[9] : Gerbang Neraka

6.7K 1.3K 85
                                    

Lembah Moarte, berada di barat daya Constantine, sebuah lembah yang tidak pernah terjamah oleh sinar matahari, lembab, kelam, hanya diisi oleh makhluk - makhluk menyeramkan yang bisa membinasakan kapan saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lembah Moarte, berada di barat daya Constantine, sebuah lembah yang tidak pernah terjamah oleh sinar matahari, lembab, kelam, hanya diisi oleh makhluk - makhluk menyeramkan yang bisa membinasakan kapan saja.

Ken, River, dan Maxime, sudah berjalan hampir 2 jam lamanya, melewati perkampungan para petani strawberry, melewati gerombolan domba yang di giring ke padang rumput, menyusuri sungai kecil dan berhenti sejenak untuk membasuh wajah. Tak ada percakapan selama di perjalanan, yang terdengar hanya helaan napas menahan panas matahari yang seperti berada di puncak kepala mereka. Hingga akhirnya, mereka memasuki semak belukar membentuk terowongan, gelap, seperti tidak mempersilakan sedikitpun sinar matahari masuk ke sana, semak belukar itu berakhir tepat di tanah berbatu, yang tak jauh dari sana ada jembatan menyeramkan yang menghubungan tanah tempat mereka berpijak dengan daerah di sebrangnya.

Tempat itu benar - benar gelap, kabutnya tebal, beberapa kali terdengar suara - suara entah dari hewan apa yang membuat mereka terkejut. Tiga pasang kaki itu melangkah mendekati jembatan berwarna hitam dengan beberapa tengkorak berserakan di sana, membuat Ken sedikit begidik ngeri, tapi bukan saatnya dia untuk takut. Arsen sedang menunggu obatnya, dia harus segera kembali sebelum terlambat.

"Gerbang neraka." Maxime bergumam, membuat Ken dan River menoleh pada pemuda bersurai ungu gelap itu.

"Apa?"

"Gerbang neraka, mereka menyebutnya begitu." Maxime sedikit mendengus geli.

"Maaf, apa ada yang lucu di sini? Jembatan reot ini sepertinya sama sekali tidak terlihat lucu dalam pandanganku." River berkomentar kesal, karena tidak menemukan letak kelucuan dari tempat mengerikan itu.
"Lucu, mereka menyebutnya gerbang neraka. Padahal mereka pasti belum pernah melihat gerbang neraka yang sesungguhnya."

"Lalu, memangnya kau sudah pernah lihat?" Ken juga kesal.

"Beberapa kali, saat aku berusaha bicara pada ayahku. Tapi dia selalu menendangku kembali ke permukaan. Dia sepertinya tidak suka berbincang dengan anaknya, yah walaupun anak yang dia punya hanya aku." Maxime merogoh kantung celananya, mengeluarkan tiga buah permen karet, mengunyahnya satu, sementara dua lagi disodorkan pada teman seperjalanannya itu, "mau? untuk mengurangi kegugupan."

Meski setengah hati, Ken dan River mengambil permen karet itu juga. Dalam keadaan seperti ini, mereka memang harus tetap tenang.

"Kata orang, di sini, kau tidak akan tahu bisa kembali, atau akan terperangkap di dalam dan.. mati." River ngeri sendiri dengan kata - katanya.

"Kita pasti kembali. Sebaiknya kita bergegas." Maxime memimpin jalan di depan, kakinya melangkah menapaki jembatan tua itu. Bunyi berderit membuat Ken dan River bertambah ngeri, takut - takut jembatan itu tidak kuat menahan beban mereka bertiga.

"Kau yakin, ini aman?" tanya Ken, saat tangannya memegang tali di ujung jembatan, sementara itu matanya menatap ke bawah jembatan, seperti jurang tak berdasar.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Where stories live. Discover now