98: Vernon

2.1K 296 8
                                    

Mei berganti Juni. Sudah hampir dua bulan dua orang menggemaskan ini menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

Saat-saat itu juga menjadi waktu krisis bagi Seungkwan.

Ya, quality time dengan Jihoon-ah jadi berkurang.

Jihoon...

Dia lebih sering menghabiskan waktunya di ruangan pribadi Soonyoung, meninggalkan dirinya dan orang tampan yang duduk berseberangan dengannya.

Hanya berdua saja.

Seungkwan cukup maklum, sih.

Berhubung dalam beberapa bulan lagi Jihoon akan resmi menggantikan Soonyoung sebagai kepala divisi, jadi ia perlu sering-sering berguru.

Tapi tetap saja...

Meninggalkan dirinya dan Vernon berduaan saja terasa agak canggung.

Apalagi mengingat kesan pertama mereka yang kurang baik dan berkesan.

Tidak, lupakan.

Ini benar-benar sebuah keheningan seperti di studio-studio meditasi.

Kalau mereka sedang berada di hutan sekarang mungkin akan terdengar suara jangkrik atau lolongan serigala.

"Ekhm," batuk Vernon pura-pura untuk mencairkan suasana.

Lebih tepatnya adalah untuk membuat suasana tidak terlalu hening.

"Kau sakit?" balas Seungkwan yang mengira suara batuk itu benar-benar berasal dari tenggorokan Vernon.

"Ekhm, tidak."

Seungkwan mendesah pelan. Ia merasa gagal sebagai seseorang yang biasanya berisik.

"Ini terlalu hening, bukan? Biasanya kau akan mengoceh dengan Jihoon," ujar Vernon lagi.

Seungkwan mengangguk pelan.

Vernon juga ikutan mengangguk.

Mereka berdua saling mengangguk-anggukkan kepala selama beberapa menit.

"Hey, apa ada agenda baru selain pengecekan produk hari ini?" tanya Vernon yang bosan mengangguk.

Seungkwan berpikir sejenak.

Tapi ia tidak bisa mengingatnya, jadi akhirnya ia meraih catatan kecil di atas mejanya dan membukanya.

"Tidak. Tidak ada," jawab Seungkwan.

Vernon melirik monitornya sejenak. Ia sedang membuka-buka tentang riwayat pabrik cabang ini.

Tidak terlalu penting.

Membosankan, sebenarnya.

Seungkwan sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Jadi sekarang ia melamun memandangi catatannya.

Ia tidak takut kesambet.

Semua ini juga karena ia malu kalau harus ngemil ke pantry.

Ia tidak ingin Vernon mengecapnya sebagai tukang makan.

Ngek!
Itu suara kursi digeser.

Kursi Vernon.

Ia beranjak dari sana dan membuka pintu pantry. Tapi kemudian ia hanya berdiri di depan lemari besi tanpa menutup pintu pantry-nya.

"Di mana kau menyimpan persediaanmu?" tanya Vernon.

Seungkwan sontak menoleh ke arahnya bingung.

"Snack-mu!" tegas Vernon.

Ah,

"Di dalam kulkas. Semua yang dilipat bungkusnya," balas Seungkwan dengan nada sok santai.

[√] You Never Know | SoonHoonWhere stories live. Discover now