33

137K 13.7K 4.1K
                                    

Jadilah lelaki yang tidak menyatakan banyak janji, tidak pula memberi harapan yang tak pasti, dan jadilah lelaki sejati yang hanya akan mengatakan kata cinta kepada satu wanita.

💦💦💦

Arlita diam, tidak kunjung memberikan jawaban. Membuat Rio dan kedua orangtuanya menatap bingung ke arahnya, sedangkan Revan sendiri berusaha untuk menetralkan detak jantungnya.

Pikiran negatif mulai memenuhi kepalanya.

Apa mungkin Arlita yang dia prediksi akan dengan senang hati menerima lamarannya ternyata malah sebaliknya?

Tak henti Revan mengukir doa di hatinya. Berharap kalau Arlita akan menerima lamarannya.

"Bagaimana Arlita? Apa kamu mau menjadi istriku?" Revan akhirnya memiliki keberanian untuk mengulangi pertanyaannya. Sungguh demi apapun ini sangat menegangkan.

Arlita masih memilih diam, dia menundukkan kepalanya. Tidak menjawab pertanyaan Revan.

"Diamnya Arlita itu tandanya Arlita nolak lamaran lo, Van." ujar Rio yang sudah mulai gemas karena adiknya tidak kunjung memberikan jawaban.

Revan menghela napas pelan. Dia merasa kalau ada yang menghantam jantungnya dengan sangat kencang saat mendengar kata-kata yang baru saja terucap dari bibir Rio.

Arlita menolaknya.

Arlita menolaknya.

Sebisa mungkin Revan berusaha untuk mengukir senyum meskipun tentu hal itu tidaklah mudah, "Tidak usah merasa tidak enak Arlita. Bila memang kamu tidak dapat menerima lamaranku sungguh aku akan berusaha menerimanya dengan ikhlas."

Revan diam sejenak. Menarik napas secara perlahan. Berharap kalau rasa sakit di dadanya akan segera sirna. Perlahan dia mulai bangkit dari duduknya, "Kalau begitu saya pulang dulu yah Om, Tante."

"Ka..Kamu mau kemana?" pertanyaan Arlita membuat Revan yang sudah hendak mencium punggung tangan Papanya terhenti.

"Mau pulang," jawab Revan dengan dahi berkerut.

"A..aku belum jawab Van," Arlita berucap gugup.

Kerutan di dahi Revan semakin bertambah. Dia kembali duduk saat mendapatkan sinyal dari Papa dan Mama Arlita untuk duduk kembali.

"Aku bingung," Arlita berucap gemetar.

Mama Arlita membelai bahu putrinya, "Apa yang membuatmu bingung?" tanyanya lembut.

"Aku bingung kenapa Mama dan Papa membiarkan Revan melamarku disaat Mama dan Papa sudah menerima lamaran Kak Candra. Bukannya itu tidak boleh?"

Baik kedua orangtuanya, Rio dan Revan langsung menatap Arlita terkejut.

"Siapa yang mengatakan kalau Papa dan Mama menerima lamaran Candra?" tanya Papanya dengan rawut super kebingungan.

"Kak Rio," jawabnya.

Rio langsung menunjuk dirinya sendiri, "Aku?" matanya membulat sempurna, "Jangan fitnah kamu, Tha. Kapan aku bilang Mama sama Papa nerima lamaran Candra?!"

HUJAN | ENDWhere stories live. Discover now