27 - Loveless

2.4K 107 8
                                    

Suara malam yang berirama indah,

memekik sepenggal namaku,

menyematkan rasa rindu yang mendalam,

entah.. aku tidak tahu pasti suara siapa itu, tapi aku mampu merasakan hal yang sama jika akupun merindukannya.

***

Adam menyusul Alice yang sudah dulu di dalam kamar. Ia ingin melihat keadaan Alice sebelum memutuskan pergi ke kantornya. Sesampainya di depan kamar tangannya membuka handle pintu secara perlahan, ternyata tidak terkunci dan ia pun segera masuk.

Baru saja kakinya melangkah ingin masuk tiba-tiba saja Adam di serang dengan pertanyaan Alice. Adam menghela nafas sejenak lalu menghampiri Alice yang tengah duduk di tepi ranjang.

"Kau kenapa berbicara itu pada Valentina, huh?!" tanyanya to the point, amarahnya mulai bergejolak; itu terlihat dari caranya berbicara dan memandangi Adam.

Alice benar-benar geram dengan apa yang sudah dilakukan Adam tadi di depan adiknya, Valentina. Emosinya kini sudah di ujung tanduk.

Bisa-bisanya Adam sesumbar itu mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan pada siapapun, karena itu akan membuat imagenya hancur.

Tapi semua itu sudah terjadi.

"Memangnya ada yang salah dengan perkataanku tadi, bukankah itu faktanya?"

"Harusnya kau tidak mengatakan apapun didepan Valentina. Membuatku malu saja!" wanita itu membuang muka merasa kesal dengan Adam.

Adam mendekatkan langkahnya sedikit ke arah Alice.

"Dan harusnya kau mengakuinya," sahutnya yang tak mau kalah. "Mulai sekarang belajarlah berkata jujur apapun yang terjadi karena aku tidak mau nantinya anakku seperti kau, selalu berbohong."

Alice tersentak mendengar penuturan Adam yang konyol itu, ia melebarkan bola matanya. Sungguh pria ini sudah tidak waras lagi.

"Cih, memangnya wanita mana yang mau dengan pria menyebalkan sepertimu? Kurasa tidak ada!" sarkasme. Alice tersenyum miring seolah meremehkan Adam.

Alice belum terlalu mahir untuk menebak Adam. Wanita itu kira Adam adalah pria yang berselera rendah. Justru Adam adalah sebaliknya, terutama menentukan kriteria wanita yang di idamkan dan mustahil baginya tidak mampu mendapatkan wanita yang diinginkannya.

Pria gagah dengan ketampanan yang nyaris sempurna ini begitu mempesona siapapun bisa terpikat hanya sekedar melihat rupanya bak dewa Yunani. Adam memang pria yang kurang senang bersosialisasi bahkan selama hidupnya nyaris tidak memiliki teman selain Elena, sekretarisnya saat ini. Tapi, tanpa sepengetahuan siapapun (termasuk Elena) Adam gemar melakukan kegiatan amal disalah satu panti yang berada di kotanya. Bagi Adam itu adalah urusannya dengan Tuhan jadi ia tidak suka jika kegiatan amalnya ini di publikasikan.

"Jika wanita itu adalah kau, bagaimana?"

Alice tergelak tawa. "Apa? haha.. oh ayolah, lelucon mu itu tidak lucu!"

"Seriously? Tapi kau tertawa kencang."

"Ya, karena itu mustahil bagiku menyukaimu."

Adam hanya tersenyum simpul. Ia menyentakkan jas kebanggaannya dan berkata, "Tetaplah di rumah dan tunggu aku sampai pulang!"

"Huh?!" tawa yang menggema itupun berubah menjadi menegangkan di detik berikutnya. Alice menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Aku ingin mengajakmu pergi,"

Groom Of The DarknessWhere stories live. Discover now