24

1.2K 225 4
                                    

Sejak satu jam yang lalu meja panjang dalam kedai sate itu tak juga menemukan titik terang.

Juna mengetukkan jarinya dimeja beberapa kali, "kalo kamu gak siap nikah kenapa ngelakuin hal kayak gitu sih?" tanyanya pada Dean. Melupakan fakta bahwa dirinya juga melakukan hal yang sama.

Dean membalas tatapan Juna tak kalah tajamnya, "ya tapi kak, kalo saya nikahin Tania sekarang, apa jadinya? Saya lagi nyusun tesis tau gak?"

Juna mengacak rambutnya kesal, "gak mau tau, intinya anak itu gak boleh lahir tanpa bapak!"

Ganti Dean yang memijat keningnya mulai pusing. Sesekali dilihatnya keadaan sekitar, berharap tak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka. Apalagi Juna yang sudah mulai meninggikan intonasinya.

"kamu harus berani tanggungjawab." tambahnya.

Dean berdecak, "oke! Saya nikahin dia secepatnya."

Begitulah kira-kira keputusan akhir dari pertemuan diam-diam antara Juna dan Dean. Tanpa sepengetahuan Tania.

Yang Juna mau adalah membujuk Dean agar secepatnya menikahi Tania. Yang penting mantan kekasihnya itu aman, damai bahkan dijamin ketentramannya.

"berarti saya harus putusin pacar saya dong?" gumam Dean.

Juna yang tak sengaja mendengar langsung membulatkan matanya.

"santai dong kak," celetuk Dean.

"kamu udah gak pacaran sama Tania?"

Dean memutar bola mata jengah, "kalo masih pacaran kenapa dia gak langsung minta tanggungjawab sama saya sih kak? Mikir dong."

Mendengar jawaban Dean, Juna hampir saja naik pitam. Tapi ia berusaha sabar dengan mengatur nafas beberapa kali. Karena apa yang diucapkan Dean ada benarnya.

Dalam hati Juna merutuki dirinya sendiri yang tidak berpikir sampai kesana.

"putusin pacar kamu terus nikahin Tania."

Dean berdecak lagi, "ngertiii. Daritadi juga begitu kan? Lagian saya pacaran juga cuma main-main kok," jawab Dean santai dengan suara merendah pada bagian akhir katanya.

"hah?"

"gak usah heboh. Situ juga suka main cewek kan?"

Demi Tuhan kalau bukan karena kepentingan bersama untuk mencapai mufakat, mungkin Juna sudah melipat-lipat wajah pria didepannya ini.

Karena ucapannya selalu benar. Padahal Juna sendiri tidak mengenali Dean sebelumnya, maka darimana ia tahu masa lalu Juna yang kelam.

"pernah kan sama Tania?" tanya Dean.

Juna mendelik, "urusin aja hidup kamu, baru bisa ngomong macem-macem." balasnya.

Dean terkekeh pelan, "kalo gak pernah kenapa dia minta tanggungjawabnya sama kakak coba?" gumamnya sambil menaikkan alis sekali.

Juna hanya mematung. Tak menyangka pikiran Dean ternyata meluas kemana-mana dan mayoritas yang dikatakan adalah benar.

"saya tanggungjawab. Gak usah khawatir," ulang Dean sekali lagi. Cowok itu bangkit dari tempatnya dan meraih kunci mobil diatas meja, bersiap untuk pulang.

Juna hanya mengangguk, mempersilahkan bocah tengil itu duluan. Dirinya masih ingin disini, memesan es serut sebanyak-banyaknya untuk meredam api yang sedang menyala besar dalam rongga dadanya.

🌿

Malam itu di rumah Kinan.

Juna menjelaskan pembicaraan antara dirinya dan Dean di kedai sate tadi sore, bersama dengan Attala yang hanya bisa dilihat melalui layar ponsel.

Nafasnya menggebu-gebu, bahkan sesekali terbatuk sendiri. Membuat Kinan bolak-balik menyodorkan gelas air putihnya.

"secepatnya itu kapan?" tanya Attala diseberang telepon.

"gak tau. Pokoknya secepatnya aja," jawab Juna.

"kakak gak lepas komunikasi kan tapi sama dia?" ganti Kinan yang bertanya.
Juna menggeleng, "gak akan, sampe semuanya berjalan sesuai rencana." ucapnya.

Mendengar pernyataan Juna, kedua orang itu jadi sedikit lega. Terutama Attala, ia merasa mulai bisa melepaskan bebannya tanpa harus ada ditempat.

Juna tersenyum tenang. Padahal sedang tersulut lagi mengingat ucapan Dean yang menggema dikepalanya. Tapi ia hanya bungkam, menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan dan menyimpan sisanya. Itu urusan dirinya sendiri.









Malam itu begitu singkat. Juna berpamitan setelah mendongeng. Tinggal Kinan sendiri sekarang, duduk diatas kasur sambil memeluk bantal. Ia pun belum bisa tenang, setidaknya sampai masalah itu selesai.

Juna si pengganti Attala. Tidak mungkin bisa Kinan melupakan jasa-jasanya sampai tidak mau membantu menyelesaikan masalah ini.

🌿

Esok harinya di kampus.

Karena terlalu asyik melamun, ia tidak sadar bahwa satu kotak bekal kentang goreng yang dibawanya dari rumah sudah kandas. Dimakan oleh Indra dan Dena.

Begitu menunduk dan mendapati tempat makannya kosong, ia langsung mendesah pasrah. Sementara dua orang lainnya hanya nyengir lebar tanpa dosa.

"traktir gue seharian ini, fix! Mantap!" serunya. Tak peduli dengan ekspresi dua temannya, Kinan berjalan duluan kearah kantin.

Indra menyodorkan selembar uang lima puluhan kepada penjual gorengan. Sambil menunggu kembalian, ia memperhatikan Kinan yang sedang melahap risol disebelahnya. Beli gorengan dengan nominal dua puluh ribu, tanpa mau berbagi dengan yang lain.

"kesambet lo ya?"

Kinan menoleh, tak menjawab. Malah tersenyum dengan mulut penuh isi.

Setelah membayar, mereka kembali pada meja tempat Dena duduk menunggu. Cewek itu langsung melotot melihat dua plastik gorengan ditangan Kinan.

"mau nyetok sampe lulus lo?" tanyanya.

Masih sama, Kinan hanya melempar senyum polosnya.

Mereka duduk bertiga seperti biasa. Dena dengan segelas milkshake-nya, Indra dengan botol air mineralnya dan Kinan dengan surga gorengannya.

"Kin, lo ngelamun mulu kenapa sih?" tanya Dena lagi.

Kinan bersusah payah menelan gorengannya, lalu menyambar botol air milik Indra dan meneguknya.

"gue bingung aja," jawabnya.

"gue tau nih!" Indra tersenyum lebar, "bingung mau pilih Attala atau Juna kan?"

Kinan langsung melototinya, "bukan!" serunya.

"terus?"

"pokoknya tentang kak Juna, lo berdua gak perlu tau masalahnya. Intinya kak Juna aja,"

Sejenak Indra dan Dena saling pandang, tak mengerti dengan ucapan Kinan. Mau bertanya lagi tapi tidak enak, sebab Kinan sudah berkata demikian. Berarti tidak ada yang ingin didengarnya lagi. Apapun itu.

Indra hanya mengangguk, paham tidak paham. Daripada bertanya terus menerus, nanti yang ada bukan dipelototin lagi tapi diguyur air sebotol.

Mereka makan dengan sejuta ketenangan. Ralat, Kinan makan dengan tenang tanpa banyak bicara. Seplastik gorengan sudah habis dan berpindah ke perutnya. Sisa satu plastik lagi yang ia bawa untuk persediaan nanti sore, katanya.

Memang tingkah cewek itu selalu ada-ada saja. Unik dan menarik. Kalau tidak bertemu dengan Attala, Indra juga mau kali jadi pacarnya.

🌿

.

.

.













-tbc

✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee TaeyongWo Geschichten leben. Entdecke jetzt