21 : Jodohin | Daniel×Rosé

715 53 0
                                    

Rosé mencintai Jaehwan, kekasihnya, lebih dari apapun. Semua orang tahu itu. Bahkan Rosé rela menunggu Jaehwan untuk benar-benar menjadikan Rosé sebagai miliknya, dalam artian mengikatnya dengan sebuah cincin pertunangan yang kemudian keduanya akan berdiri di depan penghulu untuk mengucapkan janji suci.

Rosé terlalu mencintai Jaehwan, sungguh. Tapi di sisi lain, gadis itu sangat ingin segera menikah. Karena apa? Keinginan orang tuanya. Rosé hanya terlalu patuh pada seluruh permintaan orang tuanya karena itulah yang diajarkan padanya dulu. Lagipula, Rosé adalah anak tunggal. Yang berarti seluruh perhatian serta keinginan orang tuanya akan diberikan pada Rosé.

Dan ketika orang tuanya menginginkan agar Rosé segera menikah, Rosé mencari seribu satu cara untuk membuat Jaehwan mau mengikatnya.

Rosé selalu menyemangati Jaehwan untuk mencari uang, meskipun gadis itu sadar terkumpulnya uang yang cukup untuk pertunangan mereka akan membutuhkan waktu yang lama. Karena bagaimanapun, Jaehwan hanyalah seorang tukang ojek.

Rosé rela menunggu, tapi orang tuanya tidak.

"Rosé, kapan pacar kamu mau ngelamar kamu?" tanya Papa di suatu makan malam.

"Iya. Ini udah dua bulan sejak kamu bilang dia bakalan nikahin kamu," balas Mama.

Rosé menggigit bibir bawahnya, gugup. "Akan, Ma, Pa. Mama sama Papa cuma harus nunggu sebentar lagi."

"Dari kemarin kamu bilang sebentar lagi terus. Tapi nyatanya apa? Udah dua bulan, Rosie," jawab Papa, "Papa malu sama temen-temen Papa. Anak mereka semua udah nikah, bahkan yang jelekpun udah, sedangkan anak Papa yang katanya cantik ini masih sendiri."

Rosé menunduk, ingin melawan tapi tak bisa. "Aku nanti bilang ke Jaehwan buat cepetan nikahin aku. Papa sama Mama tunggu aja."

"Gabisa, Sayang." Mama menggeleng lemah. "Kamu sekarang ganti baju, ya. Jam tujuh malem nanti kita berangkat ke restoran di pusat kota. Mama harus ngenalin kamu ke anak temen Mama. Kalian akan menikah sebulan lagi."

Rosé menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Mamanya. "Mama mau jodohin aku? Ma, ini bukan jaman Siti Nurbaya dimana jodoh-jodohan masih ada!"

"ROSEANNE RENDAHKAN NADA BICARAMU!" Papa membentak.

Rosé menutup wajahnya. Gadis itu kembali ke kamarnya sambil menangis.

***

"Roséanne."

"Daniel."

Rosé menarik tangannya dari genggaman tangan lelaki di hadapannya. Wajah gadis itu masih sama seperti tadi, kusut. Bahkan ketika dia tersenyum, senyumnya terlihat dipaksakan.

Mama tersenyum, menatap anak gadisnya mau menerima jabatan tangan dari calon suaminya. "Kalian lebih baik ngobrol berdua, biar makin deket."

Rosé menatap Daniel, meminta persetujuan. Tapi lelaki itu malah mendekat dan menyodorkan tangannya pada Rosé. Rosé mengerti, jadi ia menggandeng tangan Daniel kemudian keduanya pergi ke taman depan restoran ini.

"Kamu Rosé? Anaknya Tante Rosa?" tanya Daniel memastikan.

Rosé duduk di salah satu bangku taman, Daniel mengikutinya. "Apa aku kelihatan kayak anaknya Ayu Ting-Ting di matamu?" Rosé membalas sarkastik.

Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung. "Maaf. Aku cuma memastikan."

Rosé diam, tak mau membalas.

"Kamu punya pacar?" tanya Daniel.

"Buat apa kamu tanya gitu sedangkan pada akhirnyapun aku nikahnya bakalan sama kamu," jawab Rosé.

"Aku nanya soalnya aku pengen tahu. Soalnya, ya, aku sendiri punya pacar."

Rosé menatap Daniel dari samping, baru sadar jika Daniel sejak tadi terlihat tak nyaman dengan pertemuan mereka. "Iya, aku punya pacar. Terus, kenapa kamu dijodohin padahal kamu punya pacar?"

Daniel tersenyum, senyuman miris. "Soalnya Mama gak akan mau punya menantu dari level yang beda sama keluargaku. Pacarku cuma guru TK, sedangkan Papaku Konglomerat. Sangat terlihat perbedaannya, tapi aku gak mau melihatnya. Karena ya, aku udah terlalu cinta sama dia."

Rosé menunduk. "Aku tahu, aku tahu rasanya."

"Kalau kamu? Kenapa kamu gak nikah sama pacarmu aja?"

"Sama kayak kamu, pacarku cuma tukang ojek. Tapi aku beneran sayang sama dia. Dia bilang udah mau nikahin aku dan sekarang lagi cari nafkah, tapi Mama sama Papa gak sabar dan malah jodohin aku sama kamu." Rosé mengusap air mata yang hendak keluar dari sudut matanya. Membicarakan Jaehwan membuatnya sangat rindu dengan lelaki itu. "Aku jadi kangen sama pacarku."

"Aku juga. Mau peluk?"

Rosé menoleh, membuat Daniel gelagapan.

"M-maksud aku, aku juga kangen sama pacarku. Biasanya kalau aku kangen, aku bakalan meluk orang. Jadi?"

Rosé memikirkan perkataan Daniel sejenak. Mau mereka sampai melakukan hal anehpun, setelah ini mereka akan jadi suami-istri. Jadi, mungkin tak apa jika Rosé hanya memeluk Daniel?"

Daniel merentangkan tangannya dan Rosé langsung memeluk lelaki itu. Rosé menangis. Rindunya pada Jaehwan semakin terasa tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain menikahi Daniel sebulan lagi.

Dalam hati Daniel berjanji, ia akan melupakan mantannya karena setelah ini, hanya Rosé yang akan mendampingi Daniel di setiap pagi, siang, malam, dan hidupnya. Semoga.













•••

Ini fail banget parah hadoh.

Wanna One × Blackpink FictionWhere stories live. Discover now