[4] : Pesta Penyambutan

8.9K 1.4K 280
                                    

Di Speranţă, pelajaran di bagi menjadi dua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Di Speranţă, pelajaran di bagi menjadi dua. Yang pertama, dari pukul 8 pagi setelah waktu sarapan, adalah waktu untuk belajar pelajaran umum. Sains,matematika, bahasa, pelajaran yang sering kalian temukan di setiap sekolah normal. Sementara yang kedua, adalah pelajaran bertarung dari jam 4 sampai matahari terbenam. Meski Constantine tidak pernah terlibat pertempuran atau perang, tapi pelajaran ini dianggap penting untuk bekal mereka menghadapi dunia luar, mereka tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti saat dunia berubah.

Jangan kira, mereka yang sudah lulus dari sana hanya akan menjadi penduduk lokal biasa. Nyatanya, banyak dari mereka yang keluar dari Constantine, menghadapi dunia luar yang sebenarnya. Berkelana ke berbagai negara, meski kebanyakan mereka adalah para half olympians, mudah bagi mereka diterima di masyarakat luar, karena mereka sebetulnya sama saja seperti manusia biasa, hanya saja, mereka lebih indah.

Bukan berarti half blood tidak indah dan mempesona, tapi dengan kulit mereka yang putih pucat juga tangan sedingin es, pasti akan langsung ketahuan bahwa mereka setengah vampire, jika sudah begitu siapa yang akan menerima mereka di luar sana? Meski zaman sudah berganti, peradaban semakin maju, nyatanya, masih ada ketakutan dengan makhluk abadi berkulit pucat seperti mereka. Itu juga yang sering dipikirkan oleh River, meski dia suka sekali bermain dan terlihat tidak pernah serius, diam-diam dia sering memikirkan akan jadi apa dia nanti jika sudah keluar dari sana?

River menuruni undakan tangga satu persatu, menyumpal telinganya dengan earphone. Jangan kaget, Constantine juga mengenal benda canggih yang disebut ponsel, kok. Meski terkadang hanya dijadikan hiasan atau sekedar untuk mendengar musik seperti yang Oriver lakukan, karena mereka sebetulnya tidak membutuhkan itu semua untuk berkomunikasi. Oriver cukup lelah di pelajaran metafisika tadi, masih lelah untuk sekedar mendengar bisikan - bisikan tidak penting yang bisa didengar oleh telinganya.

Kakinya menapaki Gladiator Arena, tempat untuk belajar bertarung. Dilihatnya beberapa anak lain sudah mulai berlatih, saling mengayunkan pedang, atau panah yang melayang - layang sembarangan. Mata tajamnya mencari keberadaan teman - temannya yang sudah mendahui.

Oriver mendengus, bahkan dari jarak sejauh ini dia sudah bisa mencium bau Ken dan Arsen.

"River!" suara lantang Ken menggema di bangunan yang mirip Colloseum itu. Melambaikan tangannya tinggi - tinggi pada Oriver, rambut Ken yang berwarna merah sangat mudah di kenali, selain baunya. Keempat temannya sudah duduk berjajar di tribun ke tiga dari bawah. Aro yang sedang asyik dengan camilannya, Axel yang tengah membaca buku, Arsen, sudah memejamkan mata di sana. Rex, dia sudah pasti salah satu dari mereka yang tengah bertarung di sana.

"Baru selesai?" tanya Aro disela kunyahannya.

Oriver mengangguk, merebahkan punggungnya pada bangku, mencopot earphone dan memasukannya ke dalam saku jaket, "aku sepertinya sial sekali harus mengulang kelas metafisika. Sungguh, profesor Rowena bisa membuat seluruh rambutku rontok." Oriver mengacak surai abu - abunya kesal.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Where stories live. Discover now