2

4.7K 538 38
                                    

Ketertarikan Attala pada mahasiswa baru yang belum lama ini ditegurnya ternyata semakin menjadi kala ia tau nama cewek itu berkat Juna, temannya. Bukan karena Attala sengaja menyuruh Juna, yang sudah seperti saudaranya itu, mencari tau tentang Kinan. Toh’ Juna akan bilang dengan sendirinya, misalnya begini, “Ta, kelas sebelah gue cakep-cakep banget. Bisa gila gak tuh lo?” atau menyebut nama mereka, “kapan ya kira-kira gue bisa gebet Kinan?”.

Biasanya kalau Juna sudah kumat, Attala hanya bisa ngelus dada. Capek katanya nimpalin orang epleng.

Attala dan Juna memang sudah akrab sejak awal masuk kuliah. Waktu itu memang sering kebagian satu kelas, tapi sekarang mereka terpisah sesuai konsentrasi masing-masing. Gedung teknik tetap sama, bedanya Attala dilantai satu dan Juna dilantai dua.

“lo gak normal, Ta. Sumpah!”

Attala yang sedang membereskan tumpukan kertas hvs bergambar sketsa dimeja dosen itu melirik Juna tak acuh. Niatnya memang satu, pulang bersama sebab hari ini Attala sedang tidak membawa kendaraan dan lebih memilih numpang sama Juna. Tapi yang ada, hanya Juna yang tidak berhenti membicarakan cewek-cewek lantai dua dengan mata berbinar-binar. Berlebihan.

“elo yang gak normal, cewek udah lebih dari lima aja masih ganjenin anak orang.” Attala tak mau kalah, menyemprot Juna sambil berjalan keluar kelas.

“lo tuh jangan kolot makanya, Ta. Belom ngerasain sih pas lagi bareng yang pertama terus yang kedua dateng-”

“terus gimana? Digampar gak lo kayak yang di film-film?” potong Attala.

“hapal ya lo, sering nonton sinetron ya?”

Attala terkekeh, “goblok jangan dipiara, Jun. Kambing lo piara biar gede! Terus jual duitnya buat bayar kosan.” ujarnya panjang.

Juna tertawa mendengar ucapan Attala, ia merogoh saku jaket mengambil kunci mobil dan melemparnya pada temannya itu. “lo yang bawa, gua mau makan. Laperrr!”

Attala geleng-geleng kepala menangkap kunci mobil yang dilempar barusan. Sementara Juna ngacir ke kantin, ia memilih langsung ke parkiran meskipun perutnya juga sudah kelaparan.
Attala tidak khawatir sama sekali, sebab nanti Juna datang juga bawa makanan untuknya. Isi kepalanya memang agak-agak, tapi jangan salah, Juna itu orangnya baik banget dan tidak perhitungan sama sekali. Pantes cewek pada mau diduain- enggak, dilimain.

Setelah dilihat dengan seksama, ternyata kunci mobil yang ada dalam genggamannya itu bukan kunci mobil Juna yang biasanya. “tu anak ganti mobil gak bilang,” desisnya.

Tidak ada yang bisa dilakukan pada akhirnya selain menunggu si empunya mobil datang. Jelas, Attala tidak tau yang mana mobilnya. Bukan tidak mau pakai tombol alarm, kalau ada juga daritadi ia tidak bengong disini. Ini kunci mobil doyok- mobil keluaran lama.

Matanya berkeliling, mengikuti arah orang-orang yang berlalu-lalang di koridor utama tak jauh dari parkiran. Namun, ada satu objek yang menyita seluruh fokusnya.
Cewek itu- yang kata Juna namanya Kinan sedang asik berbincang dengan satu temannya. Keduanya berjalan menuju parkiran motor yang berada disebelah parkiran mobil.

Tatapan Attala bertemu dengan milik Kinan saat cewek itu menolehkan wajahnya. Sesaat Kinan ragu namun akhirnya berhasil melempar senyum pada cowok ganteng yang berdiri tak jauh didepannya itu.
“baru pada pulang?” tanya Attala sok akrab, lebih kepingin dekat-dekat dengan Kinan sebenarnya.

Langkah Kinan maupun Dena berhenti, “iya kak.” Jawab Kinan.

Sedangkan Dena hanya tersenyum kecil mengangguk sambil keheranan melihat dua orang disebelahnya itu. Kinan bukan tidak tau siapa Attala, ia hanya belum berkenalan secara resmi.

✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee TaeyongWhere stories live. Discover now