26

1.2K 229 0
                                    

Rindu bergulir pada setiap detik yang tak terucap. Setiap jam, setiap hari dalam jangka waktu yang lama. Dua sejoli itu menjalin kasihnya. Cinta mereka didukung oleh langit Jakarta dan Palembang yang seolah sengaja bersatu untuk menyampaikan rasa itu.

Rintik hujan terlewati. Terkadang, tak kentara pula hujan atau air mata. Keduanya menyatu dan mengalir pada relung hati yang paling dalam.

Attala cuma cinta Kinan.


Tak terasa sudah dua tahun berselang sejak Attala pulang-pergi dari Jakarta ke Palembang, kemudian sebaliknya. Begitu terus setiap bulan. Walaupun tidak selalu pulang sebulan sekali. Tiket pesawat bukan seperti tiket kereta api yang jumlah nominal harganya kecil. Jadi, gaji Attala selama bekerja lebih baik ditabung. Hitung-hitung modal untuk menikah dengan Kinan.

Dua tahun yang terasa begitu lama. Melelahkan harus berjalan sendirian. Tapi dua sejoli itu bisa melewatkan dua tahun yang katanya lama dengan mulus. Tanpa ada hal apapun yang dapat menghambat hubungan mereka berdua.

Kinan, sekarang sedang sibuk dengan persiapan sidangnya. Ia belum lama ini menyelesaikan tugas akhir skripsinya sesuai target yang ia buat. Rasa puas menyelimutinya, tatkala membayangkan akan segera memperkenalkan sang kekasih pada keluarga, terutama sang ayah.

Empat tahun pacaran diam-diam bukanlah waktu yang sebentar. Untung dua-duanya kuat.

Soal Juna, cowok itu sudah lama pindah dari pekerjaan lamanya. Semenjak kasus Tania lebih tepatnya. Juna jadi sering mencari lowongan kerja lewat sebuah aplikasi. Usia tepat, tinggi pas dan kemampuan yang handal dalam permesinan. Tidak ada yang bisa menolak orang sepertinya.

Juna masih sering bertemu Kinan. Meskipun tidak setiap hari, setidaknya dalam seminggu selalu ada hari mereka bertatap muka. Sesuai perjanjian awal, Juna harus menjelma menjadi bodyguard Kinan selepas dari pekerjaannya.

🌿

Minggu pagi di kediaman Kinan. Bunda mengguncang pelan tubuhnya agar segera terbangun dari tidurnya.

Dengan malas Kinan membuka mata.

"ada Juna didepan, sana gih."

Kinan pun segera duduk, "masih pagi banget mau ngapain sih?" keluhnya begitu menyadari bahwa ini masih setengah enam pagi.

Bunda hanya menggeleng dan meminta anaknya itu untuk menemui tamunya.

Kinan hanya mendengus menuruti. Ia pun menuruni tangga seraya mengikat asal rambutnya.

Begitu keluar, ternyata Juna sudah duduk di teras dengan kaos putih dan celana pendek selutut. Kedua kakinya dilapisi sepatu running berwarna biru gelap.

"kak?"

Juna menoleh, "aduh, cantik-cantik bangunnya siang." ucapnya dengan cengiran lebar.

Kinan melirik suasana sekitar, masih terasa udara dingin walaupun matahari sudah mulai menampakkan sinar keindahannya dilangit Timur.

"masih pagi kak, ada apa sih?"

"cepet ganti baju, kita lari pagi." titah Juna yang langsung dibalas dengan sorot terkejut olehnya.

"kak Juna, aku masih ngantuk!" protesnya.

"gak terima protes, cepet sana! Cepetan!" Juna memutar balik tubuh Kinan dan mendorongnya lembut kembali kedalam untuk segera bersiap.

Mau tidak mau Kinan pun menuruti. Meskipun sedang tidak dalam mood yang baik. Dirinya lelah karena semalaman begadang mengetik resume dan mengirimnya ke beberapa perusahaan pertelevisian.

Dalam sekejap Kinan kembali sudah dengan setelah larinya. Ia menyeimbangi Juna, hanya mengenakan kaos polos dan celana berbahan kaos ngepas tubuh sebetis.

"kenapa gak bilang sih dari semalem?"

"kenapa harus bilang?" Juna bertanya balik sambil menutup pagar. Setelah itu ia menyusul langkah Kinan yang berjalan terlebih dulu didepannya.

Kinan tak menjawab, "kakak naik apa kesini?" tanyanya lagi mengingat tak didapatinya motor atau mobil Juna disekitar rumahnya.

"naik ojek," jawab Juna santai.

"ha?"

"serius." tambahnya. "Kin, ayo lari. Siapa yang nyampe tiang duluan, dia menang." tutur Juna sambil menunjuk tiang lampu dipersimpangan jalan.

Saat itu kondisi jalan masih sangat sepi. Karena ini hari libur dan waktunya bersantai. Jadi, paling tidak yang ditemuinya ya orang yang sedang lari juga. Atau bersepeda santai.

Saat Juna hendak berlari, Kinan langsung menarik ujung kaos cowok itu. Membuat Juna menoleh kembali padanya.

"yang kalah?" tanya Kinan.

"beli sarapan," jawab Juna sambil tertawa.

"gak setuju, pasti yang menang kakak lah."

"coba du-"

Juna menggantung ucapannya saat tanpa aba-aba cewek disebelahnya itu berlari secepat kilat. Senyum Juna mengembang.

Tak lama Juna menyusul, tanpa bisa menahan senyum diwajahnya.

.

Berakhirlah dua orang itu disini. Duduk dikursi plastik pinggir jalan, tepat disebelahnya adalah gerobak bubur.

Kinan dengan wajah penuh kemenangan menggigiti ujung tusuk sate ususnya. Membuat Juna tak henti-hentinya menggelengkan kepala.

"nama Kinan, hobi gigitin tusuk sate. Gitu gak isi resumenya?" tanya Juna lalu menyuap sesendok bubur kedalam mulutnya.

Kinan hanya tertawa, "enak kan bubur disini?"

Juna mengangguk, "enak lah kan dibayarin." balasnya.

Lagi-lagi Kinan meresponnya dengan tawa. Karena kecurangannya, Juna jadi kalah dalam lomba lari dadakan yang dibuatnya sendiri. Sesuai dengan apa yang dijanjikan, yang kalah akan membayarkan sarapan mereka.

Angin pagi meniup lembut daun-daun kering yang berjatuhan diatas aspal. Entah kenapa rasanya sampai ke hati. Kinan jadi teringat, sejak menjalin hubungan dengan Attala, sama sekali belum pernah dilakukannya hal seperti ini. Attala keburu pergi waktu itu.

Terlalu singkat. Pertemuan yang terbatas oleh jarak itu mengharuskan mereka tumbuh dewasa dengan caranya masing-masing.

Tapi Kinan yakin, disana Attala sedang bekerja keras. Demi dirinya dan juga orang-orang disekitarnya.

"kapan sidang?" tanya Juna membuyarkan lamunan Kinan.

"bulan depan,"

"Atta gak pulang?"

Kinan terdiam sesaat, memegang erat mangkuk bubur dipangkuannya. Seraya ditariknya nafas panjang, ia menoleh pada Juna. "kayaknya enggak, susah."

Kalau mengingat itu selalu pingin nangis. Secara, hari spesial kayak wisuda yang harusnya bersama pujaan hati, ini malah tidak. Padahal momen itu terjadi hanya sekali seumur hidup.

Juna yang menyadari perubahan sikap itu langsung menyudahi kegiatan makan buburnya. Cowok itu tersenyum, berusaha menghibur Kinan agar kembali pada mood sebelumnya.

Rada tidak enak karena telah menanyakan hal yang sensitif padanya.

🌿

.

.

.

















-tbc

✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee TaeyongOù les histoires vivent. Découvrez maintenant