Part 8

4.1K 404 47
                                    

Singto menyeret Krist kembali ke kamar mereka dan ke tempat tidur, lalu naik ke atas tubuh pria itu dan mulai menciumnya dari bibir, mengisapnya dengan intens, Krist menarik diri setelah beberapa saat.

"Kupikir kita setuju untuk berdiskusi!"

"Aku kangen ingin menyentuh!" kata Singto.

"Kau tidak serius ingin menghamiliku sekarang, kan?"

"Aku ingin melakukannya sekarang! Aku tidak sabar ingin mencicipi lubang barumu!" Singto berbisik dan menyerang leher pria itu kemudian.

"Tapi, aku gugup..."

"Kenapa ini bukan pengalaman pertama kita, kan?"

"Tapi, ini akan menjadi pengalaman pertamaku dihamili oleh seorang pria." jawab Krist dengan menatap serius mata Singto. "Bisakah kau menggambarkan perasaanku?"

"Jadi, kau berubah pikiran?"

"Bukan, bukan...hanya saja..." Krist tampak gugup. "Aku sangat malu dan gugup dan takut dan ...."

"Gembira?" Singto menambahkan. Dia kemudian merangkak turun dan membuka celana pendek Krist. "Apakah sebaiknya kita melewatkan foreplay dan langsung ke game utama?"

"Hah?" Krist terkejut saat pria itu menarik celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, dan menunjukkan selangkangannya yang telanjang. Krist segera menutupinya dengan menggunakan bantal. Dia benar-benar malu lalu menegakkan posisi tubuhnya dan bersandar di ranjang.

"Hei, beri aku waktu!" protes Krist

"Aw, aku khawatir kau akan berubah pikiran!" balas Singto. "Ayolah, jangan malu-malu! Aku akan main dengan lembut!" Singto mencoba menyingkirkan bantal.

"Kau benar – benar pervert!" Krist memelototinya, dan memegang bantal dengan kuat.

Singto merangkak naik dan meletakkan dagunya di atas bantal sambil menatap Krist sejenak.

"Baiklah, ayo kita bicara!" Lalu dia membalikkan tubuhnya dan membaringkan kepalanya di atas bantal, persis di atas selangkangan Krist. Krist bisa merasakan tekanan di atasnya, tapi dia tidak bisa memprotes.

"Jadi, apakah kau sudah mempelajari tentang kehamilan? Haruskah aku mengundang seorang dokter dan perawat untuk merawat dan membimbingmu?" Singto mengajaknya mengobrol.

"Masalahnya bukan pada hamil itu sendiri, tapi....aku sedang berpikir bagaimana menjelaskannya kepada keluargaku dan...pada semua orang...." kata Krist.

"Aw, kau berpikir sejauh itu?" Singto mengangkat kepalanya melihat ke belakang pada Krist. "Apakah kau malu akan hal itu?"

"Tentu saja!" Krist menjawabnya dengan cepat. "Bagaimana kalau kau yang ada di posisiku?"

Singto tersenyum menanggapinya. "Well, aku pernah mengingatkanmu tentang ini, aku juga tidak memaksamu untuk melakukan ini juga! Jadi, apa kau menyesalinya sekarang?"

Krist seperti ditampar di wajah. "Bukan begitu, hanya saja..." Krist gugup dan bingung, ia tidak mampu menggambarkan perasaannya.

Singto kemudian bangkit dan mendekatkan wajahnya tepat di depan pria itu dan menatap dengan serius.

"Satu kata!" pintanya "Ya atau tidak?"

"Iya." Krist menjawab tanpa berpikir.

Singto segera menarik bantalnya, menurunkan tubuhnya dalam posisi terlungkup, ia lalu mencengkram kedua paha Krist dengan tangannya dan menangkap penis di depannya dengan menggunakan mulut dan mengisapnya dengan nafsu. Membuat Krist mengerang nikmat saat mulai merasakan ereksi.

Bahasa Indonesia - Money Make Dream Come true (Complete)Onde histórias criam vida. Descubra agora