun tidak nyata setidaknya ia pernah berkhayal menjadi seorang ratu.

Lamunannya pun pudar ketika ponsel milik Alice berdering begitu kencang ia segera melihat siapa yang sudah menghubungi malam-malam seperti ini, akhirnya Alice mengangkat panggilan tersebut.

"Ha-hallo. Dengan siapa ini?" Tanya Alice dengan suara gugupnya

"Jauhi pria itu! atau kau akan merasakan akibatnya jika terus mendekatinya!" Ancaman seseorang dibalik suara itu

"A-apa maksudmu?"

"Kau tidak usah berlagak bodoh! jauhi James jika kau masih ingin melihat orang tuamu hidup!"

"B-baiklah aku akan menjauhinya."

Alice mematikan sambungannya lalu melemparkan ponsel ke tempat tidur ia menggeleng-gelengkan kepala, tidak mungkin ini terjadi. James adalah pria yang selalu menemani Alice semasa sekolah, ia bukan sahabat melainkan kekasih pertama Alice. Itulah sebabnya Alice tidak ingin menjauhi James karena Alice terlalu mencintainya.

Sejak beberapa hari kejadian teror yang mengancamnya, kini hubungannya sangat rentan dengan James, ia menghilang tanpa adanya kabar hingga membuat James merasa khawatir dan dilanda rasa keanehan. Tidak biasanya Alice seperti ini. Kurang lebih 30 hari Alice menghilang tanpa kabar jika sekalinya bertemu pas-pasan dengan James ia mengalihkan pandangan dan bisu sejenak. James selalu meminta penjelasan pada Alice mengapa akhir-akhir ini sifat dan sikapnya selalu aneh bahkan berubah 180 derajat dari sebelumnya.

Saat tak sengaja mereka bertemu di halaman belakang sekolah tanpa basa-basi James menggenggam kedua tangan Alice dengan kuat agar Alice tak melarikan diri "Alice. Jelaskan padaku mengapa akhir-akhir ini kau menjauhiku, apa kau sudah tak mencintaiku lagi? jawab Alice aku sangat butuh jawaban darimu."

"James dengarkan aku, kelak kau akan mengerti mengapa aku menjauhimu seperti ini. Jadi sekarang kau lepaskan tanganku" Alice memberontak rasanya ia ingin menangis sekeras mungkin tapi ini bukan saatnya

James berlutut dihadapan Alice dengan wajah yang menatap dasar lantai, ketika James kembali menatap wajah Alice ia menetaskan air mata karena tak sanggup akan semua ini. James sangat mencintainya, ia tak memandang latar belakang Alice dan fisiknya. Sifatnya yang lembut membuat pria ini jatuh cinta padannya hingga ia menaruh hati pada Alice.

Alice memejamkan mata merasakan hal yang sama dengan James. Alice membatin "Jangan menangis James aku mohon, hatiku sangat sakit jika melihatmu menangis. Tolong hentikan James aku tidak kuat untuk menahan air mataku"

Alice tak sadar jika ia meneteskan beberapa air mata yang jatuh mengenai wajah James. Akhirnya ia berdiri dengan sempurna kedua bola mata yang indah saling memandangi satu sama lain. James mengusap air matanya kemudian ia memeluk erat Alice lalu berkata "Alice aku mohon padamu jangan pernah tinggalkan aku lagi. Kau tau? aku tidak akan bisa bernafas jika tidak ada udara, kaulah udaraku Alice jadi aku mohon kau tetap denganku."

Alice melapaskan pelukan itu, ia menggelengkan kepala bahwa ia memberi kode pada James agar tidak mendekatinya lagi. Alice pergi meninggalkan James yang saat ini hatinya serasa seperti disayat dengan benda tajam, begitu dasyat rasa sakit yang ia rasakan. Harus bagaimana lagi agar Alice tidak meninggalkan dan berpaling darinya. Ah Ya Tuhan, sungguh kisah cinta mereka berdua penuh dramatis.

FLASHBACK OFF

James menepuk bahu Alice beberapa kali setelah melihat Alice yang sedang melamun seraya memandangi wajah pria ini. Alice kini tampak kikuk setelah mengingat kejadian itu, ia mendecak kesal "Arghhh bodoh! mengapa aku masih mengingat kejadian itu. Sial ternyata James bisa membuatku kembali mengingatnya."

"Alice kau tidak apa-apa?" Tanya James

"Ah hmm i-iya aku tidak apa-apa James" Jawab Alice yang nampak terlihat kikuk.

*

Setelah Alice pergi meninggalkan Adam dan Elena, terlihat suasana disana sangat hening. Adam memang typical pria yang tidak banyak bicara hanya saja jika ada yang bertanya maka ia akan menjawabnya.

"Apa di usiamu saat ini kau belum memiliki pendamping?" Elena memecahkan suasana hening di sela-sela saat makan malam.

Adam masih memakan hidangannya lalu selesai mengunyah ia menegak air mineral "Aku tidak memikirkannya"

"Mau sampai kapan kau ingin menyendiri seperti ini? bahkan banyak wanita diluar sana yang menanti cintamu"

"Sampai aku menemukan wanita yang cocok denganku,"

Elena hanya menganggukan kepala dan tersenyum manis, kedua tangan Elena sibuk dengan hidangannya. Selang 15 menit mereka selesai makan Adam mulai mencari-cari Alice kemana ia pergi, bodohnya mengapa Adam membiarkan wanita itu pergi?

"Ele, apa kau sejak tadi melihat Alice?"

Elena mengerutkan dahi dan mengangkat bahu "Aku tidak melihatnya"

"Kau membawa kendaraan pribadimu?"

"Ya,"

"Pulanglah ini hampir larut malam, aku akan mencari wanita bodoh itu"

Elena menghela nafas, sepenting kah Alice baginya hingga Adam pun tak mengajak ia pulang, bahkan ia membiarkan Elena pulang seorang diri dengan kendaraan pribadinya. "Baiklah aku akan segera pulang," Jawab Elena dengan wajah yang menunjukan penuh kekecewaan.

***

Gimana sama part ini?

Kalau kalian suka sama cerita aku jangan lupa Add to Library and Reading List, oke. Dan aku bakal ngelanjutin part ini setelah tembus 15 vote.

See next chapter's. I hope you to vote and comment my wattpad story! :) -A-

Groom Of The DarknessWhere stories live. Discover now