~Chapter 2~

215 21 2
                                    

Vox terbangun ketika cahaya matahari masuk ke sela - sela kamarnya. Rambut yang berantakan mengawali pagi harinya. Dengan kantuk, ia berjalan ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, wajahnya terlihat lebih segar, ia memakai seragamnya dan bercemin sedikit untuk merapikan rambutnya.

"Not bad," ucapnya lirih. Setidaknya seragam yang ia pakai polos dan tak mencolok.

Ia turun ke bawah, melihat papanya yang sedang menyiapkan roti selai kacang untuk sarapan. Ia mengambil satu roti, memakannya dengan pelan dan tak bersuara.

"Pagi," ucap papa vox, melihat anak sewata wayangnya telah bangun.

"Pagi," balas Vox. Setelah ia menghabiskan rotinya, ia mengambil segelas air dan meminumnya hingga habis. Ia memakai sepatu serta kaos kaki, mengangkat ransel di satu pundaknya.

"Aku berangkat sekolah dulu," ucap vox pamit. Ia keluar dan mengendarai mobil yang diberikan papanya saat ia berumur 17 tahun yang ia baru dapatkan tahun ini pada bulan Januari. Sekitar tujuh bulan yang lalu.

Dengan musik yang terdengar sepanjang jalan, tak terasa Vox telah parkir di sekolah barunya. Banyak murid yang memakai seragam sama sepertinya. Ia keluar dan segera ke ruang kepala sekolah. Tak perlu bertanya karna sudah ada petunjuk jalan di bagian dinding atas.

"Permisi," ucap Vox membuka pintu ruang kepala skeolah setelah mengetuknya terlebih dahulu.

"Silahkan masuk," ucap kepala sekolah itu. Vox melirik papan nama kepala sekolahnya yang berada di atas meja yang bertuliskan, Ms. Salwa.

"Saya murid baru," ucap Vox.

"Saya Ms. Salwa, kepala sekolah disini, ini kunci loker kamu. Kamu berada di kelas 11-B. Berada di lantai dua, setelah kamu naik tangga yang dekat ruangan ini, kamu tinggal berjalan lurus sepanjang lorong."

"Baik, terima kasih, Ms.Salwa."

Vox mengambil kunci lokernya dan berjalan sesuai intruksi Ms. Salwa. Lorong terlihat sepi, mungkin karna murid - murid telah masuk kelas.

Sekolah ini dibagi menjadi empat lantai. Lantai pertama adalah lorong kelas 10 beserta ruang guru kelas 10, ruang kepala sekolah, kantin, dan lapangan outdoor. Lantai kedua adalah lorong kelas 11 beserta ruang guru kelas 11, lantai ketiga adalah lorong kelas 12 beserta ruang guru kelas 12 dan lapangan indoor. Sementar itu, lantai keempat adalah hall dan panggung serta kolam renang indoor. Ini hanya gambaran sekilas saja.

Setelah melihat kelasnya, ia mengetuk pintu dan membuka nya. Pandangan dari seluruh murid sekitar 40 orang dan seorang guru langsung menyorot ke arah Vox.

"Silahkan masuk," ucap guru tersebut. Sepintas ia melihat name tag guru itu di saku baju nya. Mr. Nara.

"Saya Mr. Nara guru fisika kelas 11, silahkan perkenalkan dirimu." Ucap Mr. Nara yang dijawab angguk oleh Vox.

"Gue Vox, pindahan dari Bandung."

Setelah perkenalan singkat Vox, ia disuruh duduk di bangku paling belakang yang memang kosong. Disini, murid duduk satu - persatu. Kalau gak salah sih karna mencegah rame. Lagipula Vox tak peduli mau duduk sendiri atau kelompok, ia tak kenal sapa - sapa juga.

Istirahat...

Vox melihat banyak murid yang langsung keluar bahkan sebelum gurunya keluar. Persis seperti sekolahnya dulu, ketika istirahat adalah jam yang paling dinanti - nanti selain jam kosong tentunya. Ada juga yang masih di dalam kelas.

Vox beranjak dari duduknya, mengikuti murid - murid lainnya. Tak susah kok mencari kantin, ikuti saja gerombolan murid itu pergi, pasti langsung ketemu. Dan benar saja dugaan Vox, terlihat kantin yang sangat besar telah terpenuhi murid dari berbagai kelas.

VoxGreyWhere stories live. Discover now