[19] : Pertandingan Hoki Dadakan

6.4K 1.2K 98
                                    

Ken menggeliat dari tidurnya, merasakan hawa dingin yang merayapi kakinya juga tubuhnya yang sedikit menggigil. Ken menatap sekeliling, Arsen masih tertidur pulas di ranjang sebelah. Bergelung seperti bola di sana, sementara selimut Ken sendiri sudah jatuh ke lantai, pantas saja Ken merasa kedinginginan. Ken menatap jam kecil di atas nakas, pukul 7 pagi dan mereka berdua masih berbaring di tempat tidur, untung saja hari itu hari minggu.

Ken turun dari ranjang, kaki telanjangnya menginjak karpet abu-abu yang menutupi lantai marmer. Dia membuka jendela kamarnya, yang tidak disangka langsung disambut dengan salju yang mulai turun dengan lebat, bahkan pepohonan sudah berubah putih tertutup salju. Padahal, seingat Ken kemarin salju belum turun selebat hari itu.

Perubahan musim sepertinya sangat cepat terjadi, rasanya baru kemarin Ken dan Arsen datang ke Constantine saat akhir musim panas, dan sekarang mereka sedang melewati musim dingin di sana, betapa waktu berjalan begitu cepat dan Ken sudah merasa betah di tempat itu, entah bagaimana dengan Arsen.

Tapi, dari pengamatan Ken sepertinya Arsen juga merasakan hal yang sama seperti halnya Ken. Pemuda pucat yang masih mendengkur halus di sana itu sudah merasa kerasan di Constantine, apalagi sekarang Ken sudah mulai melihat Arsen kembali seperti dulu, sudah mulai banyak bicara lagi, dan juga tertawa.

Ken bersandar pada kusen jendela sembari menatap tubuh berbalut selimut di sana. Perhatiannya teralihkan karena suara ketukan di pintu kamarnya, ketukan yang terlalu bersemangat dipagi hari seperti ini. Dengan malas, Ken beranjak ke pintu, membukanya dengan enggan.

"Pagi." Sosok Maxime berdiri di depan pintu dengan senyum cerah yang memperlihatkan dua lesung pipinya.

Ken mengernyitkan kening, "Ada apa? Ini masih terlalu pagi, Max." Gerutu Ken.

"Astaga! Ini sudah siang, Ken." Maxime masuk bahkan tanpa menunggu Ken menyuruhnya. "Arsen masih tidur?' tanya Maxime saat melihat Arsen masih tidur di sana. Dia mendekat, menepuk-nepuk punggung Arsen. "Hey pemalas, bangun!"

Mungkin, kalau beberapa bulan lalu Maxime pasti tidak akan berani membangunkan Arsen seperti itu, bahkan masuk ke dalam kamar kedua half werewolf itu pun rasanya tidak mungkin bagi putera Hades. Tapi, karena mereka sudah melakukan gencatan senjata –lebih tepatnya Arsen dan Maxime melakukan gencatan senjata dan saling berbaikan, Maxime sudah tidak canggung lagi masuk ke dalam, bahkan sudah tidak ragu lagi menarik telinga Arsen seperti yang tengah dia lakukan sekarang.

"Arghhh!" Arsen menggeliat kesal, menendang selimut yang membungkus tubuhnya.

Maxime menatap Arsen santai seolah tidak takut meski sekarang Arsen menatap Maxime sinis dan jengkel. "Sudah bangun sekarang?" Maxime melipat kedua tangannya ke perut dengan acuh.

"Tidak, aku berniat tidur lagi!" Arsen menarik kembali selimutnya bersiap membungkus diri.

"Oh.. jangan harap tuan." Maxime menarik selimut Arsen cepat sebelum Arsen kembali tidur.

Arsen membenarkan posisinya menjadi duduk, "Apa kau tidak punya hal lain yang bisa dilakukan? Ini masih pagi Maxime, dan sekarang hari minggu, kalau kau lupa."

"Aku tahu ini hari minggu, tapi bukan berarti kau bermalas-malasan."

"Kenapa kau mengganggu minggu pagi kami yang tenang, Max?" Ken bertanya sambil berjalan ke ranjangnya, duduk ditepian ranjang itu.

"Danau Misty sudah membeku, ayo kita bermain seluncur es." Mata Maxime berbinar.

Arsen dan Ken saling berpandangan, "Kau pasti bercanda kan?"

***

Nyatanya, Maxime tidak sedang bercanda, dia benar-benar serius dengan ajakan bermain seluncur es di danau Misty yang terletak di belakang menara utama, tepat di depan pohon zaitun besar yang sekarang seluruhnya sudah tertutup salju.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang