21 - Don't Go Away

3.6K 166 18
                                    

"Sinar mentari pun enggan bersinar seakan kecewa karna kau tak ada."

-Groom Of The Darkness-
_______________



3 Bulan Kemudian...

Bukan tanpa sebab mansion mewah yang dimiliki ayah tiri dari pengusaha muda ini (Marvel) mendadak ramai tidak seperti biasanya, belum lagi dengan karangan bunga tanda duka berjajar epik didepan pelataran yang ikut mendominasi, memberi hormat terakhir untuk sang tuan rumah. Seluruh tamu yang datang pun memakai pakaian hitam casual serta dibanjiri rasa penuh duka cita.

Perasaan pilu yang kini menyelimuti pria berusia 25 tahun itu seolah membuatnya lemah dan kehilangan pijakan karena seseorang yang selama ini berperan penting dalam hidupnya pergi meninggalkannya begitu saja tanpa pesan yang ditinggalkan.

Terlihat pria tampan berusia 25 tahun itu berdiri tegak menatap sendu peti jasad yang berada di hadapannya. Ia terdiam terpaku merenungi keadaan yang sedang terjadi, sungguh tidak pernah diguna.

Elena, sekretaris sekaligus sahabatnya itu ikut turut serta dalam pelaksanaan pemakaman, ia juga berusaha menenangkan Valentina yang sejak tadi menangis histeris. Sungguh Valentina membuat orang terdekatnya kualahan menanganinya. Berbeda dengan Adam yang bersikap tegar dan ikhlas menerima semuanya.

Valentina memeluk peti jasad dengan air mata yang terus mengalir dan berteriak seolah menyuruh sang jasad bangkit dari kematiannya. Adam yang melihatnya begitu miris, namun bukan Adam namanya jika tidak mampu menenangkan sang adik.

Valentina mengulur pelukannya dari peti lalu berbalik arah menatap Adam yang saat ini menatapnya kembali, tanpa menunggu lama Valentina berlarian kecil dan langsung memeluk Adam dengan erat. Adam pun menerima pelukannya.

"Hiks, katakan padaku jika apa yang kulihat ini salah adanya!" serunya sembari mencengkram kuat bahu Adam.

Adam tidak membalas perkataannya namun bibirnya sekilas mengecup puncak kepala sang adik lalu mengusap kepalanya perlahan.

"Aku sungguh tidak percaya ini, hiks." ucapnya kembali terisak.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." ujar Adam dengan nada rendah.

"Kau bohong, Dami. Kau bohong!"

"Semuanya sudah terjadi dan tidak akan kembali meskipun kau menangis histeris seperti ini, mustahil untuknya bangkit dari kematian."

"Tapi, Dami! Hiks.. hiks.. aku masih merasa bersalah."

"Tidak ada yang perlu disalahkan. Ini bukan salahmu namun takdir yang Tuhan tentukan." Adam menjeda perkataannya sejenak. "Ya, takdir yang sangat memuakan!"

"Jadi, sekarang tersenyumlah, agar dia senang melihatmu di alam sana." Adam melanjutkan perkataannya tadi.

Akhirnya Valentina berhenti menangis dan tersenyum manis yang terarah pada peti panjang bewarna coklat kayu itu.

Lalu berkata..

"Aku berjanji tidak akan berhenti menyayangimu sampai mentari tak bersinar lagi.. Bahkan bila aku mati, aku akan berdoa pada Tuhan untuk satukan kami di surga nanti. Miss you!"

*

Pintu kamar Adam tiba-tiba saja terbuka secara perlahan menampakan sosok wanita seksi berperawakan tinggi yang tengah berjalan gemulai ke arahnya. Dia, Elena. Disaat seperti inilah Elena selalu ada untuk Adam begitupun sebaliknya. Mereka saling melengkapi dan memahami satu sama lain namun seribu sayang, Adam tidak menaruh perasaan lebih pada Elena selain menganggapnya seperti adik sendiri. Tapi tak apa, Elena sudah menerimanya dengan lapang dada walau memang diawal berat dan sejauh ini hubangannya dengan Adam masih berjalan baik.

Groom Of The DarknessWhere stories live. Discover now