9

1.6K 282 3
                                    

"Jun! Gue sidang!"

Juna yang sedang mendengarkan musik sambil ikut melantunkan lagu melalui ponselnya itu langsung berhenti dan mematikan musik seketika itu juga.

Dilihatnya Attala yang baru saja tiba, berdiri diambang pintu sambil berteriak girang. Nafasnya terengah-engah karena habis naik tangga.

Dengan mata berbinar Juna yang sedang nangkring diujung meja dosen langsung melompat turun dan berlari kearah temannya itu.

Juna dengan perasaan bahagianya langsung menghambur memeluk Attala, "mantappp Attala! Guys, kembaran gue akhirnya sidang nih!" jeritnya pada beberapa orang yang juga sedang duduk-duduk santai di dalam kelas.

Mereka yang kebanyakan memang akrab ikut memberikan selamat pada Attala, sekaligus mengharapkan hal yang sama agar bisa cepat-cepat lulus dari universitas.

"thank's bro!" balas Attala sambil menepuk sekilas lengan teman-temannya.

Setelah itu Juna langsung menyambar tasnya yang tergeletak diatas meja lalu melakukan kebiasaannya, merangkul Attala untuk segera pergi.

Juna terlihat sangat senang, bahkan melebih Attala sendiri. Bagi keduanya yang sudah seperti saudara itu, tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat teman akrabnya senang.

Karena persahabatan mereka bukanlah biasa.

"bentar lagi gue nyusul, Ta." ujar Juna.

"siap. Wisuda bareng lah," timpal Attala sambil tertawa.

Keduanya menuju parkiran mobil. Hari ini gantian Juna yang nebeng sama Attala ke kampus, mumpung hari itu sama-sama mau bimbingan.

Sementara Attala berhasil mendapatkan persetujuan untuk sidang, Juna masih harus merevisi beberapa kali lagi. Cowok satu itu jadi ambis, kepingin juga nyusul Attala. Dengan keteguhan dan niat yang mantap ingin merombak skripsi sesampainya di kosan.

Keduanya masuk kedalam mobil dan tak lama sedan hitam Attala menghilang dari parkiran.

🌿

Malamnya, Kinan yang sedang membaca artikel online lewat laptop, terganggu oleh pesan masuk dari ponselnya.

Sederet nama paling indah baginya itu muncul diikuti serangkaian kalimat yang menyatakan bahwa seseorang itu sekarang ada di depan pagar rumahnya.

Kinan langsung bergegas keluar. Senyumnya merekah kala mendapati sang kekasih sedang menunggunya sambil duduk santai diatas kap mobil sedan miliknya.

Attala, masih mengenakan setelan yang sama dengan yang tadi siang. Ia memang belum pulang ke rumah dan seharian menghabiskan waktu ditempat Juna.

"kebiasaan kesini gak ngabarin," protes Kinan.

Cowok itu tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil melangkah kearah Kinan. Begitu sampai tepat dihadapannya, ia langsung menarik Kinan dengan gerakan lambat namun pasti dan tak bisa ditolak.

Cewek itu sempat tertegun, namun ia mencoba untuk bersikap biasa saja. Meskipun ragu, akhirnya ia berhasil menyatukan kedua tangannya dibelakang tubuh Attala. Membentuk lingkaran yang seolah mengurung cowok itu agar tidak beranjak kemana pun.

Attala tersenyum, dapat terdengar dari helaan nafasnya. Cowok itu terdiam beberapa saat kemudian mengurai dekapannya dari Kinan.

Ditatapnya dengan sorot lembut cewek bermata indah yang menjadi miliknya itu.

"ada apa?" tanya Kinan, mulai merasa canggung. Semakin Attala tak berbicara apapun dan hanya menatapnya, semakin membuatnya salah tingkah.

Kalau saja dengan bertatapan semuanya akan jelas, Kinan mungkin tak akan mengusaikan keadaan itu.

"gak ada apa-apa. Lagi pingin meluk kamu aja," jawabnya.

Kinan berdecak mendengar jawaban Attala yang tidak memuaskan sama sekali.

"ya udah, aku pamit ya?"

Dengan ekspresi gamblang Kinan menatap Attala, tak menyangka cowok itu bela-belain datang hanya untuk melakukan pelukan singkat yang sudah seperti serial kartun telettubies di tv.

"kamu gak lagi mabok kan?" tanya Kinan polos.

Attala terkekeh, "haram, buang-buang duit." jawabnya enteng.

Masih dengan alis menyatu Kinan menatap Attala, mencoba menyelidik sesuatu dari cowok itu. Tapi nihil, tak didapatinya kecurigaan apapun.

"masuk sana, jangan diluar. Nanti digodain orang lewat," tutur Attala.

Kinan tertawa, "nggak ada yang kayak gitu disini,"

"pasti ada, kamu kan cantik." bukan orang lain, malah dirinya sendiri yang menggoda Kinan. "oh satu lagi, meskipun cuma keluar pager, jangan pake celana sependek itu dong." lanjutnya sambil melirik celana jeans super pendek yang dipakai Kinan.

Sontak wajahnya langsung bersemu merah, tak menyadari bahwa Attala akan sedetail itu memperhatikannya. Meskipun sejak tadi ia terlihat biasa saja, namun Kinan melupakan satu hal yang terpenting bahwa Attala itu cowok, normal pula.

Walau tidak separah Juna, tapi tetap saja yang namanya laki-laki, pasti punya fantasi tersendiri kalau liat yang seperti itu. Ini bukan mitos tapi ini fakta, dan wajar.

"lupa ya? Aku cowok loh," ucapnya singkat namun dapat membuat Kinan semakin menahan malu.

"ih, mesum! Kamu mikir macem-macem ya? Hayo ngaku!" serunya sambil melayangkan pukulan kearah Attala sekenanya.

"gimana gak mikir macem-macem, aku kan normal." ucap Attala membela diri sambil menghadang tangan Kinan yang berkali-kali menyerangnya.

"Attala nyebelin!!!"

Yang dimaksud malah terbahak. Meskipun yang diucapkan tadi tidak sepenuhnya berbohong, namun Attala tetap tau batasan, terutama sama perempuan.

Aksi pemberontakan itu selesai saat satu kecupan mendarat tepat dikening Kinan. Cewek itu langsung terdiam dengan Attala yang tersenyum lebar penuh kemenangan. Iya, menang banyak.

"curang!" gumam Kinan yang merasa kalah.

Attala terkekeh lagi, "makanya, biar aku aja yang liat. Udah sana masuk, aku liatin dari sini pokoknya."

Akhirnya Kinan menurut, untuk kali ini ia tak sanggup berlama-lama dengan Attala.

Setelah mengangguk dan tersenyum, Kinan melangkah kebelakang pagar dan menguncinya setelah Attala memberi isyarat dengan melirik gembok.

"hati-hati dijalan, aku gak mau denger kamu ngebut-ngebut." pinta Kinan.

Attala tersenyum menunjukkan deretan giginya yang tersusun rapih, "nanti aku kabarin." balasnya.

Setelah mendengar itu Kinan bergegas menuju pintu. Cewek itu berbalik ketika hendak masuk ke dalam rumah dan mendapati Attala sudah duduk dibelakang kemudi dan siap untuk pergi.

Mobil tersebut melaju membawa serta lambaian tangan Attala untuk pergi karena hari semakin malam. Kini hanya Kinan dengan sejuta perasaan campur aduk yang menggebu didalam dadanya. Juga tanda tanya besar karena kedatangan cowok itu yang singkat namun sukses meninggalkan kasih yang begitu dalam baginya.

Meski tidak jelas datang dengan tujuan apa, Kinan tetap merasa lega. Entah mengapa, yang jelas bahwa cowok unik itu adalah miliknya sekarang.

🌿

.

.

.



















-tbc

✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee TaeyongOnde histórias criam vida. Descubra agora