17 - Company in The Night

4.6K 185 11
                                    

Adam mengancingkan kemejanya lalu dilapisi dengan jas formalnya. Hampir keseluruhan badan ia spray dengan parfum maskulin yang baru didatangkan semalam exclusive dari Paris - France. Wangi maskulin yang khas begitu menyeruak diruangannya. Merasa dirinya sudah sempurna dalam berpenampilan, ia segera melangkah keluar ruangan.

Sedangkan disisi lain. Alice merasa risih memakai pakaian ketat dan rok minim seperti ini kalau bukan tuntutan pekerjaan tidak mungkin ia ingin memakainya. Sekarang Alice merasa dirinya berpenampilan layaknya jalang yang ingin menari erotis dihadapan koleganya.

"Rasanya tidak nyaman sekali memakai pakaian ini, membuat ruang gerak ku terbatas!" geram Alice, sesekali menarik sedikit roknya ke bawah.

Jika saja Alice bisa menolak untuk bekerja di perusahaan Adam, maka ia tidak akan berpenampilan layaknya jalang seperti ini. Tetapi sangat disayangkan dirinya tidak bisa membantah Adam, karena sebelumnya Alice sudah terikat janji dengan Adam akan menuruti setiap perkataanya. Dan lihat? Sekarang pria tampan itu menodong janjinya dengan mengintruksikan Alice bekerja dibawah naungan perusahaannya.

"Kenapa tidak sekalian saja pria jelek itu menyuruhku tidak usah memakai pakaian. Kalau begini kan hanya menyusahkan ku saja!" Alice kembali memprotes penampilannya. Terlihat cantik dan seksi memang, tapi tetap saja itu membuatnya tidak percaya diri.

"Kalau begitu lakukanlah, karena sekarang aku menyuruhmu."

Tiba-tiba saja suara bariton yang familiar menyeruak ditelinga Alice, membuatnya mendongak untuk melihat dari hadapan cermin riasnya dan mengernyit. Pria itu, sejak kapan berada didalam kamarnya.

"Apa maksudmu?" tanya Alice yang masih menatapnya melewati cermin.

Iris coklatnya membalas tatapan Alice yang penuh tanda tanya. Wajar saja karena pria tampan itu masuk tanpa permisi dan langsung berbicara seperti itu.

"Kau tadi berbicara kenapa aku tidak menyuruhmu tidak usah memakai pakaian sekalian dibandingkan berpenampilan seperti itu? Dan sekarang lakukanlah."

Jelasnya dengan santai. Adam sempat mendengar semua perkataan Alice yang terkesan sedang memprotes penampilannya sendiri karena si tuannya-lah yang menyuruhnya berpenampilan se-seksi ini. Bilang saja kalau Adam mau melihat paha mulusnya.

Rahang Alice menurun ke bawah tidak percaya yang ucapkan Adam, ia langsung berbalik arah menatap sengit ke arah Adam.

"Dasar tidak waras!" bentak Alice.

"Apa salahnya menuruti pegawai baruku untuk bertelanjang dihari pertamanya bekerja? Bukankah aku atasan yang baik hati?" kata Adam dengan wajah datarnya.

Kedua alis Alice bertaut. "Lalu kau menganggap hal itu dengan serius begitu?"

"Ya." balas Adam sesingkat mungkin.

"Menyebalkan sekali pria mesum ini!" batinnya. "Heh! Pria jelek, tidak bisakah isi fikiranmu itu tidak mesum."

"Bermasalah jika fikiranku selalu mesum?" sahut Adam diiringi senyum tipis yang terbit dari bibir manisnya.

"Tentu! Karena kau otak ku nantinya akan terkontaminasi dengan hal-hal yang kotor."

Adam tersenyum miring yang mengartikan suatu makna tersendiri. "Oh ya?"

Adam berjalan mendekat ke arah meja rias menghampiri Alice yang tengah duduk dikursinya. Sedangkan Alice mendelik melihat Adam mendekatinya, rasa takut pun mulai menyelimuti tubuhnya. Adam sedikit membungkuk menyetarakan posisinya dengan Alice, pandangan mereka saling bertemu. Ketika Alice hendak memalingkan wajahnya tiba-tiba tangan Adam terulur menarik dagunya hingga membuat kepalanya mendongak ke atas. Adam menyunggingkan senyum sinisnya.

Groom Of The DarknessOnde histórias criam vida. Descubra agora