Satu Hari di Pagi itu

475 8 0
                                    

Satu hari di pagi itu, tanpa sengaja kita bertemu. Namun, tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Menyapa pun kamu enggan. Seperti orang asing, yang tidak saling mengenal. Sakit. Bagaikan diterjam ribuan pisau. Bernafas pun rasanya sangat sulit. Katakan aku lebay, tapi itulah yang aku rasakan.

Bagaimana tidak? Dilakukan seperti itu, oleh orang yang membuat kamu percaya (lagi), namun akhirnya dikecewakan.

Seolah-olah, aku ini sudah tidak dibutuhkan lagi. Ibarat sebuah buku, kamu sudah mulai lelah membacanya, dan pada akhirnya kamu buang begitu saja tanpa kamu simpan dengan rapi untuk kenangan.

Di pagi itu. Perasaan kalut menjadi satu. Jejak rasanya, masih ada. Masih tertata dengan rapi. Getarannya pun tidak hilang. Bahkan, cara kamu berbicara pun masih terngiang di pikiran. Sehingga tidak sulit untuk menemukan mu, walau kamu selalu menghindar.

Pagi bergetar. Pagi bersedih. Pagi yang begitu sesak. Namun, pagi yang menyenangkan. Setidaknya, aku bisa bertatap muka dengan si angan. Walau hati tersayat belati, karena seperti dua orang asing.

Saat itu, di pagi hari.
-dsadr-

Tanpa KepastianWhere stories live. Discover now