10

1.7K 276 2
                                    

Kinan menuruni tangga dengan tergesa, menghampiri bunda yang sedang nyemilin keripik kentang di teras bersama dengan pujaan hatinya, ayah.

"Kinan pamit ya bun, yah." ucapnya seraya mencium tangan orangtuanya bergantian.

"kok buru-buru sih?" tanya bunda melihat anaknya yang kini sedang memakai sepatu berhak sekitar lima senti seperti dikejar-kejar depcolector, ngebut.

"iya. Udah telat,"

"naik apa kamu?" ganti ayah yang bertanya.

"sama temen, biasa." jawabnya. Usai mengenakan sepatu, Kinan segera berlari keluar rumah tanpa lupa mengucapkan salam.

Langkahnya semakin cepat kala dilihatnya Indra sudah duduk diatas motornya yang ia parkir dipinggir jalan.

Dengan nafas tersenggal-senggal Kinan menghampiri temannya itu yang langsung bersiap begitu melihat Kinan menutup pagar rumahnya.

Bukan tidak sopan, hanya saja ayah Kinan yang terkenal tegas dan melarang keras anak perempuan satu-satunya itu berpacaran, hari ini sedang libur dan ada di rumah. Bisa fatal kalau Indra nongol depan mukanya. Beda sama bunda yang santai-santai saja, toh anaknya sudah dewasa. Dan yang terpenting motto bunda adalah dulu gue juga pernah muda.

"buruan Ndra!" pinta Kinan begitu tiba dan langsung naik keboncengan motor Indra.

"pake nih," Indra menyodorkan helm merah muda milik adiknya, yang ia ambil diam-diam saat akan pergi tadi.

"rambut gue rusak dong?"

Indra berdecak, "udah minta cepetan, gak mau pake helm lagi. Kan lo yang bilang bokap lo kaya gimana, bisa-bisa anaknya lecet dikit gue digantung, terus cowok lo juga, abis gue udah." cerocos Indra panjang lebar.

Kinan hanya menghela nafas jengkel dan langsung menyambar helm tersebut. Daripada Indra ngoceh gak berhenti mending juga pake helm, rambut gampang dirapihin.

Kendaraan roda dua itu segera melesat sebelum hal yang tidak diharapkan terjadi, misalnya tiba-tiba ayah Kinan muncul dari balik pagar. Praduga yang berlebihan membuat Indra merinding sendiri.

Kurang lebih satu jam akhirnya mereka sampai. Kinan langsung melompat turun dari motor.

"thank's banget Ndra, gue titip absen sama lo." ujarnya sembari membuka kunci helm.

Indra hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu.

"nih," dikembalikannya helm merah muda itu ke tangan si pemilik, "lo, hati-hati di jalan. Oke?" setelah mengucapkan itu Kinan langsung berlari menjauh, meninggalkan Indra dengan wajah terlongo-longonya dipinggir jalan. Ia hanya melempar senyum saat Kinan beberapa kali membalikkan tubuh untuk melambaikan tangan padanya.

"untung temen," gumam Indra terkekeh sendiri.

Diliriknya jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya, masih ada waktu dua jam sebelum kelas dimulai. Dan jarak dari tempat ini ke kampus pun lumayan jauh. Bukan lumayan, emang jauh.

Perlu digaris bawahi, saat ini Kinan memang bukan datang ke kampus. Melainkan datang ke sebuah gedung, yang memang sering disewakan untuk acara-acara besar seperti hari ini, wisuda mahasiswa angkatannya Attala.

Itulah alasan mengapa Kinan tergesa-gesa sejak tadi.

🌿

Kinan yang berhasil diperbolehkan masuk memilih duduk dikursi paling pinggir. Posisinya strategis, ada ditengah barisan.

Aula yang penuh dengan orang itu membuat Kinan kesulitan mencari seseorang. Apalagi mereka semua mengenakan toga hitam, nyaru.

✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee TaeyongWhere stories live. Discover now