[23] : Penyerangan Kecil

5.8K 1.1K 180
                                    

Sebagai anak dewa alam bawah, cukup mudah untuk Maxime menemui ayahnya -atau lebih tepatnya berkunjung ke dunia bawah meski dia tidak pernah bertemu ayahnya. Karena ya, ayahnya terlalu sibuk, atau memang tidak ingin melihat anak manusianya.

Maxime menelisik sekeliling, kalau-kalau ada yang melihatnya berada di ruang hiburan pada tengah malam seperti ini. Dia butuh perapian, dan sayangnya di kamarnya juga di menaranya tidak ada perapian, kecuali di ruang hiburan ini. Maxime membuka ruang hiburan hati-hati, melangkah mendekati perapian yang apinya tidak menyala.

Tangannya terulur, sepersekian detik kemudian api menyambar perapian itu. Membuat nyalanya berrkobar-kobar. Mata hijau zambrut Maxime memproyeksikan kobaran api di depannya. Bibirnya merapal sebuah mantra, membuka portal menuju dunia bawah.

Kemudian, Maxime berjalan memasuki perapian, lenyap bersama kobaran api yang membawanya menuju dunia bawah.

***

Bisa dibilang, keadaan di Kastil Speranta sejak kejadian seminggu yang lalu itu berubah total. Vegethor yang sekarang rasanya lebih banyak dan lebih sering berpatroli di malam hari, serta meningkatnya jam latihan bersama Benjamin seolah mereka sedang dipersiapkan untuk menghadapi perang sungguhan. Juga, tatapan mata menuduh pada Arsen dan Ken. Kedua pemuda itu menyadarinya, karena kemanapun mereka pergi, mereka akan menemukan tatapan mata yang sama, tidak bersahabat. Mereka merasa seperti orang asing lagi di sana, akan lebih baik kalau mereka benar-benar pergi dari sana, tapi mereka juga sudah berjanji pada Cedrik untuk tetap tinggal. Belum lagi teman-teman mereka yang juga menginginkan agar mereka berdua tetap berada di Constantine.

Meski Arsen dan Ken tahu keempat temannya berada dipihak mereka namun keduanya juga tahu Aro, Rex, River dan Axel juga bingung memposisikan mereka dimana. Jelas, mereka mendukung Arsen dan Ken. Apalagi setelah mereka tahu benda yang diinginkan Hades adalah salah satu alat terkuat untuk menaklukan dunia. Mereka juga bertanggung jawab untuk menjaganya agar tidak jatuh ke tangan orang yang salah. Tapi, tatapan orang-orang pada mereka juga sangat mengganggu, semua orang tahu mereka dengan Arsen dan Ken bersahabat, bahkan saat mereka tahu Hades akan menghanguskan Constantine kalau mereka tidak menyerahkan Arsen dan Ken pada Hades, mereka berempat tetap berada di samping dua pemuda itu. Cap pengkhianat rasanya sudah dituliskan di kening mereka berempat.

"Hei lihat mereka, kenapa mereka sangat tenang begitu." Bisik seseorang saat Arsen,Ken dan Axel berjalan di lorong hendak menuju kelas mereka. Sementara ketiga teman mereka yang lain sudah kembali ke kelas lebih dulu.

"Uh, pengkhianat seperti mereka seharusnya pergi dari Constantine." Bisik yang lain.

Ken sudah sekuat tenaga menahan emosinya, meski tangannya sudah mengepal siap melayangkan pukulannya pada siapa saja yang masih bicara buruk tentang mereka. Kupingnya terasa panas karena kata 'pengkhianat' selalu dia dengar dimanapun mereka pergi.

"Kalian masih di sini?" Vernon, dan tentu saja gerombolannya menghadang langkah ketiga pemuda yang nampak jengah melihat wajah sombong Vernon dan antek-anteknya. Yang mereka tahu, kalau tidak ada Vernon mereka bukanlah apa-apa.

Arsen tidak ingin ambil pusing, dia sedang malas berkelahi. Sudah banyak pikiran di kepalanya, dia tidak mau menambah pikirannya dengan berbicara pada Vernon yang tentu saja hanya akan mengolok-oloknya dan teman-temannya. Jadi, Arsen hanya berjalan melewati Vernon begitu saja.

"Apa kau tahu, minggu lalu Dewan Constantine datang ke sini menemui Master Cedrik." Vernon berkata dengan nada liciknya, membuat Arsen, Ken serta Axel menoleh kembali lagi ke belakang. Vernon berjalan mendekat dengan angkuh, seperti biasa kedua tangannya terlipat ke dada, "Mereka datang ke sini untuk mengusir kalian berdua." Pandangan Vernon tertuju tepat pada Arsen dan Ken. "Dan lagi, Master Cedrik tidak memberitahu hal ini pada dewan. Bersyukur aku memberitahu ayahku kalau Hades datang ke sini mencari kalian berdua. Bukankah itu sebuah penghinaan bagi dewan tinggi kalau Master Cedrik tidak memberitahu mereka bahwa Constantine sedang dalam bahaya?" tanya Vernon, matanya melewati bahu Arsen menatap Ken dan Axel yang sibuk menahan emosi."Tapi sayang, Master Cedrik memilih mempertahankan kalian dari pada keselamatan Constantine, bukankah itu sebuah pengkhianatan?"

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Where stories live. Discover now