13

115K 11.4K 1.2K
                                    

Revan berusaha menulikan telinganya saat mendengar pertengkaran antara Mama dan Papanya, dan tentu sumber dari pertengkaran itu adalah dirinya.

Marsha : Van hari ini lo tampil yah di cafe gue.

Revan membaca pesan itu tanpa minat. Moodnya benar-benar sedang buruk.

Marsha : Van please. Gue butuh lo. Si Ben lagi sakit.

Lagi-lagi Revan mengabaikannya.

Marsha : Ya ampun Van masa lo tega sih sama calon kakak ipar lo sendiri. Gue bilangin Angga yah biar nanti lo dipecat jadi adenya.

Marsha : Van please.. Gue bayar lo lima kali lipat deh. Di cafe gue mau ada acara ultah dan gue dah janjiin sama yang ultah bakal ada band yang ngisi acara dia. Ben kapret segala pake sakit lagi😡

Marsha : Ya ampun Van. Raja tega yah lo pesan gue diread doang 😑. Gue doain lo jadi jomblo seumur hidup.

Marsha : Van tawaran terakhir. Gue bayar lo sepuluh kali lipat. Lo harus mau nggak boleh nolak!!!!!!!

Revan memejamkan matanya sejenak. Sekilas dia melirik ke arah jam yang terpajang apik di atas meja belajarnya.

Revan : Dua puluh kali lipat.

Marsha : 😰😰😰😰

Revan : Mau apa nggak?

Marsha : Turun dikit!

Revan : Mau apa nggak?

Marsha : Kasihani gue Van😢😢😢

Revan : Mau apa nggak?!

Marsha : Ok dua puluh kali lipat. Tapi lo harus nyanyiin lebih dari lima lagu. Jangan cuma satu.

Revan : Ok. Gue tunggu DP-nya kalau dp belum masuk gue nggak akan dateng!

Lima menit kemudian.

Marsha : Udah. Cek aja! Inget acaranya 2jam lagi. Telat dikit denda lima puluh kali lipat!

Revan bergegas mengganti bajunya. Menghubungi Dika.

"Dik. Dua jam lagi di cafenya Marsha. Nggak boleh telat!"

"Oke."

💦💦💦

Arlita menatap langit-langit kamarnya. Untuk pertama kalinya dia membiarkan dirinya mengkhayal tidak tentu arah.

Jujur dia memang tidak memikirkan cinta-cintaan apalagi pacaran. Tidak ada sedikit pun niat yang terbersit di hatinya untuk mengukir kisah cinta di bangku SMA. Tapi terkadang tanpa siapapun yang tahu kecuali Allah dia selalu mengkhayal tentang sosok yang kelak akan menjadi Imamnya. Dia tahu dan sadar kalau itu terlalu dini untuk dia khayalkan. Namun bagaimana lagi dia tidak mampu untuk mencegahnya.

Menurut Ustadz yang sudah dia dengar ceramahnya, boleh saja kita mengkhayalkan tentang pasangan yang kita harapkan dapat menjadi imam yang baik untuk kita selama kita masih berada di koridor yang diperbolehkan dalam tanda kutip jangan mengkhayalkan yang tidak-tidak.

Khayalan yang ustadz itu maksud adalah khayalan tentang sifat-sifat yang kita harapkan ada pada pasangan kita di masa depan. Baik rupanya, baik akhlaknya, penghafal Al Qur'an, sangat mencintai Allah, Rasulullah dan sebagainya... Dari khayalan itulah kita tergerak untuk memperbaiki diri karena tentu bila kita menginginkan jodoh yang baik kita juga harus baik.

HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang