Part 21

2.9K 336 157
                                    


Usia kehamilan Krist sudah masuk minggu ke 24, perutnya semakin hari semakin membesar. Terkadang caranya berjalan terlihat aneh, selain itu kaki, pergelangan kaki, dan tangannya juga  tampak bengkak. Krist tinggal di rumah sejak saat itu, karena dia tidak ingin mengundang perhatian. Selain itu, dia sibuk berkonsultasi dengan dokter tentang prosedur transplantasi hati untuk Singto.

Krist memiliki jadwal scanning ultrasonik di rumah, untuk memeriksa kondisi bayi. Singto selalu cuti dan tinggal di rumah setiap kali Krist punya jadwal pemeriksaan. Dia tidak ingin ketinggalan proses pertumbuhan bayi, namun mereka menyuruh dokter untuk merahasiakan tentang jenis kelamin bayi hingga lahir.

"Kalian lihat itu? Bayinya sehat..." kata dokter. "Dia juga sangat cantik..."

"Cantik?!" Krist dan Singto berseru bersama dan melotot pada dokter.

"Ops! Aku minta maaf... "Dokter segera menutup mulutnya, dan menyadari bahwa ia keceplosan. "Itu reflek..."

"Jadi, aku akan punya bayi perempuan?" Tanya Krist. "K-kupikir tadinya laki-laki..."

"Keren! Aku suka anak perempuan... "Singto berseru gembira. "Aku selalu bermimpi punya anak perempuan..."

"Tapi, bagaimana kalau nenek kecewa saat mengetahui hal ini?"

"Aku senang punya cicit perempuan, anak bodoh!" Old Mrs. Ruangroj tiba-tiba masuk ke kamar setelah dokter pergi.

"Nenek?!" Krist dan Singto berseru kaget. Singto segera bangkit dan membantu wanita tua itu untuk duduk di dekat ranjang Krist.

"Sungguh? Kau tidak keberatan?" tanya Krist ragu.

"Kenapa aku harus ragu?" Dia mengembalikan pertanyaannya. "Aku sangat senang, kau memberi ku seorang cicit, dan yang terpenting adalah...kau telah melakukan banyak hal untuk Singto, aku sangat menghargai itu..."

"Tapi, aku ingin punya anak laki-laki!" tambah Krist.

"Aw, jadi kau tidak menyayangi putri kita?" Protes Singto.

"Tidak, tentu saja aku menyayanginya...hanya saja..."

"Anak pertamaku juga perempuan..." neneknya menambahkan. "Kau masih punya kesempatan di masa depan!"

"Kau ingin anak laki-laki? Oke! Ayo kita buat rencana untuk mendapatkan anak laki-laki selanjutnya!" ujar Singto menggoda Krist. "Ayo, kita buat bayi setiap tahun sampai rumah kita penuh, bagaimana?" tambah Singto.

"P'Sing! Aku serius! "Protes Krist.

"Well, aku juga..." Singto kemudian menggenggam tangan pria itu perlahan dan berkata. "Aku sudah bicara dengan nenek, dan aku setuju untuk menjalani pengobatan, aku akan melakukan transplantasi liver..."

"Benarkah?!" seru Krist gembira. "Sebenarnya aku sudah..." ia segera membungkam mulutnya.

Singto tersenyum dan bertanya. "Jadi, apakah kau sudah menemukan donor untuk ku dalam perjalananmu kali ini?"

"Hah?!" Krist langsung membeku, dan melirik neneknya, dia menduga Singto sudah tahu tentang kebohongannya. "A-aku minta maaf P'Sing, aku tidak bermaksud berbohong padamu, tapi, aku tidak punya pilihan, atau kau tidak akan membiarkanku pergi ..."

"Bagaimana aku mengatakannya, kau sangat keras kepala..." Singto mencubit hidungnya. "Jadi kupikir, aku seharusnya tidak membiarkan usahamu sia-sia, akan kulakukan... untukmu..."

"Well, sayangnya...bibi mu tidak bisa menjadi donor untukmu..." kata neneknya.

"Apa?!" Singto terkejut. "Jadi...itu berarti...aku tidak punya harapan?"

Bahasa Indonesia - Money Make Dream Come true (Complete)Where stories live. Discover now