[24] : Kebenaran Maxime

6.2K 1.1K 307
                                    

Adakah yang lebih mengejutkan dari pada melihat Vernon Armstrong, seorang half blood duduk di punggung seekor anjing raksasa berbulu hitam pekat dengan kedua taring yang menyeramkan seperti siap mengoyak tubuh siapa saja yang berani mendekat.

Anak itu, Vernon Armstrong wajahnya lebih dingin dari biasanya. Tatapan matanya lebih pekat dan tajam dari pada sebelumnya. Anjing neraka itu –yang Maxime panggil Gress terus menggeram sambil memperlihatkan taringnya. Gress berhenti beberapa meter dari puluhan pasang mata yang menatap ngeri ke arahnya. Vernon jengah dengan tatapan mata itu.

"Jadi, kau yang Hades maksud?" Ken akhirnya berhasil menyuarakan pertanyaan mereka yang berada di sana.

"Ya." Suara Vernon lebih datar dari biasanya, tidak ada lagi nada-nada suara menyombongkan dirinya.

"Harusnya aku menyadarinya dari awal." Desis Maxime. "Bahkan aku saja tidak diperbolehkan menaiki mereka!" kesal Maxime sambil menunjuk Gress. Eriol mendengking tidak suka di sampingnya. "Tenang sobat, kau yang paling hebat untuk ku." Maxime menepuk-nepuk Eriol menenangkannya.

"Kau bekerja sama dengan Hades? Kau mengkhianati kami? Kau mengkhianati bangsamu sendiri?" suara River meninggi, dia sungguh malu dengan fakta bahwa mereka sama-sama half blood , River tidak akan pernah sudi mempunyai klan pengkhianat seperti Vernon.

"Bangsaku? Ini bukan bangsaku. Aku lebih tinggi dari kalian!" bentak Vernon.

"Apa maksudmu? Kita itu sama-sama –"

Kalimat Axel dipotong oleh gelegar kemarahan Vernon. Pemuda itu menggulung lengan kemejanya. Memperlihatan symbol illuminatinya. "Aku Vernon Armstrong, keturunan Count Vladimir yang agung! Aku tidak pantas disamakan dengan makhluk rendahan seperti kalian!"

Dari belakang Benjamin berdecak kesal, "Anak itu gila kekuasaan rupanya."

"Tapi kau salah kalau kau membantu Hades! Kau akan membuat kehancuran dunia!" Aro bersuara.

"Dan aku akan berkuasa, bersama Hades. Dia sudah menjanjikanku hal itu." Jawab Vernon bangga.

Maxime mendengus, "Lalu, kau percaya pada ayahku? Bodoh!"

"Max, harusnya kau menerima tawaran ayahmu kemarin malam." Ucapan Vernon membuat yang lain menatap padanya.

Maxime jengkel, "Bisa tolong sampaikan pada ayahku, aku tidak akan pernah mau berada dipihaknya."

Vernon tertawa terbahak, "Kau bodoh Maxime! Ayahmu menawarkan kekuasaan dan kau menolaknya."

Maxime sudah habis kesabaran, dia maju selangkah dari telapak tangannya muncul api. "Bisa kita selesaikan pembicaraan ini sampai di sini? Aku sungguh ingin membakarmu sekarang."

Tiba-tiba salju tidak lagi berwarna putih, melainkan berwarna abu-abu. Vernon dilingkupi api yang berkobar, tapi dia tidak terbakar. "Kita akan bertemu 3 hari lagi, aku akan membuat kalian berada di bawah kakiku saat titik balik matahari musim dingin." lalu, yang tersisa hanya suara tawa Vernon yang semakin memudar seiring api itu melahap tubuhnya.

"Kemana dia pergi?" tanya Arsen yang sedari tadi hanya diam dan masih terlihat terkejut.

"Ke tempat ayahku." Jawab Maxime, pandangan masih tertuju dimana tempat Vernon tadi berada.

"Aaaakkhh!" tiba-tiba saja terdengar teriakan dari belakang, Lucy puteri Aphrodite terlihat ketakutan saat melihat seorang gadis berambut keriting dengan bintik-bintik merah di wajahnya yang barusan berdiri di sampingnya tiba-tiba saja berubah aneh.

Mata gadis itu berubah putih, seperti bola matanya terputar ke belakang. Membuat orang yang melihatnya merasakan kengerian.

"SATU DARAH CAMPURAN PERGI, MENUNGGU DI PINTU RATAPAN. PERGI KE TANAH LELUHUR TIGA DARAH CAMPURAN MEMBEBASKAN KEGELAPAN DENGAN PEDANG MAUT."

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Where stories live. Discover now