ASEAN || 8. Rumor

3.4K 465 22
                                    

Sejak keluar dari mobil sang ayah dan melangkahkan kaki memasuki halaman fakultas, Airin dibuat bingung ketika tiba-tiba seluruh mahasiswa dan mahasiswi menatap ke arahnya dengan tatapan seolah menelanjangi.

Sepanjang langkah memasuki gedung fakultasnya, ia semakin tak mengerti saat manusia-manusia di sana saling berbisik ketika dirinya melintas. Apa yang salah? Ada apa dengan dirinya? Apa penampilannya terlihat aneh hari ini? Ah tidak. Bahkan, ia sudah bercermin sebanyak 5x di rumah sebelum berangkat, bahkan menggunakan kaca spion mobil ayahnya juga tadi.

"Perasaan gue makin cantik kok. Tapi, kenapa mereka natap gue kaya gitu ya?" guman Airin pada dirinya sendiri.

Saat melintas di koridor, tatapan orang-orang semakin membuat Airin risih. Rasanya ia ingin mencolok mata mereka satu-persatu.

"Oh dia ceweknya?"

"Yang mesra-mesraan di mini market kemarin?"

"Cantik sih. Pantes Yuan ditolak."

"Tikungan teman tajam."

Bisikan di sekitar membuat dahi Airin mengerut tak mengerti. Apa maksud dari mereka?

"Gak nyangka, balok es bisa cair juga."

"Asean gak maho ternyata."

Airin semakin pusing. Ada nama Asean disebut tadi. Lalu apa hubungannya dengan dia?

Saat tiba di kelas, ia langsung menghempaskan tubuhnya di tempat duduk. Menaruh buku tebal yang sedari tadi dipegangnya di depannya. Kemudian menopang dagunya dengan buku tadi. Ia tak peduli dengan teman sekelasnya yang memberikan tatapan tak jauh beda dari orang-orang di luar.

Matanya menangkap siluet dua orang memasuki kelas. Merasa kenal dengan perawakan tubuh itu, dia segera mengangkat kepala. Mendapati Yuan dan Windy melangkah masuk.

"Yuan! Windy!" Airin memanggil sambil melambai seperti biasa. Windy menoleh, kemudian memutar arah yang semula menuju ke tempat duduknya jadi ke meja Airin. Sementara Yuan acuh.

"Pagi, Rin?" Windy mengambil duduk di kursi kosong tepat di depannya. Tersenyum masam.

"Yuan udah datang aja dari Jepang. Kenapa tuh? Kecape'an ya tuh anak?" Airin mengedikkan dagunya ke arah Yuan yang sekarang sibuk dengan ponsel. Gadis itu bahkan tidak menyapa seperti di pagi-pagi sebelumnya.

Windy menghela napas. "Iya, kecapean kali." Dari nada suaranya,  Airin tahu bahwa ada yang aneh.

"Ada apa sih?" tanya Airin bingung. "Kenapa pagi ini semua jadi aneh?" Dia sudah bingung sejak melangkahkan kaki di gedung ini, sekarang apa lagi?

Lagi-lagi Windy menghela napas. Seperti lelah sekali. Memangnya apa yang sudah terjadi? Kenapa mendadak dia merasa gedung ini mendapat serangan dalam waktu semalam?

"Lo tahu rumor yang beredar?" Bukan menjawab pertanyaan Airin, Windy malah bertanya pasal itu. Bahkan, Airin sedang mencari tahu jawabannya sekarang.

"Rumor apa sih? Gue gak tahu. Intinya hari ini semua jadi aneh." Airin kesal. Tatapan anak-anak yang baru memasuki kelaspun sama saja seperti yang lain di luar, seolah menilainya, terkaget-kaget, berbisik-bisik, membawa-bawa namanya.

"Rumor yang membuat semua jadi aneh."

"Iya rumor apaan, Windy!" Airin habis kesabaran.

"Tentang lo sama Sean."

Hah? Sean?

"Kok Sean? Apa hubungannya?" Airin jadi semakin pening. Menatap Yuan di ujung sana membuat kepalanya semakin berputar. Kenapa lagi-lagi Sean mendadak selalu muncul dan disebut-sebut namanya?

ASEAN (TELAH TERBIT)Onde histórias criam vida. Descubra agora