19 : Tukang Ojek | Jaehwan×Jennie

866 41 2
                                    

Jennie sedang berada di atas sofa sambil menonton TV ketika tiba-tiba pintu rumah mewahnya terbuka. Gadis itu beranjak, merasa harus mengecek siapa yang datang ke rumah saat ini.

Mata gadis itu memanas ketika melihat Mamanya datang bersama seorang pria. Bukan, pria itu bukan Papanya karena kedua orang tua Jennie sudah bercerai sebulan yang lalu dan selama itu pula Jennie hidup bersama sang Mama. Baru sebulan, tapi Mama Jennie sudah berani membawa pria lain.

Tapi yang membuat mata Jennie memanas siang ini adalah keadaan sang Mama. Mamanya sedang bercumbu panas dengan si pria. Memasuki rumah dengan seenak hati tanpa memerdulikan pelayan rumah mereka yang melihat kejadian tak senonoh itu.

"MAMA!" Jennie berteriak, ia hanya ingin menyadarkan Mamanya. Masalahnya ada banyak pelayan di bawah sana dan Mamanya tak peduli. Padahal itu bisa saja merusak reputasi Mamanya jika saja ada pelayan yang membocorkan kejadian ini ke publik.

Tapi Mamanya bahkan tak menggubris Jennie. Gadis itu sudah tak bisa menahan apapun dan akhirnya melepaskan tangisnya. Jennie turun dari sofa kemudian berlaru keluar rumah. Jennie menulikan telinganya, berusaha tak peduli dengan Mama serta para pelayan yang terus memanggil namanya.

"OJEK!" Jennie berteriak pada seseorang yang baru saja melintasi area depan rumahnya. Dengan segera gadis itu naik ke motor matic milik sang abang ojek sebelum para satpam juga pelayan berhasil menangkapnya.

***

"Mau kemana, mbak?" Jaehwan bertanya pada mbak penumpang.

"Terserah Mas."

"Lah, saya gatau dong, mbak."

"Saya juga gak tau," jawqb mbak penumpang malas.

"Lah, saya lebih gak tau."

"Saya yang lebih gak tahu!"

Jaehwan kicep habis dibentak, takut gak diongkosin nantinya.

Mbak penumpang memijat pelipisnya pelan sebelum akhirnya mengucapkan sesuatu, "kemana aja, Mas, asalkan saya gak pulang ke rumah tadi aja. Pulangin saya jam sepuluh malem aja. Nanti ongkosnya tinggal masnya itung aja perjam berapa nanti saya bayar pakek cash tanpa utang. Udah, tenang. Yang penting bawa saya kemana aja."

Jaehwan ngangguk, takut dibentak lagi. Akhirnya juga ia menurut. Cowok itu mengendarai motornya kemana saja, tanpa arah.

"Masnya namanya siapa?"

"H-hah?" Jaehwan bingung. Masalahnya mbak penumpang ini cantik dan dia baru pertama kali ditanyain namanya sama cewek cantik.

"Namanya mas siapa?" Mbak penumpang mengeraskan suaranya yang bikin Jaehwan meringis saking kencengnya.

"S-saya Jaehwan, mbak."

Kemudian keduanya terdiam. Jaehwan ketar-ketir, takut salah omong dan nanti kalau akhirnya dia gak dikasih ongkos otoke? Masa' Jaehwan mau makan kerikil this tonight?

"Masnya gak mau nanya nama saya siapa?" tanya Mbak penumpang.

"E-eh, iya. Nama mbak siapa?"

"Telat, mas."

"Aduh. Maaf, mbak--"

"--nama saya Jennie, Mas."

"O-oh, halo, Mbak Jennie. Saya Mas Jaehwan, hehe."

Jennie tertawa. Jaehwan melihatnya dari spion dan tawanya Mbak Jennie sangat menggemaskan.

"Kok kaku gitu, sih, Mas? Kenapa? Punya pacar, ya? Jadinya gak mau nanggepin saya?"

"E-eh, bukan gitu, mbak. Saya gak punya pacar lagian. Gak ada yang mau sama saya, haha."

"Kok gitu, sih, Mas?"

"Ya gimana, Mbak? Kalau umur segini itu nyarinya yang udah mateng, yang udah siap diajak nikah dan bisa nafkahin keluarga. Saya aja masih kuliah, ngejar S2."

Jennie mengangguk. "Masnya hebat mau ngelanjutin pendidikan setinggi-tingginya! Terus masnya gimana ceritanya bisa jadi tukang ojek?"

"Kalau diceritain nyesek, mbak."

"Eh, kalau gitu gak u--"

"--tapi buat mbak Jennie saya mau, deh."

Jennie tertawa. Mas Jaehwan ini benar-benar lucu. Dan setidaknya, Jaehwan bisa membuatnya melupakan masalah tadi.

"Saya punya pacar, Mbak, namanya Mbak Mawar. Dia bilang mau buru-buru nikah. Saya, 'kan, cinta banget, ya, sama dia, jadinya saya iyain dia karena saya gak mau kehilangan dia. Akhirnya saya kerja lembur bagai kuda--yang untungnya gak sampe lupa orang tua--cuma buat Mbak Mawar, biar saya bisa nikahin dia."

"Terus, Mas? Mbak Mawar jadi siapanya mas sekarang? Katanya mas gak punya pacar?"

"Tapi waktu saya udah cukup uang buat beli cincin dan berniat minta restu, Mbak Mawar malah dateng ke rumah saya dan bilang kalau dia udah dijodohin sama Mas Daniel anak orang kaya. Waktu saya bilang suruh batalin aja, Mbak Mawar malah bilang gak mau karena dia pengen buru-buru nikah dan Daniel bener-bener masuk tipenya."

"Yah, kok gitu?"

"Iya emang gitu, Mbak. Namanya juga skenario Tuhan, gak terduga. Jadilah sekarang saya jomblo. Mau ngejar S2 terus jadi dokter biar cari jodohnya gak susah."

"Terus cincinnya sekarang dimana, Mas?"

"Di rumah, Mbak."

"Yaudah sini pasangin aja di jari manis saya."

"Eh, maksudnya?"

Jennie menggeleng, kemudian tertawa. Wajah Jaehwan saat panik benar-benar lucu. "Enggak, Mas. Ayo makan, mas! Saya laper."

"Mau makan apa, mbak?"

"Pecel lele aja gimana?"

"Saya gak mau kalau makan lele, mbak. Masalahnya saya ini cinta mati sama lele. Yang lain aja, ya?"

Jennie tertawa, lagi. Entah kenapa Jaehwan sangat lucu baginya. Padahal Jaehwan sendiri bingung, apa yang Jennie tertawakan? Ah, ya, jawabannya Jaehwan. Jennie menertawakan Jaehwan. Mungkin ia akan meminta kontak Jaehwan setelah ini.

Wanna One × Blackpink FictionWhere stories live. Discover now