22

1.3K 227 6
                                    

"Tania lagi ngerencanain buat ketemu cowoknya, nah nanti gue ikut deh tuh."

Attala yang sedang berbaring dikarpet dengan kedua kaki terangkat keatas ranjang melirik kearah Juna yang sedang sibuk mengunyah burger pemberiannya. Iya Juna nitip.

"nggak ngira segampang ini kan?" timpal Attala lalu kembali fokus pada game diponselnya.

Juna hanya bergumam mengiyakan. Perutnya melilit kelaparan, jadi yang terpenting saat ini baginya adalah menghabiskan dua gundukan burger dalam satu waktu.

Untung Attala datang, kalau tidak mungkin nanti akan ada berita seorang pria tewas di kost-an karena kelaparan.

Dua orang itu saling diam. Sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Terhitung dua hari lagi Attala di Jakarta, lusa sudah harus kembali ke Palembang. Maka dari itu, ia selalu menyempatkan bertemu dengan teman dan kekasihnya.

Tiba-tiba Attala berseru kencang. Mengejutkan Juna yang sedang makan dengan penuh kedamaian.

"sampe gue keselek terus mati, gue gentayangin lo ya."

Attala terbahak lalu mengambil posisi duduk. "kalah gue." ujarnya santai sembari mengambil kaleng minuman bersoda milik Juna dan meneguknya.

"bersyukur gak lo, itu bukan anak lo?" tanya Attala tiba-tiba.

Juna melirik sekilas, tak menjawab.

"gak kebayang gue kalo sampe tiba-tiba ada kabar lo mendadak nikah gara-gara-"

Juna berdecak, "udah deh gak usah muna. Lo juga pasti gimana gitu kan kalo liat cewek pake baju minim didepan lo?"

"ya tapi kan gue gak bolak-balik klub kayak elo." bantah Attala.

"coba aja lo keluar masuk klub, paling kasusnya sama kayak gue." Juna tidak mau kalah.

"nyumpahin nih anak,"

Attala merampas burger dari tangan Juna lalu meletakkannya sembarangan. Cowok itu menjepit kepala Juna dalam rangkulan tangannya.

Juna terbahak sambil berusaha melepaskan diri.

Pertempuran tangan kosong itu berakhir dalam sekejap karena ponsel Attala menjeritkan ringtone. Begitu tertera nama Kinan, cowok itu langsung melirik jam dinding. Sudah waktunya untuk menjemput kekasihnya yang baru pulang kuliah itu.

Attala langsung beranjak lalu mengambil jaket Juna yang menggantung dibelakang pintu.

"selesai makan jangan lupa beres-beres. Kamar lo persis kayak abis kena tsunami," tukan Attala dengan senyum meledeknya.

Juna memutar bola matanya, "eh jaket gue!"

"pinjem."

"mau kemana sih lo?"

Attala membuka pintu, "pacaran." jawabnya singkat lalu pergi begitu saja.

Meninggalkan Juna sendirian dalam kamar kost. Cowok itu berdiri, memandangi sekeliling kamarnya yang benar-benar berantakan. Pantas memang kalau disebut habis terkena bencana.

🌿

Singkatnya, Juna akhirnya bertemu dengan pria itu. Pria yang menghamili mantan kekasihnya, Tania. Pertemuan pertama dilakukan cukup lama disebuah tempat makan western. Dengan sabar plus ala-ala negosisasi Juna menjelaskan segala bentuk detail apa yang terjadi saat ini pada diri Tania dan juga dirinya.

Intinya Juna tidak mau diminta pertanggungjawaban begitu saja.

Satu fakta mencengangkan adalah pria yang menghamili Tania itu ternyata masih kuliah semester enam. Namanya Dean. Terlahir dari keluarga kaya raya membuatnya jadi bersikap seenaknya dengan orang lain. Tapi keuntungannya adalah Dean tidak membantah apa yang dialami Tania.

"gue yakin tu orang mau tanggungjawab, Ta!"

Attala menuangkan segelas air mineral lalu memberikannya langsung ke tangan Juna. Sejak baru sampai tadi, Juna tidak berhenti menjelaskan sampai bibirnya kering.

"minum dulu, gue engap dengernya." gurau Attala.

Dua cowok itu beralih dari dapur ke ruang tengah rumah Attala yang besar ini. Tidak ada siapa-siapa, orangtuanya pergi bekerja dan Mbok Dewi sedang pulang kampung.

Juna meneguk isi gelas tersebut.

Attala menyandarkan diri pada sofa bludru, santai. "jadi intinya si Dean itu belum tau kan kalo Tania hamil?" ucapnya buka suara.

Juna mengangguk, "persis. Kalo gak gue jelasin gak bakal tau dia,"

"lo pake pelet apaan sih sampe dia ngotot elo yang tanggungjawab?" kekeh Attala.

"aduh pertanyaan lo penting banget." kesal Juna. "dengerin gue," Juna menginterupsi, "waktu kemaren ketemu pas dijelasin Tania kenapa, tu orang cuma kaget doang. Tapi gak ngebantah sama sekali, Ta!"

Juna yang gemas dengan ceritanya sendiri sejak tadi meninju bantal sofa.

"gak usah diulang-ulang gue juga paham, Juna!" Attala menghela nafas jengah mendengar penuturan berulang-ulang dari temannya itu. "ya udah berarti sekarang gampang kan? Kalo dia gak nolak, kasus selesai. Lo bebas."

Juna menyetujui, "semoga aja lancar. Biar kerjaan gue gak mandet lagi,"

Laptop yang menyala -bekas digunakan Attala sebelumnya diatas meja itu diambil alih Juna. Dalam diam cowok itu langsung mengetikkan sesuatu. Sibuk sendiri sampai bungkam.

Attala yang memperhatikan gerak-gerik itu hanya diam. Membiarkan fokus Juna sepenuhnya pada laptop karena dirinya ingin membalas pesan-pesan Kinan dengan tenang.

"eh tunggu! Gue inget mukanya kayak Cina Ta," lanjutnya.

Attala yang baru saja merasa tentram langsung mendesis lagi, "terus kenapa? Lo gak sadar muka lo kayak Jepang?" balasnya.

Juna hanya menautkan alis sambil mengusap sisi wajahnya.

🌿

.

.

.










































Ini Dean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Dean.

✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang