4 : Sandal | Daniel×Lisa

2.1K 193 3
                                    

Lisa melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini sudah pukul setengah sepuluh malam, mungkin ia harus pulang sekarang.

Jadi Lisa beranjak, melepas mukenahnya kemudian menatanya dengan rapi. Mukenahnya ia sampirkan di tangan kiri, sedang tangan kanannya memeluk Al-Qur'an yang sedari tadi ia baca.

Lisa keluar dari masjid. Tapi gadis itu terkejut waktu ngeliat ada cowok dengan penampilan bad boy lagi berdiri di depan masjid. Cowok itu pakek kaos warna putih juga bomber jacket, pakek celana jeans warna hitam, rambutnya warna coklat acak-acakan, sedangkan telinga kirinya ditindik. Lisa ngeri sendiri liatnya.

Lisa maunya langsung pulang ke rumah, dia sebenernya takut banget sama cowok itu. Kalau misalnya dia diapa-apain, siapa yang mau nolongin?

"Mbak?"

Lisa terkejut ketika cowok itu memanggilnya--mungkin. Tapi siapa lagi yang dipanggil jika bukan Lisa? Mereka hanya berdua di sana.

"Iya?" Lisa membalas.

"Gak usah gugup, mbak, saya gak mau ngapa-ngapain, kok," ucapnya, "cuma.. ini sandal saya hilang. Masalahnya sandalnya merk Gucci, mbak. Kalau hilang, sama aja ngilangin duit sepuluh juta."

Lisa meneguk salivanya kasar. Sandal apa yang mahalnya sampe segitu? Terbuat dari batang emas kali, ya.

"Tadi ditaruh mana, Mas?" Lisa mulai berani. Toh, cowok itu bilang gak bakal ngapa-ngapain. Juga, niat Lisa kan ngebantu, jadi Allah bakalan lindungin dia. Gitu kan?

"Tadi di sini." Cowok itu menunjuk bagian depan masjid.

"Masnya tinggal kemana? Shalat?"

"Saya gak shalat, mbak," ucapnya, "tadi numpang ke kamar mandi aja."

Lisa tersenyum. "Pantesan disusahin Allah, Mas. Masnya aja gak shalat."

Cowok itu mengerutkan kening, bingung. "Maksudnya?"

Lisa menggeleng. "Enggak. Bentar, saya cariin dulu."

"Udah saya cariin dari tadi, mbak. Apa dicuri orang, ya? 'Kan, harganya mahal."

"Gak boleh suudzon dulu, Mas. Saya carikan."

Cowok itu hanya melihat Lisa yang tengah mencari sandalnya. Lisa terlihat membaca sesuatu, tapi ia tak bisa mendengar apa itu.

"Nah, ini apa?" Lisa mengeluarkan sandal dari balik pot bunga, kemudian menyodorkannya pada pemiliknya. "Jangan kebiasaan suudzon sama orang, Mas."

"Iya, Mbak, makasih. Kok bisa ketemu? Saya dari setengah jam yang lalu nyari, tapi gak ketemu."

"Kalau nyari barang itu sambil baca surat Ad-Dhuha, Mas. Juga, coba Masnya rajin beribadah, Insya Allah segalanya gak bakal disulitkan sama Allah."

Cowok itu ngangguk aja, walaupun gak ngerti Lisa ngomong apa.

"Saya Daniel, Mbak." Daniel menyodorkan tangannya.

"Saya Lisa." Tapi Lisa hanya menunduk sopan.

***

Setelah itu, Daniel baru tahu jika Lisa adalah anak gadis yang tinggal di sebelah rumah neneknya. Memang di bulan Ramadhan ini, orang tua Daniel menitipkannya di rumah neneknya. Berharap Daniel akan mempelajari ilmu agama walaupun sedikit. Tapi nyatanya, Daniel tetap saja jadi brandalan di sini.

Daniel bukan anak sholeh, bukan juga anak pintar, apalagi yang berbakti dengan orang tua. Dia cuma anak brandalan yang setiap hari akan pulang pukul dua pagi setelah bermain dengan geng motornya. Daniel mungkin nakal, tapi ia tak pernah menyentuh minuman keras.

Wanna One × Blackpink FictionWhere stories live. Discover now