22 - It Feels Impossible

3K 160 5
                                    

"Ini bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan seberapa hebat dan bisanya kau hidup sendiri tanpa seorang kakak. Sekarang ikutlah dengan Adam dan menetap bersamanya di Jerman, bila perlu kau jual rumahmu dan uangnya kau gunakan seperlunya."

Daniel duduk berhadapan dengan Valentina di sofa ruang santai. Di sana mereka bercengkrama, membicarakan banyak hal penting yang harus disampaikan. Sifat kakak pertamanya ini jelas bertolak belakang dengan Adam. Jika Adam selalu tertutup pada publik justru Daniel sangat terbuka pada publik wajar saja karena Daniel seorang public figure yang setiap dirinya melakukan apapun akan tercium paparazzi.

Daniel sangat menikmati hidupnya saat ini. Apa yang diberikan Tuhan Daniel selalu bersyukur dan tidak pernah mengeluh sedikit pun. Bagi Valentina, kedua kakaknya ini selalu bekerja keras atau workaholic tidak pernah menyerah dan terus bangkit walau jatuh bangun alur kehidupan yang mereka jalani.

"Oh ayolah, Kak. Izinkan aku untuk menetap di sini ya? Kau tahu kan jika aku sedari kecil tinggal di sini?"

"Tidak!" tolak Daniel dengan tegas.

Daniel memang orang yang konsisten. Jika ia mengatakan tidak maka keputusannya itu adalah mutlak tidak dapat diganggu atau ubah sekalipun. Karena menurut Daniel memang itu keputusan yang terbaik untuk Valentina.

*

Pria berusia 25 tahun ini sedang merapihkan dasi yang mengait pada lehernya sembari berjalan dengan langkahnya yang menuju garasi bawah. Ketika Adam ingin masuk ke dalam mobil mewahnya tiba-tiba saja ponselnya berdering kencang. Sontak Adam langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Maaf saya menganggu tuan tapi ada yang ingin saya bicarakan pada tuan Adam."

"Bicaralah!"

"Gadis yang sempat tuan bawa ketika malam itu.."

"Alice?" Adam menyambar perkataan pria yang disebrang telpon sana.

"Ya, maksudku Nn. Alice! Kini kondisinya membaik tapi sedikit ada kejanggalan yang saya temui dari gadis ini. Setelah sadar dari koma Nn. Alice terlihat begitu takut bila ada pria yang mendekatinya.. termasuk saya. Saat saya masuk ke dalam ruangannya dan ingin memeriksa keadaannya, ia menghindar begitu saja bahkan berteriak menyuruh saya pergi dari hadapannya. Gadis itu memandang saya dengan penuh kebencian sekaligus ketakutan padahal saya tidak melakukan kesalahan apapun padanya."

"Biarkan dia menyendiri, aku akan menemuinya nanti."

"Saya akan menunggu kedatanganmu, tuan Adam."

Setelah sambungannya putus Adam bergegas masuk ke dalam mobil mewahnya dan mengendalikan kecepatan diatas rata-rata.

Ini hal yang membuat Adam bingung seketika. Sebab tidak biasanya wanita yang sering dijuluki bodoh dan ceroboh itu paranoid terhadap sesuatu apalagi dengan pria.

*

Adam berjalan dengan langkah besarnya namun raut wajahnya tetap santai tidak menunjukkan kegelisahan. Ia membuka pintu penthouse tanpa permisi terlebih dahulu lalu menyelinap masuk ke dalam. Setelah pintu terbuka ia segera menaiki anak buah tangga.

Dirinya tiba di dalam kamar yang bernuansa elegan dan mendapati sosok wanita seksi tengah duduk didepan meja tata rias, berkutat dengan alat kecantikan yang dimilikinya.

Dia.. Elena.

Elena terperanjat kaget oleh kedatangan Adam yang tiba-tiba saja tanpa memberitahunya bak pencuri yang ingin merampas. Cih, dasar!

"Apa kau tidak bisa masuk memberitahuku terlebih dulu? untung saja aku tidak meneriaki mu pencuri!" Elena bergerutu tidak jelas pada Adam. Memprotes tindakan sahabatnya ini yang menurutnya keterlaluan. Namun hal itu sudah biasa Elena alami, jadi ia sudah tidak heran lagi.

Groom Of The DarknessWhere stories live. Discover now