ASEAN || 22. Ini Kisahmu

2.4K 325 49
                                    

Sejak kecil, Asean Baratha banyak menerima pujian karena paras tampan rupawan yang dimilikinya. Kulit putih pucat dengan mata hazel yang indah menuruni gen papanya. Sangat tampan, hingga membuat banyak orang terpukau.

Dan sejak kecil pula, kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan, hingga membuat Sean seolah kehilangan kasih sayang. Kakak-kakaknya juga terlalu sibuk dengan kegiatan sekolah. Pun, adiknya punya dunia sendiri. Membuat sosok Sean tumbuh menjadi pribadi tertutup dan sering merasa kesepian.

Mama dan Papanya tak pernah peduli meski dia selalu berhasil membawa pulang medali dari lomba renang yang sering diikutinya. Mereka juga tak pernah datang ketika pengambilan raport. Sean selalu sendiri. Bahkan, di saat dia sakit, mama dan papanya tak ada.

Sean tahu, ia tak bisa membanggakan orangtuanya dengan prestasi akademik seperti saudara-saudaranya yang lain. Nilainya pas-pasan. Berbeda dengan kedua kakaknya yang selalu meraih juara kelas bahkan juara umum setiap tahun, hingga memenangkan banyak olimpiade. Begitupula adiknya.

Satu-satunya yang dapat Sean banggakan hanya renang. Ia sangat suka berendam dalam air. Bahkan, dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk berenang. Tapi, mama dan papanya tak pernah mau mendukung minat Sean. Mereka hanya menuntut Sean untuk pintar. Padahal Sean memang lemah di akademik.

Ketika menginjak bangku SMA, Sean mulai terpengaruh pergaulan bebas. Ia yang mengalami broken home akhirnya memilih jalan yang salah untuk meluapkan rasa kesepiannya. Mulai menjadi berandal dengan melupakan tugas-tugas sekolah, menjadi anak nakal dan sering masuk ruang BK. Hingga orangtuanya sering kali dipanggil ke sekolah.

Papa dan mamanya yang semula tak peduli, akhirnya mulai menegur. Sean merasa berhasil mengambil alih perhatian kedua orangtuanya dari pekerjaan. Semua teguran itu tak ia indahkan, karena ia berpikir, jika memang dengan cara seperti ini ia bisa mendapat perhatian, maka ia akan melakukannya.

Sean semakin menjadi-jadi. Lama-kelamaan ia mulai tak terkontrol. Ia merokok, bahkan mengonsumsi alkohol. Awal pertama mencoba alkohol adalah saat kelulusan SMP, hingga ia merasa harus meminum cairan laknat itu ketika stres melanda.

Tak hanya itu, ia juga jadi sering pulang malam, kebut-kebutan di jalan dan banyak musuh karena tawuran. Membuat kedua orang tuanya harus bolak-balik kantor polisi. Entah itu karena melanggar peraturan lalu lintas atau hal lain.

PLAK!

"Kamu ini keterlaluan!"

Itu adalah kali pertama Shinta, wanita yang terkenal lemah lembut malah melayangkan tamparan di pipi mulus putranya, hingga Sean tersungkur dengan sudut bibir robek. Papanya tak dapat mencegah. Sang ibu terlalu marah, merasa anaknya sudah kelewatan.

Sean ditemukan tengah terlibat pesta miras di kosan temannya, kemudian kebut-kebutan di jalan, dan terlibat tawuran lagi, hingga berakhir di kantor polisi. Tak ingat sudah ke berapa kalinya, yang pasti Shinta sudah sangat muak dengan semuanya.

Banyak uang yang sudah ia keluarkan agar Sean tak dipenjara. Bukan masalah uangnya, tapi malu yang harus ia tanggung.

"Kamu gak bisa niru Krishna dan Kirana? Lihat kakak-kakak kamu itu! Selalu membanggakan Mama!" Shinta menunjuk dua anak kembar berbeda jenis kelamin yang duduk di sofa. Kedua anaknya yang selalu ia bangga-banggakan. Keturunannya dari suami pertamanya. "Lihat juga adik kamu! Dia gak pernah neko-neko!" Shinta kembali menunjuk anak bungsunya-Rendra- yang duduk di tengah-tengah Krishna dan Kirana.

ASEAN (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now