[20] : Dewa Alam Bawah Datang ke Pesta

6.9K 1.2K 99
                                    

Kaki telanjang Arsen turun dari tempat tidurnya, dilihatnya Ken yang tertidur pulas di ranjang sebelah dengan suara dengkuran halus yang memenuhi kamar mereka yang sepi.

Ini sudah tengah malam, tapi Arsen terbangun karena lagi-lagi dia bermimpi buruk. Mimpi yang sama, yang semakin hari terasa semakin nyata dan menyiksanya. Arsen membuka jendela kamarnya guna mencari udara segar, meski nyatanya hanya dingin yang dia rasakan.

Salju sudah tidak turun, tapi gumpalan putih itu memenuhi seluruh Constantine sejauh mata Arsen memandang.
Arsen tidak pernah berpikir bisa merasa kerasan berada di sana, padahal tadinya Arsen tidak suka tempat yang terasa sangat asing baginya itu.

Namun sekarang, Arsen merasa Constantine sudah seperti rumah kedua baginya, Arsen jadi teringat kata-kata Ken saat pertama kali mereka pindah ke sana. Saat Arsen berkata bahwa mereka hanya orang asing di sana, kalau semua orang memiliki keluarga di sini, kecuali mereka, Ken benar keluarga bisa diciptakan dimana saja.

Mereka sudah menciptakan keluarga baru di sini, teman-teman mereka. Arsen bersyukur mereka berada di tempat yang tepat, tempat dimana mereka menemukan keluarga baru, juga tempat untuk mereka melindungi satu-satunya alasan mereka tetap hidup sampai sekarang.

Mata kecil Arsen yang tajam menangkap pergerakan di ujung kebun anggur, tepatnya disebuah lapangan kecil. Meski malam hari, dan kabut turun namun mata Arsen bisa menangkap pergerakan itu.

Diikuti rasa penasarannya, Arsen meloncat lewat jendela kamarnya, karena kalau keluar kastil dijam segini dia akan berhadapan dengan Vegethor.  Arsen berjalan dengan hati-hati di genting yang miring, dengan gerakan lincah Arsen dengan mudah sampai di bawah, mungkin karena dia setengah serigala makanya melakukan hal seperti itu sangatlah mudah.

Dia mendongak ke atas. Rasanya menara itu tidak terlalu tinggi baginya. Arsen menyipitkan mata, tubuhnya berusaha menembus kabut yang ternyata cukup pekat, melewati kebun anggur yang sedang tidak berbuah karena cuaca dingin.

Padahal, Arsen menyukai anggur di kebun itu.

“Max?”

Mata  Arsen menangkap sosok Maxime dengan seekor binatang yang tidak pernah dia jumpai sebelumnya. Unik dan cantik. Maxime menoleh, sedikit terkejut dengan kedatangan Arsen, namun dia memberi senyum pada pemuda pucat itu.

“Oh, hai Arsen. Belum tidur?” tanya Maxime, tangannya masih menepuk-nepuk moncong Eriol yang sibuk mengunyah sosis yang dipegang Maxime.

“Hewan apa itu?” tunjuk Arsen pada Eriol.

“Ini Eriol, binatang peliharaanku.” Maxime menyengir bangga.

“Jadi ini yang namanya Eriol?”

Alis Maxime menaut, “Kau, tahu soal dia?”

Arsen mengangguk, berjalan lebih dekat membuat Eriol menggeram pelan. “Ken sempat bercerita padaku, kalau kalian keluar dari lembah kematian dengan menaiki hewan ini.”

“Ah, begitu.”

“Boleh aku menyentuhnya?”

“Tentu saja.” Tangan Maxime berpindah ke puncak kepala Eriol yang masih menggeram waspada.

“Hey, tenang sobat. Dia teman kita.” Maxime menenangkan peliharaannya. “Arsen, coba kau elus di bawah lehernya. Dia suka sekali diperlakukan seperti itu.” Maxime memberi arahan.

Dengan hati-hati tangan Arsen terulur, Eriol mengendus tapi tidak bergerak. Lalu Arsen mengelus-elus bulu yang berada di bawah leher Eriol.  Kali ini Eriol menggeram kecil, kemudian menjilat wajah Arsen senang menggesek-gesekan kepalanya pada pipi Arsen.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Where stories live. Discover now