ASEAN || 19. Kecelakaan

2.8K 357 99
                                    

Pagi itu tak seperti biasanya. Airin berdiri di depan gerbang rumahnya sambil sesekali mengecek jam. Raut wajahnya antara kesal dan lelah. Biasanya Sean sudah datang menjemput. Namun hingga 30 menit ditunggu, pria pucat itu tak kunjung menampakkan batang hidung.

Airin menarik napas sambil merogoh saku. Mengeluarkan ponsel, dan mencari kontak Sean.

"Gak biasanya telat," gumamnya pelan sambil menaruh ponselnya di telinga.

Beberapa saat hanya terdengar bunyi sambungan, akhirnya suara serak seoarang lelaki menyambutnya.

"Sean?"

"Assalamu'alaikum?"

Airin menghela napas sebelum akhirnya menjawab dengan sabar. "Wa'alaikumsalam." Sebenarnya ia kesal, tapi ia lupa berhadapan dengan siapa. Itu Sean. Pria yang selalu nampak tenang. Dan ia pun tak dapat marah. "Kamu di mana?"

"Kamu di mana?" Sean malah balik bertanya. Membuat Airin mendengus sambil menyandarkan tubuhnya pada pagar rumah.

"Aku nanya, kok malah balik nanya?" tanya Airin setengah kesal. Ini sudah siang, matahari juga sudah tinggi.

"Maaf. Kamu di mana?" Meski suara Sean serak, namun masih terdengar lemah lembut dan tenang.

"Di depan rumah. Nunggu kamu." Meski tak akan terlihat oleh Sean, Airin mengerucutkan bibirnya.

"Kaisar belum nyampe?"

Airin mengernyit. "Loh? Kok Kaisar sih?"

"Iya, aku minta bantuan Kai buat nganterin kamu." Jawaban Sean di seberang sana membuat Airin bingung.

"Emang kamu gak mau masuk kuliah? Kenapa?"

Aneh saja rasanya. Sean tak pernah membolos. Diusahakan selalu datang. Dan tak mungkin juga jika karena telat bangun. Pria itu bahkan bangun sepertiga malam untuk shalat tahajjud dan mengaji sampai subuh. Itu yang Airin tahu dari Kai.

"Pengennya masuk." Sean terdengar merasa bersalah.

"Kamu di mana?"

"Di atas kasur."

"Kamu beneran gak mau masuk?" Airin hanya memastikan saja. Ini sangat tidak biasa.

Tin tin.

Ia menoleh pada sebuah motor sport merah yang berhenti tepat di depannya. Perawakan pria itu sangat familier. Helm terbuka dan menampakkan wajah sepupunya yang sepertinya baru saja selesai mandi, terlihat dari rambut basah dan wajahnya yang sangat segar.

"Kai udah nyampe ya? Berangkat gih." Suara Sean terdengar di telepon. Airin menghela napas dengan mata terarah pada Kai yang memeluk helm di atas motornya.

"Iya." Dengan lemas Airin menjawab sambil menghela napas.

Terdengar Sean terkekeh di seberang. "Hati-hati. Belajar yang bener. Assalamu'alaikum?"

"Wa'alaikumsalam."

Sambungan telepon terputus. Segera Airin melangkah mendekati Kaisar, lalu merampas asal helm di tangan lelaki itu. Hingga membuat Kai hampir saja terjengkang ke belakang karena tarikan Airin yang cukup kuat.

ASEAN (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now