ASEAN || 36. Asap

1.7K 200 21
                                    

Pasar malam adalah tempat Airin dan Rendra mengisi malam minggu sesuai janji. Keduanya tengah sibuk memilih-milih baju yang diobral. Lebih tepatnya bukan keduanya, tapi hanya Airin saja, sedangkan Rendra hanya mengekori gadis itu dengan tatapan mata tak lepas darinya.

"Ini lucu gak sih?" Airin bukan bertanya pada Rendra, gadis itu bertanya pada dirinya sendiri. Sibuk membandingkan kaos yang satu dengan yang lain.

"Beli aja semuanya." Rendra menyahut. Airin sempat menoleh sebentar dengan ekspresi seolah berkata ide bagus. Dan Rendra hanya tersenyum. "Suka banget yang diobral?" tanya Rendra kemudian.

"Murah sih."

"Emang ya, cewek sukanya diskonan."

Airin tidak menyahut lagi. Dia kembali tenggelam dalam dunianya. Beberapa menit memilih-milih baju, akhirnya Airin selesai. Ada banyak baju yang dia beli hanya untuk baju rumahan katanya. Rendra memaksa ingin membayar itu semua, toh harganya murah, tapi Airin menolak keras bahkan mengancam akan pulang. Maka, Rendra mengalah dan membiarkan Airin bayar sendiri.

Hampir semua wahana mereka naiki, bermain banyak permainan seperti anak kecil. Membeli harum manis dan barang-barang lucu. Ternyata Airin semanis ini, pikir Rendra. Kenapa setiap melihat gadis itu tertawa lebar dadanya bergemuruh hebat. Usaha menyembunyikan detak jantungnya yang melompat-lompat sia-sia. Airin bahkan mendengarnya. Kemudian dia hanya bisa menyengir pada gadis itu.

"Ayo ayo dong Rendra pasti bisa!" Saat itu Airin menyemangati Rendra yang bermain games mesin pencapit untuk mendapatkan boneka. Pria itu lucu sekali saat berusaha keras dan sesekali menggeram hanya untuk berhasil membawa boneka dalam sana keluar, sayangnya selalu gagal.

Karena Airin gemas, dia segera menggeser tubuh Rendra, dia yang menggatikan pemuda itu untuk bermain. Satu kali permainan, boneka warna pink yang diincarnya keluar. Rendra menganga di sebelahnya. Gadis itu ahli dalam banyak permainan seperti ini. Bagaimana bisa?

Tidak hanya di permainan itu, tapi di banyak permainan. Rendra selalu dikalahkan, dan sekarang harapan Rendra satu-satunya adalah satu games ini. Menembak target dengan sepuluh kali tembakan, dan hadiahnya adalah boneka besar di sana.

Airin sepertinya sudah tidak peduli pada games yang satu ini. Di tangannya sudah ada tiga boneka berukuran besar dan dia sudah lumayan kesulitan membawa mereka di pelukannya. Jadi, Airin sudah tidak berinisiatif menambah lagi. Dia juga sudah capek.

Namun, sepertinya Rendra semangat sekali. Maka, Airin mengikutinya saja. Sekali lagi, pria itu kelihatan sekali berusaha keras untuk memenangkan boneka besar di sana sebagai hadiah, padahal kalau mau, Rendra bisa membelinya. Tapi, sepertinya tidak ada yang bisa menghentikan Rendra. Dia terus mencoba. Dan akhirnya pada percobaan terakhir, dia berhasil menembak lima target saja. Dia memang tidak mendapat boneka besar itu, tapi cukup dengan boneka berukuran sedang yang sekarang diterimanya sebagai hadiah.

"Ini." Dengan wajah bahagianya, Rendra menyodorkan boneka monyet yang dipegangnya pada Airin. Gadis itu sempat terdiam sebelum akhirnya tertawa kecil. Menerima boneka dari Rendra.

"Mau apa lagi nih?" tanya Rendra. Seingatnya semua games sudah selesai, semua wahana sudah dicoba. Apalagi yang belum?

Dia menoleh pada Airin yang kesulitan berjalan. Selain memeluk empat boneka, gadis itu juga memegang harum manis. Sementara baju-baju yang dibelinya tadi Rendra yang pegang. Tanpa sadar Rendra tertawa kecil, gadis ini lucu dan manis dilihat dari sudut manapun.

Ketika melihat ke bawah, Rendra mendapati tali sepatu Airin lepas. Maka dia inisiatif segera berjongkok di depan Airin, membuat gadis itu mendadak menghentikan langkah namun tidak bisa melihat ke bawah. Rendra mengikat tali sepatu Airin dengan senyum yang masih belum bisa luntur. Dia tidak pernah merasa sebahagia ini.

ASEAN (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now