17 : Berbeda | Baejin×Lisa

824 64 0
                                    

Dua manusia itu duduk berhadapan tanpa adanya percakapan. Seolah keduanya memang tak mau melakukan apapun kecuali hanya diam dan menunduk. Bahkan minuman panas yang ada di atas meja mendingin karena tak kunjung disentuh oleh pemiliknya.

"Hiks." Satu isakan tak sengaja keluar dari mulut Lisa, membuat Jinyoung yang sedari tadi diam akhirnya mengangkat kepalanya, menatap gadis yang beberapa tahun ini mengisi hatinya.

"Noona.." Jinyoung melirih.

"Jinyoung-ah, mianhae."

Jinyoung menggeleng. "Kau tak perlu minta maaf, juga tak ada yang harus kumaafkan."

Lisa menatap Jinyoung tepat di obsidian lelaki itu. Lelaki yang sangat ia cintai setelah ayah dan kakeknya. Lelaki yang memiliki hatinya bertahun-tahun lamanya. "Kenapa harus jadi serumit ini? Kenapa terasa menyakitkan padahal kita hanya ingin bersama?"

"Ini skenario Tuhan, noona. Mungkin Tuhan-mu hanya tak ingin noona hidup bersama lelaki yang berbeda agama denganmu. Mungkin Tuhan-mu hanya tak ingin kau mendapatkan lelaki yang salah."

"Kau manusia baik, Jinyoung-ah. Kau adalah lelaki terbaik yang pernah aku temui. Lalu apa yang Tuhan ragukan darimu?"

"Kemampuanku untuk membimbingmu," jawab Jinyoung.

"Jinyoung-ah.." Lisa memanggil nama kekasihnya. Ia mengisyaratkan agar Jinyoung tak melanjutkan kata-katanya karena Lisa yakin, ia akan menangis setelah mendengar apapun yang dikatakan Jinyoung setelah ini.

"Agama kita berbeda. Mungkin Tuhan-mu ingin noona mendapat pasangan yang paling baik. Lelaki yang bisa menyayangi noona lebih dari aku. Lelaki yang bisa menghidupi noona dengan segala kecukupan. Dan, lelaki yang bisa membimbing dan menjaga noona agat selalu ada jalan-Nya." Jinyoung menundukkan kepalanya, rasanya berat sekali mengatakan ini.

Lisa ikut menunduk, pikirannya melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana Jinyoung datang ke rumahnya, meminta restu pada orang tua Lisa agar Jinyoung bisa memilikinLisa sepenuhnya. Tapi orang tua Lisa enggan memberi restu, alasannya kareja Jinyoung dan Lisa berbeda. Karena keduanya hidup dengan pegangan yang berbeda.

Karena Jinyoung akan menyanyikan lagu-lagu agama setiap hari Minggu. Sedangkan Lisa akan menutup matanya di depan patung Budha kala dirinya beribadah.

Ya, agama mereka berbeda. Orang tua Lisa menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Mereka ingin seseorang yang bisa membimbing Lisa ke jalan yang benar, menjaga Lisa dari sesuatu yang dilarang agama. Tapi peraturan agama Jinyoung dan Lisa saja sudah berbeda. Jika dasar-dasar agama sudah tak sama, bagaimana dengan yang lainnya?

"Tapi aku, aku tak bisa melakukannya. Aku tak bisa menjaga noona dari sesuatu yang dilarang agama karena akupun tak mengerti agama noona. Aku mungkin bisa belajar tentang agamamu, tapi orang tuamu pasti tak akan memberikan putri semata wayangnya pada lelaki yang baru saja mengenal Budha."

"Benar." Lisa mengangguk. Mau tak mau ia harus menerima fakta ini.

"Noona, kau adalah gadis yang baik. Pastur bilang, orang yang baik akan mendapatkan pasangan yang baik pula. Mungkin aku orang baik, tapi pasti ada yang lebih baik dariku. Siapapun itu, kau pantas mendapatkannya." Jinyoung tersenyum, senyuman paksa. "Mungkin dengan perginya aku dari hidupmu, Tuhan akan memberi ganti untukmu. Lelaki yang benar-benar bisa diandalkan untuk menjagamu. Lelaki yang bisa menemanimu berdoa ke Pura. Lelaki yang bisa mengingatkanmu tentang anjuran agama. Lelaki yang bisa menjauhkanmu dari larangan Tuhan."

"Kau akan pergi?" tanya Lisa, "jangan, Jinyoung, tetaplah di sini."

"Lebih baik aku pergi. Karena jika kita terus bersama, mungkin perasaan kita akan menumbuh. Aku akan semakin menyayangimu. Dan ketika hari dimana aku harus melepaskanmu tiba, aku dan kau akan sama-sama sangat tersakiti. Ayo kita akhiri sekarang, biarkan perasaan kita untuk satu sama lain hilang dimakan waktu. Agar saat kita bertemu nanti, rasa sakitku itu tak akan sebesar ini."

Lisa menangis lagi. Dan Jinyoung mendekat, kemudian memeluk wanita yang ia harap akan menjadi pendamping hidupnya. Tapi itu hanyalah harapan, karena Tuhan-pun tak akan merestuinya.

"Untuk ke depannya, kuharap kau bahagia, noona. Aku mencintaimu meskipun kita tercipta karena Tuhan yang berbeda. Aku akan terus menyayangimu, sekalipun Tuhan-ku tak mengijinkannya."

Wanna One × Blackpink FictionWhere stories live. Discover now