9 - Attention!

5.3K 244 1
                                    

Sudah dua hari pria tampan berjuta rasa ini terbaring diatas ranjang, sejak kemarin ia dinyatakan oleh dokter jatuh sakit akibat kelelahan yang tidak bisa Adam hindari. Tubuhnya sering kali demam tinggi, suhu badannya memang tidak teratur normal. Wajahnya terlihat pucat pasi. Lagi-lagi ia harus terbaring diatas ranjang, ia tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Tentu saja itu membuatnya jenuh selama berada di dalam kamar. Breakfast in bed. Lucy mengetuk pintu kamar Adam berkali-kali dan akhirnya Adam membukakan pintu, Lucy membawakan makanan dan juga minuman untuk sarapan pagi tuannya. Adam hanya menyuruhnya untuk ditaruh diatas ranjang. Setelah Lucy pergi meninggalkan kamar, Adam mulai menyantap hidangannya hingga habis tak tersisa.

Adam melangkahkan kaki menuju luar kamar, baru saja ia menutup pintu dan berbalik arah matanya menemukan sosok wanita cantik berambut blonde yang tengah ingin menyantap hidangan. Aura wanita itu sangat berbeda terlihat begitu riang, Adam tak menghiraukan apakah wanita itu kini jadi wanita periang atau tidak karena itu tidak penting dibanding dirinya saat ini. Adam berjalan santai ke arah dapur melewati Alice yang saat ini fokus pada hidangannya, Adam mengambil susu segar didalam lemari pendingin lalu perlahan menegaknya.

Disisi lain Alice sempat mencuri pandang, diam-diam ia melirik Adam yang berjalan melewatinya. Tapi kali ini ada yang berbeda dengan Adam, ia terlihat nampak lesu dan wajahnya pun terlihat pucat. Alice tahu jika pria itu sedang jatuh sakit. Ia tidak ingin berkomentar terlalu banyak mengenai fikirannya tentang Adam.

"Wajahnya seram sekali, seperti mayat hidup." Alice membatin. Jujur saja Alice memang ketakukan melihat wajah Adam yang tidak menunjukan ekpresi apapun, ditambah dengan wajahnya yang pucat.

Ketika Adam kembali melewati meja makan, Alice langsung menaruh sendok makan dan berkata..

"Pria jelek aku tahu kau sedang sakit maka pergilah ke dokter, wajahmu begitu menyeramkan jika seperti itu."

Adam menghentikan langkah, mencoba berbalik arah. Ia menampakan senyum yang tak mengenakan.

"Oh ya?" Adam meyakinkan perkataaan Alice tadi.

Alice mengangguk cepat.

"Terimakasih pujianmu!" sindir Adam yang saat ini muak melihat wanita jalang berada di mansionnya. Ralat! Alice bukan wanita seperti yang diucapkan Adam.

Alice mendelik tak percaya, ia menggelengkan kepala pelan. "Apa?.. Kau kira aku ini sedang memujimu heh? Aku tidak memujimu pria jelek!"

Adam menghela nafas dengan gusar. Ia melanjutkan langkahnya, kali ini ia tidak ingin meladeni Alice yang sedang berbicara padanya. Ia kembali mengurungkan diri didalam kamar. Adam fikir Alice tidak waras, baru saja kemarin ia memanggil dokter untuk datang ke mansion dan sekarang menyuruhnya kembali untuk cek keadaanya? Jelas-jelas kondisinya saat ini belum pulih total.

*

"Ku bawakan buah kesukaanmu." Elena menaruh keranjang pastel yang berisikan buah-buahan yang segar diatas nakas. Ia memilih duduk disisi ranjang dekat Adam berbaring diatas kasur.

Elena meraih tangan Adam lalu menggenggamnya. "Maafkan aku baru sempat menjengukmu, kemarin aku memang sedang ada urusan."

Adam tersenyum tipis, ia sama sekali tidak menolak genggaman itu. "Tidak masalah."

"Bagaimana kondisimu saat ini, dan kemarin dokter mengatakan apa?"

"Kau terlihat begitu khawatir, Ele."

Elena mengulurkan genggamannya. "Tentu, bagaimana aku tidak khawatir jika atasanku sekaligus sahabatku ini jatuh sakit."

Adam terkekeh pelan. "Bagaimana pun kau tetap orang yang selalu ada untukku."

Groom Of The DarknessWhere stories live. Discover now