7.3 - Summertime's

5.3K 286 18
                                    

HOLLA, APA KABAR KALIAN?

Btw aku mau nodong 50 VOTE Lebih untuk part ini. Pastinya lamakan ya? wkwk XD hitung-hitung aku HIATUS dulu sementara x_x Jangan lupa klik bintang dan beri komennya ya, untuk silent readers tolong tinggalkan jejak!

Happy Reading . . .
_ _ _ _ _

Play List : Zayn Malik - Let Me

Alice berkutat sibuk dengan ponsel yang di genggamnya, ia memainkan jari lentiknya menekan number diatas papan keyboard dengan lihai. Lalu mendial seseorang, sesekali ia mencoba menelpon tapi tidak terangkat dan ia mengulang panggilan itu hingga terangkat.

"Hallo?" sapa wanita paruh baya itu dibalik ponsel tersebut.

Seutas senyuman pun terlihat dari raut wajahnya. "Hallo Bu?.. Ibu ini aku Alice."

"Alice? Alice anakku?! Oh Ya Tuhan. Sungguh aku sangat merindukanmu, Nak!" ucapnya dengan penuh kegembiraan.

"Aku pun merindukanmu, Bu. Bagaimana kabarmu dan Ayah?"

"Kami baik-baik saja, Nak. Kau sendiri bagaimana? Apa kau senang tinggal bersama pamanmu di Jerman?"

Alice terdiam sesaat rasanya ingin berkata jujur bahwa ia diculik oleh pria kaya raya, tapi itu tidak mungkin. Alice hanya takut jika kedua orangtuanya khawatir dan akan mencarinya ke Jerman. Dan yang pasti itu sangat merepotkan kedua orangtuanya.

"Sangat baik, Bu. Ya! aku sangat senang tinggal bersama paman disini, rasanya seperti tinggal bersamamu. Paman sangat memanjakanku, padahal aku seringkali membuatnya repot.."

"Tapi ia mengakatan jika tidak apa-apa bahkan ia sangat senang bisa menampung diriku."

Wanita tua itu terkekeh pelan. "Jangan terlalu membuat pamanmu repot, Nak. Kasihan ia sudah tua jika kau sering membuatnya repot sama saja kau membuatnya mati perlahan dengan kemauanmu."

"Haha baik-baik, Bu. Kau tenang saja, aku berjanji untuk itu!"

"Omong-omong kau tidak ingin kembali pulang bersama orangtuamu?"

"Ish kau ini bertanya seolah-olah aku melupakan kalian. Aku akan pulang jika urusanku sudah selesai, Bu."

"Baiklah.."

"Ibu bicaranya kita lanjutkan nanti saja ya. Sampai nanti, Bu!"

"Jaga dirimu baik-baik, Nak!"

"Baik, Bu!"

Alice mematikan sambungannya, ia terus tersenyum menatap layar ponsel yang sangat bening. Rasanya sangat lega dan senang ketika mendengar kabar kedua orangtuanya. Come back home! Itulah yang saat ini Alice inginkan. Sangat rindu dengan kedua orangtuanya, kampung halamannya dan juga teman-temannya.. Ia berharap agar cepat pergi dari istana ini dan terbebas dari pria menyebalkan ini.

Adam duduk diruang santai seraya membaca magazine yang setiap minggu ia beli, ditemani hot dark coffee dan juga waffle. Ini membuat dirinya semakin relaks. Ia menegak dark coffee buatannya yang hampir dingin. Entah badai apa yang menerpanya hingga terlihat dari kejauhan sosok wanita mungil berjalan ke arahnya. Adam tak mempedulikan wanita itu, ia sangat acuh tak acuh. Alice menghampirinya, ia mendaratkan bokongnya tepat di depan sofa Adam. Alice tersenyum manis dan mengembalikan ponsel Adam yang telah dipinjam.

"Terimakasih atas pinjaman ponselmu."

Adam menatap ponselnya dengan detail. "Kurasa ponselku sudah tidak berfungsi setelah ini." gumamnya dengan nada bicara yang sengaja ia keraskan agar Alice tersinggung apa yang ia ucapkan.

"Kurasa juga begitu!" sahut Alice sembari tersenyum jahil.

Adam tersenyum miring. "Sudah kuduga! Lain kali jika kau membutuhkan ponsel katakanlah. Aku akan membelikannya untukmu."

Alice menatap langit-langit atap istana ini. "Tidak perlu, aku bisa membelinya sendiri."

"Baguslah.."

Alice membenarkan posisi duduknya dan kembali berkata. "Aku ingin pulang. Kau tidak perlu bersusah payah menghalangiku, sudah cukup aku tersiksa tinggal bersamamu. Istana ini memang nyaman seperti surga tapi seketika berubah menjadi neraka bila kau ada di dalamnya!"

Adam hanya bergeming. Tidak ada jawaban darinya.

"Apa yang kau pikirkan heh?! Kau ingin mengekangku kembali? Tapi aku tidak peduli!"

Adam tetap terdiam. Tak ada satu atau dua patah katapun yang keluar.

"Baiklah kau tidak menjawab berarti aku menganggap itu adalah sebuah jawaban. Jika kau benar-benar membebaskanku."

Adam menoleh ke arah Alice yang ada di hadapannya. "Pergilah jika kau memiliki banyak uang dan aku tidak akan melarangmu lagi." ucapnya dengan datar.

Alice tercengang mendengarnya. Apa yang dikatakan Adam memang benar, wanita ini tidak memiliki banyak uang untuk pulang ke Negara asalnya. Sedangkan ia selama di Jerman hanya menumpang hidup pada Adam. Alice mulai dibuat kalut olehnya. Tabunganpun sudah menipis, banda yang ia punyapun sudah dirampas. Oh shitt! ini sebuah cobaan yang ia hadapi sehingga membuatnya muak untuk menghadapinya. Bukan karena ia mengeluh tentang kehidupannya akan tetapi ia sangat tidak suka pada pria sejuta rasa itu! Baginya pria itu sangat menyebalkan.

"Tenang saja, kalau hanya uang aku bisa mencarinya."

"Contohnya menjadi wanita bar-bar, begitu?"

Celetuk Adam. Ish kasar sekali mulit pria ini, rasanya Alice ingin menampar dan merobek mulutnya. Untung saja kali ini ia selamat karena bukan ego yang mengendalikan pikiran wanita ini.

Alice mendelik menatap Adam tak percaya, ia menggertakan gigi. "A-Apa kau bilang menjadi wanita bar-bar?"

Adam berkacak pinggang melenggang pergi meninggalkan Alice tanpa membalas ucapan dari wanita ini. Alice menatap punggung Adam yang semakin menghilang. Terkadang sifat arogannya ini memang terlihat, membuat semua orang termasuk wanita diluaran sana takut mendekatinya. Sekali menebarkan senyuman semua wanita mengakui bahwa Adam pria yang baik hati dan tidak sombong.

Ck, Memangnya ada pria seperti Adam dimuka bumi ini? Sekali adapun kurasa tidak ada wanita yang ingin mendekatinya!

* * *

TO BE CONTINUED!

Groom Of The DarknessWhere stories live. Discover now