Part 6

4K 410 49
                                    

Krist langsung menyetujui persyaratan yang diajukan setelah mendengarkan penjelasan panjang dokter tanpa mempertimbangkannya lagi. Dia dengan tidak sabar mendesak Singto untuk menandatangani registrasi, dan tidak sabar untuk segera melakukannya, karena ia tidak punya banyak waktu untuk disia-siakan. Singto merasa aneh akan hal itu, mengapa pria ini begitu bersemangat untuk memiliki anak dengannya.

Setelah prosedur dokumen selesai mereka dipersilahkan kembali ke rumah untuk persiapan terlebih dahulu, karena Krist akan menginap di rumah sakit selama sebulan penuh unuk menjalankan terapi hormon dan proses pencangkokan, hingga bisa meggunakan Rahim seperti wanita normal pada umumnya.

Jadi dari rumah sakit mereka kembali ke kantor Singto sekitar malam hari, karena Singto harus menandatangani beberapa dokumen.

"Apakah aku boleh meminta sesuatu padamu?" tanya Krist ragu-ragu.

"Apa pun."

"Aku ingin kau menyimpan rahasia semua ini dari keluargamu termasuk nenek. Aku tidak ingin memberitahu mereka tahu sebelum aku dinyatakan mengandung anakmu. Karena mereka pasti akan menertawakanku dan mengejekku bermimpi bisa meraih bulan."

"Kalau begitu, beritahu padaku alasan sebenarnya kau menyetujui transplantasi bodoh ini!"

"Bodoh?!" Krist memelototinya seketika. "Aku melakukan ini untukmu! Hanya untukmu, ingat itu! "

"Ya, tapi kenapa? Jangan beritahu aku karena kau mencintaiku! Karena aku tahu, kau tidak! "

Krist menahan napas untuk dan memejamkan matanya sejenak, lalu melingkarkan lengannya di pinggang Singto dan menatap lurus ke mata pria itu.

"Apa yang kau pikirkan tentangku di saat saat menyentuhku? Saat mencium setiap inci tubuhku, saat kita berhubungan seks? Apa yang kau rasakan saat kau mendorong masuk ke dalam diriku dan menikmati kepuasan saat bercinta denganku? Hah? "Krist membuka matanya, menuntut jawaban dari pria itu.

Singto menatap kembali mata bulat itu sejenak dan beralih ke bibir merah di bawahnya, dia dengan penuh gairah ingin segera menyesapnya dan mendorong pria itu ke sofa dan menggagahinya.

"Aku... merasakan nafsu." jawabnya singkat.

Krist membelalakkan matanya seketika mendengar respons Singto dan, 'Slaaps !!!' ia menampar wajah Singto dengan keras. Pria itu kaget bukan main sambil menyentuh wajahnya yang terasa panas.

"Beraninya kau memukulku?!" dia menjadi kesal dan melotot pada Krist.

"Kau pikir aku pelacur? Seseorang yang bisa seenaknya kau gagahi saat kau perlu melepaskan birahimu? Kau punya uang, bukan? Mengapa kau tidak membayar wanita untuk melakukannya denganmu? Wanita memiliki payudara yang bisa di remas, kau tidak perlu mengisap batang pria, dan juga tidak memerlukan pelumas buatan untuk bercinta. Kenapa kau perlu merendahkan diri mu untuk tidur dengan pria dan menjadi gay? "

"Karena aku menginginkannya! Aku tidak bisa menahan diri untuk menyentuhmu... karena kau milikku! Kau adalah istrku, dan aku memiliki hak untuk melakukan apapun yang kuinginkan darimu, kau mengerti?" ujarnya emosional.

"Bagaimana denganmu? Apa yang kau rasakan saat aku menyentuhmu? Saat aku mendorong masuk ke dalam dirimu?" Singto mengembalikan pertanyaan pada Krist, entah bagaimana ekspresinya berubah seperti menahan rasa sakit di perutnya.

Krist segera menyadari hal itu dan cepat memeriksanya. "Apa kau baik baik saja? Livermu kambuh lagi? "

Krist menekan daerah livernya, dan membantunya duduk di sofa. Setelah itu dia dengan cepat mengambil pil penghilang rasa sakit dari kantong pria itu dan meminumkannya. Ia juga segera memijat tungkai dan bahu Singto untuk membantunya menghilangkan stres.

Bahasa Indonesia - Money Make Dream Come true (Complete)Where stories live. Discover now