[12] : Fly Toward Home

6.6K 1.3K 143
                                    

Eriol menukik tajam ke bawah, kedua sayapnya yang berwarna hijau kebiruan itu merentang dengan gagah dan kaku. Ketiga pemuda yang duduk di punggungnya sudah memejamkan mata, merasakan sensasi angin yang terlalu kuat menerpa wajah tampan mereka.

Ketika kaki Eriol memijak tanah, ketiganya bisa bernapas lega karena mereka mendarat dengan selamat. Maxime, Ken, dan River, melompat dari punggung Eriol. Maxime mengusap kepala Eriol mengucapkan terima kasih, dan setelahnya Eriol terbang menjauh dari sana. Membiarkan ketiga pemuda itu menyelesaikan urusannya di jantung hutan Lembah Moarte.

Mereka menatap berkeliling, tidak ada yang aneh, tidak ada troll, atau kabut gaib, atau.. makhluk aneh lainnya yang terlihat berjaga di sekitar sana. Ini terlalu aneh bagi mereka, mereka pikir, untuk mencapai bunga itu tidak mudah, setidaknya bunga itu pasti dilindungi oleh sesuatu yang.. menyeramkan.

Middlemist, bunga berwarna merah muda cerah yang mirip dengan mawar itu hanya memiliki satu tangkai, dengan akar menyerupai sulur - sulur yang tertanam di tanah, menyebar ke sekeliling.

"Hey, apa kalian tidak merasa aneh ?" River mengedarkan pandangannya.

"Aneh, kenapa ?" Ken ikut memperhatikan sekitar sambil melangkah mendekati bunga Middlemist.

"Ini aneh, kenapa terasa sangat gampang untuk mendekat ke sini ?" Maxime sependapat dengan apa yang dipikirkan River, namun mengikuti langkah Ken mendekati bunga merah muda itu.

Baru saja Maxime menyelesaikan kalimatnya, tiba - tiba saja tubuhnya sudah terangkat ke udara, kakinya terlilit sulur - sulur yang tadinya tertanam di tanah. Harusnya Maxime tahu, ini akan terjadi, mana mungkin segampang itu mengambil bunga yang sangat langka.

Kepalanya jadi pusing, karena posisinya yang sangat tidak menguntungkan. Kakinya berada di atas terikat erat pada sulur itu, sementara kepalanya berada di bawah, aliran darahnya serasa langsung turun ke kepalanya. Dilihatnya Ken dan River juga sama saja, bedanya, posisi mereka lebih normal dari pada dia.

"Lakukan sesuatu!" Teriak River berusaha melepaskan diri, namun sulur itu malah semakin erat melilit tubuhnya.

"Max ! bakar makhluk ini!" Teriak Ken yang berada paling atas dari mereka, kakinya menendang - nendang udara berusaha melepaskan diri.

Maxime berusaha mengeluarkan api dari telapak tangannya, sekali, dua kali, tidak bisa, Maxime mulai panik.

"Apa yang kau lakukan ? cepat!" Ken berteriak lagi, tidak sabaran.

"Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku." Jawab Maxime putus asa.

"Apa?!"

"Ken, cepat berubah." Kali ini River memberi ide.

Ken memejamkan mata, berusaha fokus. Tapi dia tidak merasakan apa - apa, dia tidak bisa memanggil wolvrine dalam tubuhnya untuk bangun. Ken menggeleng frutasi. "Tidak bisa, aku tidak bisa berubah."

"Sial ! makhluk ini bisa menyegel kekuatan kita kalau sulurnya menyentuh tubuh kita." Maxime mengumpat, wajahnya sudah memerah karena aliran darahnya.

Saat ketiganya sedang mencari akal untuk melepaskan diri, Ken ingat sesuatu. Sesuatu yang dititipkan Rex padanya, Ken berpikir sejenak, apa dia bisa memakai pedang Ares ? dia saja tidak bisa menggunakan kekuatannya, apa mungkin pedang Ares bisa berubah ? tapi dia tidak akan tahu kalau tidak mencobanya. Jadi Ken, dengan bersusah payah, yang untungnya, tangannya masih bebas mengambil kalung yang terpasang di lehernya.

Mencium bandul kalung itu, seraya memejamkan mata, berharap semoga idenya berhasil. Sinar terang menarik perhatian Maxime dan River, tiba - tiba saja bandul itu berubah menjadi pedang keperakan, pedang Ares. Ken tersenyum senang.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Where stories live. Discover now