10 - Sleep with Mr. Hulbert

7K 289 15
                                    

*jangan terkecoh dulu ya sama judulnya, ini bisa dibaca semua umur (umum).

Now Playing: Zedd, Elley Duhe - Happy Now.

***

Setelah mengakhiri perbincangan yang tak berguna bagi sosok Adam, ia lebih memilih kembali ke dalam kamar untuk istirahat dan diantar oleh Elena, sahabat sekaligus sekretarisnya.

Adam sudah menyangkal jika apa yang diucapkan Matt itu sama sekali tidak penting, tanpa disuruh Adam yang memegang wewenang perusahaan tahu masalah pekerjaan yang harus di pertanggungjawab kan. Toh Adam sudah paling ahli dalam urusan bisnis - membisnis, pasalnya ia merintis karir dari titik nol mulai beradapan hingga kini sukses menjadi pria tampan yang memiliki banyak aset.

Diamati diruang tengah terdapat dua wanita cantik yang masih bersarang ditempat. Mereka adalah Alice dan juga Caroline. Suasana masih terlihat canggung hanya ada lirikan mata Caroline yang diam-diam curi pandang ke arah Alice, dan Alice nampak terus menatap Matt berkacak pinggang pergi ke arah pantry untuk membuat minuman ala-nya.

Caroline berdeham, Alice sontak menoleh pelan ke arahnya. Caroline tersenyum ramah lalu mengulurkan tangan. "Hai, perkenalkan aku Caroline."

Alice menjabat tangan Caroline dan membalas senyumannya. "Alice."

Caroline mengulurkan tangannya. "Kau ini pasti kekasihnya Adam ya?" tebak Caroline.

Alice menggelengkan kepala, pertanda jika ia bukan kekasihnya.

"Lalu?" tanya kembali Caroline.

"Kami teman rasa musuh." jawab Alice jujur. Sebenernya ia sendiri juga tidak tahu ingin menjawab apa pada Caroline. Jika ia mengatakan musuh itu tidak mungkin karena ia diperbolehkan tinggal di mansionnya, tapi jika ia mengatakan teman itu lebih parah karena hubungannya dengan Biliuner tersebut tidak baik. Alice lalu menghela nafas gusar.

Kedua alis Caroline bertautan, ia sedikit mencondongkan tubuhnya. "Memangnya ada ya?"

"Hmm, buktinya aku dan Adam." Tatapan Alice kembali mengikuti arah pandang Matt yang baru saja keluar dari pantry.

Caroline tersenyum kikuk kemudian terkekeh pelan, ia sedikit bingung dan juga heran. Baru kali ini dirinya mendengar kata teman rasa musuh. "Terdengar cukup aneh."

"Apanya yang aneh?" sambung Matt. Ia baru saja mendaratkan bokongnya di sofa empuk milik Adam. Kedua tangannya memegang nampan yang berisikan tiga buah gelas minuman untuknya dan juga kedua wanita ini, kemudian menaruhnya di atas meja.

Caroline menatap Matt secara intensif, Matt hanya menyunggingkan senyum miring dan memberikan Caroline minuman bewarna yang telah ia buat. "Kau tidak menaruh sianida bukan didalam minuman yang kau buat?"

"Tidak, hanya obat perangsang." Matt menyenderkan tubuhnya santai di sofa. Tangan kanannya memegang gelas kaca yang berisikan cairan berwarna hitam bening, dari baunya saja sudah tidak enak. Ternyata itu alkohol.

Alice tersedak memuntahkan minuman yang baru saja ia tegak. Alice mendelik tertegun, menelan salivanya dengan susah payah. Ia baru saja meminum minuman yang Matt sediakan, Alice fikir jika minuman untuknya pun diberi obat-obatan terlarang.

"Sial!" gerutu Alice, membatin.

"Kenapa ekspresimu seperti itu?" Matt bertanya dengan mimik datarnya, ia terlihat begitu santai. Memangnya Matt tidak tahu apa jika Alice tidak pernah meminum-minuman yang berbau alkohol dan juga obat-obatan terlarang. Menyebalkan.

"A-apa kau juga menaruh obat perangsangmu didalam minumanku?" tanya Alice dengan rasa gugup yang melanda dirinya. Tangannya keringat dingin, rasa was-was pun tersirat dari wajahnya. Awas saja jika Matt benar-benar memasukkan obat-obatan didalam minumannya.

Groom Of The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang