12

1.6K 247 11
                                    

Suasana kantin universitas saat itu lumayan ramai karena kebetulan banyak kelas yang kosong. Para penduduknya yang kebanyakan dari gedung A langsung mendominasi warung-warung yang menjual makanan berat, tak terkecuali Kinan dan kedua pengikutnya, Dena juga Indra.

"Kin?!"

Indra yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik teman ceweknya itu langsung bergerak cepat ketika Kinan mulai menuangkan sambel ke dalam mangkok baksonya dengan berlebihan, exactly diluar kesadaran.

Kinan tersentak, ia tersadar dari lamunan dan langsung menarik tangannya yang masih ditahan oleh Indra. Diletakkannya botol berisikan sambel disisi piring bakso.

Dena, yang sejak tadi duduk disebelah Kinan ikut menyimak tindakan-tindakan aneh dari sahabatnya itu beberapa hari belakangan. Yang jelas Kinan sering melamun dan menjadi tidak fokus dalam mengerjakan apapun.

Kinan tersenyum kecil, "gue lagi doyan sambel belakangan ini," ujarnya asal. Indra langsung menaikkan alisnya dan melempar tanda tanya pada Dena.

"sakit perut tau rasa lo," timpal Dena.

"sakit perut tinggal ke toilet." jawab Kinan santai sambil mengaduk bakso komplit dihadapannya.

Drrtt

Ponsel Kinan yang tergeletak diatas meja bergetar bersamaan dengan layar yang otomatis menyala, menampilkan wallpaper bunga-bunga khas cewek tulen.

Manik matanya langsung berbinar saat didapatinya sebuah pesan dari Attala. Tapi sedetik kemudian binar itu meredup, berganti dengan air muka super kaku dan sorot mata yang begitu sendu.

Gimana enggak, wong isi pesan Attala berupa foto passport dan tiket pesawat. Terhitung tinggal dua hari lagi Attala akan pindah ke Palembang, ralat, tiga hari dengan hari ini.

"kesambet lo bengong mulu." gumam Indra yang tidak terdengar oleh Kinan.

Cewek itu sibuk memotong bakso yang tidak berhasil sejak tadi, selalu meleset. Tapi tatapannya kosong kearah lain.

Indra sudah mewanti-wanti, kalau tu bakso bakalan mental sebab daritadi meleset terus. Daripada mental, ia punya ide untuk meminta bakso tersebut dari Kinan.

"buat gue sini kalo gak mau,"

Tangannya sudah terulur dengan sendok siap untuk mengangkut bulatan bakso dari mangkok Kinan, tapi belum sempat itu terjadi baksonya keburu mental, jatuh menggelinding tepat didepan mata Indra. Sesuai ekspektasi.

"yah!" desis Kinan, "elo nyebelin banget sih!" serunya pada Indra.

Merasa bakal ada yang gak beres, Dena perlahan menggeser posisi duduknya. Sedikit lebih jauh dengan dua temannya yang sebentar lagi bakalan mencuri perhatian dari orang-orang.

"kok gue?!" protes Indra karena merasa dirinya baru saja terkena tuduhan palsu. Ga ngapa-ngapain tapi kena omel.

Kinan sudah cemberut, mangkok yang masih penuh dengan isinya itu digeser ke tengah. Kemudian ia menutup mata dengan kedua tangannya. Tadinya memang diam saja tapi lama-lama mulai terdengar sesenggukan.

Indra menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari suara apa dan darimana datangnya.

"loh?" Dena terkejut.

Indra langsung tersadar bahwa suara itu berasal dari cewek didepannya yang tiba-tiba nangis. Ia melirik Dena, tapi Dena hanya membalas dengan mengendikkan bahu.

"Kinan," desis Indra mengecek sekitar, berharap penghuni kantin tidak ada yang menyadari tangisan tiba-tiba Kinan. "kenapa?" tanyanya.

Memang sih nangisnya gak yang kayak orang kesurupan, nangisnya pelan bahkan cuma bisa didengar oleh dua orang temannya itu. Tapi kalau sampai orang lain lihat, bisa berpikir yang tidak-tidak.

✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang